#30HMBCM
Oleh: Irna Sari Dewi, S.Pd.
CemerlangMedia.Com — Menjadi guru di tengah gempuran AI bukanlah hal yang mudah. Belum lagi lagu lama kurikulum yang terus berganti. Guru yang konon jadi pelita sekarang bisa berubah jadi pengisi ruang jeruji.
Tindakan guru yang tadinya untuk mendidik malah jadi ancaman. Inilah gambaran buramnya sistem tanpa landasan yang jelas. Cerminan guru masa kini juga banyak yang abai terhadap proses penyadaran siswa.
Mengembalikan kesadaran siswa pada hal ikhwal pengenalan Allah sebagai Al Khalik dan Alnudabbir hal yang nihil ditemukan. Kebanyakan pendidik masa kini bermasa bodoh. Bekerja hanya sebagai tuntutan ekonomi. Tak kalah juga hal ini terjadi di dunia pendidikan.
Pernah satu waktu, aku mencoba berargumen tentng siswa, lalu ada sejawat yang menimpali, “Sudahlah, tidak perlu mengatur mereka. Bikin capek saja. Kalau saya ya, pikiranku saat ini, datang sekolah, mengajar lalu pulang.”
Aku mencoba menanggapi, “Jika semua orang berpikir demikian, maka siapa yang akan mengarahkan? Tugas kita bukan hanya menjadi pengajar. Tapi mendidik. Mendidik bukan sekadar mengatur ini dan itu, tapi menanamkan juga nilai-nilai akidah kepada peserta didik. Tidak ada jaminan memang mereka akan terdidik, tapi manusia punya kewajiban mutlak untuk melakukan hal itu.
Mengingatkan dalam perkara nahi mungkar. Kemudian, berlomba-lomba dalam kebaikan. Tujuan hidup manusia sejati bukan hanya urusan perut, kebahagian individu, dan mati dengan harapan masuk surga. Itu tanggapan singkatku.
Kembali pada tujuan manusia dihadirkan di bumi ini. Ya, bukan hanya mengurusi urusan pribadi. Apalagi Allah telah mengceritakan bagaimana tigas manusia di bumi. Sehingga, dengan adanya cerita penciptaan manusia, sudah sepatunya manusia menyadari statusnya sebagai hamba. (Baca QS. Al Baqarah: 28-35)
Kisah perjalanan manusia pertama yakni Adam as. Manusia yang notabene dikaruniai surga, namun karena sedikit kelalaian maka ia dihukum dengan diturunkan di bumi.
Sama halnya, jika kita sebagai manusia yang berlabel guru, jika ia abai maka sudah pasti kehancuran di bumi ini akan terus berlanjut. Karena perjalanan anak didik kita saat ini adalah bagian dari pendewasaan dan juga pengenalan Allah. Meski pun penanaman akidah bukanlah tugas sekolah semata.
Namun, hal ini perlu dilakukan. Mengingat peran guru bukan hanya mencerdaskan tapi membina akhlak. Meski secara garis besar kurikulum hari ini tidak ada landasan yang jelas terkait hal ini.
Maka, jadilah guru yang siap ditiru, dan digugu. Jangan sampai patah arahnya guru menjadi bencana bagi generasi muda saat ini. Sebab, mereka adalah bagian dari agen of change. Jadilah guru sejati. Memiliki rasa sabar, ikhlas, dan akhlak yang ahsan.
Allah Swt. berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Mujadilah: 11)
Penduduk diberi tugas untuk mendidik, memang tak mudah. Maka seyogyanya, apapun tugas dan amanah yang dijalankan di bumi ini, lakukan karena Allah. Allah adalah tujuan akhir dan utama yang perlu dinomorsatukan. Berbuat baik kepada anak didik apalagi menasehati merupakan perkara kebaikan. Dan kelak, apapun bentuk kebaikan yang dilakukan, Allah akan balas dengan yang lebih baik.
(*Naskah ini original, tidak disunting oleh editor CemerlangMedia) [CM/Na]
Views: 4






















