Si Jabrig

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

#30HMBCM

Oleh: Yeni Nurmayanti

CemerlangMedia.Com — Sekitar jam sepuluh siang perutku tiba-tiba merasa mulas. Aku pun bergegas ke arah dapur untuk memberitahu ibuku. Kulihat ibu sedang asyik memasak.

Aku menghampiri ibuku dan memberitahunya bahwa perutku sakit. Namun, kata ibuku aku disuruh banyakin jalan aja dulu biar lancar katanya. Aku mengikuti saran ibuku dan ibu melanjutkan memasak. Namun, makin lama aku berjalan perutku semakin sakit.

Karena ini kehamilan anak kedua, jadi, aku sudah sedikit santai begitu pun dengan ibuku. Ketika aku sudah bolak-balik kamar mandi dan sepertinya air ketubanku sudah pecah. Akhirnya, ibuku mengajak aku ke bidan dekat rumah. Namun ternyata, bidan tersebut sedang pergi keluar kota. Akhirnya, kami putuskan untuk pergi ke rumah sakit terdekat.

Sesampainya di rumah sakit, perawat yang ada di UGD langsung memasang infus dan sekaligus memberi suntikan induksi di selang infusan. Tidak lama berselang rasa sakit yang luar biasa mulai menyerang seluruh tubuhku hingga rasanya aku ingin memanjat anak tangga, juga ingin loncat-loncat gak karuan.

Yup, ternyata kabar suntik induksi bisa membuat rasa mulas yang sangat hebat itu akhirnya aku rasakan juga karena anak pertama aku melahirkan normal dan tanpa induksi aku merasa mulas, tapi tidak sehebat induksi.

Hanya berselang dua jam, akhirnya aku melahirkan anak perempuan dengan bobot 4,4kg dengan kondisi kepala terlilit tali pusar hingga dua kali lilitan. Namun, alhamdulillahnya, anakku lahir dengan selamat dan memiliki bobot tubuh yang jauh lebih besar di banding dengan kakaknya dulu.

Selang beberapa menit, perutku merasa sakit seperi akan melahirkan kembali hingga akhirnya gumpalan darah pun keluar dan rasa sakit pun hilang. Hal itu terjadi berulang setiap gumpalan darah akan keluar perutku serasa diremas-remas, mungkin ini efek dari suntik induksi.

Karena pas lahiran anak pertama tidak ada drama sakit seperti mau melahirkan setiap mau mengeluarkan darah kotor. Bahkan, setelah melahirkan tubuhku merasa kuat tidak ada rasa pusing sama sekali mandi pun aku bisa sendiri.

Namun, kelahiran anak kedua ini benar-benar berbeda. Setiap berdiri mau pipis mata udah gelap, kepala pusing tidak bisa berdiri tegap hingga hampir pingsan. Jadi, setiap mau pipis harus ada yg memegangi untuk sekadar berjalan atau berdiri.

Namun, saat kulihat bayi yang kulahirkan, sirna sudah rasa sakit yang kurasa berganti dengan rasa suka cita. Meski anak kedua ini tanpa planning, tiba-tiba hadir karena aku dari awal menikah memang memutuskan untuk tidak memakai alat kontrasepsi karena aku malas harus ketergantungan dengan pil, suntik KB, atau implan dan ayudi. Walhasil, jarak dua tahun aku hamil dan tahun ke tiga aku melahirkan.

Setelah tiga hari aku menginap di rumah sakit, akhirnya aku pulang ke rumah. Seperti biasa, setiap ada yang melahirkan, pasti banyak orang yang datang untuk memberikan selamat atau sekedar ingin melihat debay yang baru lahir.

“Ya Allah, ini tangan apa roti sobek si ko gede amat.” Ekspresi tetanggaku saat melihat anakku. Ada juga yang berkomentar, “Ih, kok kaya cina ya, putih gendut, mata sipit, pipi tembem.” Aku hanya tersenyum mendengar komentar mereka.

Eits, bukan itu saja komentar mereka saat melihat anakku. Di lain hari, temanku datang menjenguk bersama ibunya dan tahukah apa yang ibunya katakan kepada anakku?

“Ih, lucunya, pipinya tembem, gemoy deh, tapi rambutnya jabrig baget ya, kaya cowok, pasti gedenya bandel sama keras kepala hihihi.” Si ibu tertawa setelah mengatakan hal itu kepadaku.

Aku tersenyum mendengar ucapan ibu itu. Seraya berkata, “Enggak ya, Dek, Insha Allah kelak akan menjadi anak shalihah yang nurut sama orang tua.” Begitulah aku membalas komentar ibu itu.

Dan kejadian seperti itu berulang beberapa kali. Mereka selalu melakukan body shaming setiap melihat anakku karena bobot badan anakku yang besar dan rambutnya yang hitam tebal, apalagi pasca dicukur hingga tumbuh rambut yang berdiri kokoh.

Jujurly, saat itu aku sempat sedih dengan komentar mereka yang melakukan body shaming terhadap anak keduaku. Tapi untungnya ada satu tetangga yang memberi angin segar dan mensupportku.

“Gak apa-apa jabrik, nanti pas sudah besar rambutnya cantik hitam lurus lebat seperti ponakan aku.” Begitu katanya. Dari sana akhirnya aku tidak menghiraukan komentar negatif tentang anakku.

Alhamdulilah, anakku tumbuh dengan sehat. Meski gemuk, tapi ia anak yang sangat aktif dan ceria. Bahkan, mengalahkan kemampuan anak-anak yang lain yang seusianya. Di usia tujuh bulan sudah tumbuh tujuh gigi, padahal anak seusianya baru tumbuh 3-4 gigi saja.

Usia sepuluh bulan sudah bisa berjalan dengan lancar. Anak-anak tetangga yang lain di usia satu tahun belum lancar berjalan, bahkan ada yang sampai tiga tahun belum bisa berjalan hingga ibunya rajin membawa anaknya pergi terapi agar bisa berjalan.

Bukan itu saja, anak keduaku lebih cekatan dibanding dengan kakaknya dan anak-anak yang lain. Setiap saya mengajari kakaknya, malah dia yang nyautin dan ikut belajar bersama.

Alhamdulillah, setelah besar, rambutnya tumbuh lebat, hitam dan lurus tanpa harus rebonding. Bahkan, kakaknya bilang rambutnya seperti orang cina, lurus hehehe… Ia juga lebih dewasa dari kakaknya. Bahkan, tetangga sering bilang jika kakaknya sepertinya terbalik. Anak keduaku pun ikut merasakan hal itu dan pernah mengutarakannya padaku.

“Umi, kok aku merasa kalo aku itu kakak dan kakak itu adek, ya.” Begitu celetuk anak keduaku.

“Iya sayang karena kakak kan ABK (anak berkebutuhan khusus),” timpalku.

Kemudian anak keduaku lanjut bertanya kembali.

“Umi, kenapa kakak kurang dengar. Aku pingin deh, punya kakak bisa dengar. Aku juga selalu doain kakak. Aku bilang, ya Allah, semoga kakak bisa dengar ya Allah, semoga kakak masuk surga ya Allah, aamiin.”

Lalu kujawab, “Nak, setiap anak terlahir berbeda-beda. Ada yang diberi fisik normal, ada yang terlahir tidak normal seperti tanpa kaki dan tangan. Itu semua dari Allah dan ujian, baik bagi anak tersebut maupun bagi orang tuanya.”

Setelah mendengar jawaban dariku, anak keduaku manggut-manggut tanda mengerti dan berusaha mengerti dengan keadaan saudaranya. Anak keduaku selain lebih dewasa, ia juga jago masak.

Tak jarang kakaknya suka minta dimasakin mie, telur goreng, nasi goreng, hingga jajanan maklor (makaroni telor). Kadang-kadang juga kakaknya meminta diajari memasak.

Yup, jika soal masak memasak dan membuat kreasi, anak keduaku ini lebih jago, lebih kreatif, suka bikin mainan sendiri. Ia juga suka mengedit-ngedit video hingga suka mengutak-ngatik laptop. Eskul favoritnya adalah sains.

Alhamdulillah, meski harus melalui body shaming semasa kecil, setelah dewasa ia tumbuh menjadi anak yang membanggakan orang tuanya. Hingga anak-anak seusianya yang tinggal di daerah kami masih jarang yang mau konsisten menggunakan jilbab (pakaian yang menutup seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan), plus kerudung (penutup kepala sampai dada).

Awalnya anakku protes saat aku memintanya untuk memakai jilbab, kerudung, dan kaos kaki saat hendak keluar rumah dengan alasan belum baligh. Aku menjelaskan bahwa meski belum balig, tapi sudah masuk kategori mumayiz (sudah mengerti mana yang baik dan benar) sehingga sudah terkena hukum syarak.

Juga ini sebagai bentuk pembiasaan agar setelah balig sudah terbiasa dengan jilbab, jadi tidak kaget lagi. Dan akhirnya anak keduaku pun paham dan setuju untuk menggunakan jilbab ketika hendak keluar rumah. Jadi intinya, meski orang-orang berkata hal-hal negatif tentang anak kita, jangan pesimis, tapi buktikan bahwa setiap anak memiliki keistimewaan tersendiri dan apa pun itu, kita wajib mensyukurinya.

(*Naskah ini original, tidak disunting oleh editor CemerlangMedia) [CM/Na]

Views: 3

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *