Generasi Tanda Tanya

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

#30HMBCM

Penulis: Yulweri Vovi Safitria
Bab 6 Kepastian yang Terbungkus Ragu

CemerlangMedia.Com — Randi adalah seorang sarjana yang berilmu. Ia tahu pasti bahwa Allah itu ada, kematian itu pasti, dan surga neraka itu nyata. Semua itu adalah kepastian yang tertulis jelas dalam Al-Qur’an dan Sunah.

Namun, hidupnya selalu terbungkus ragu. Keraguan Randi bukanlah tentang keimanan dasar, melainkan keraguan yang melumpuhkan, yaitu rasa waswas.

Saat ia hendak berdiri untuk salat Subuh, keraguan menyerangnya. “Apakah niatku sudah benar? Apakah air wuduku sudah sempurna? Lebih baik periksa lagi.” Akhirnya, waktu Subuh berlalu dan ia salat di akhir waktu.

Saat ia ingin bersedekah besar, keraguan menghalangi. “Bagaimana jika uang itu ia butuhkan nanti? Apakah sedekah ini benar-benar ikhlas? Jangan-jangan hanya pamer.” Akhirnya, ia menunda dan sedekah itu batal.

Saat ia ingin menikahi seorang wanita salehah, keraguan membelenggu. “Apakah dia benar-benar jodohku? Bagaimana jika nanti aku gagal menjadi suami yang baik? Bukankah menunda itu lebih aman?”

Randi tahu, keraguan ini adalah musuh senyap yang dikirimkan oleh khannas untuk mencuri amal dan kebahagiaannya. Ia tahu, setiap perintah Allah adalah baik dan setiap larangan-Nya adalah buruk.

Akan tetapi, ia tidak memiliki kepastian hati yang tunduk pada ilmu tanpa menuntut bukti atau perhitungan yang berlebihan. Keraguan inilah yang akhirnya menciptakan perangkap waswas.

Randi menghabiskan waktu berjam-jam untuk meneliti hal-hal kecil, padahal amalnya diukur dari niatnya untuk memulai, bukan dari kesempurnaan detail ataupun hasil.

Randi merusak keikhlasan karena ia selalu menanyakan, “Apakah ini riya’?” sehingga ia tidak jadi beramal sama sekali. Ia lupa bahwa amal tanpa keraguan dan waswas paling dicintai Allah.

Rasa lelah mulai menghampiri. Randi pun mengadu kepada seorang ustaz.

“Ustaz, saya tahu semua hal itu baik, tetapi saya selalu ragu untuk memulainya. Saya merasa ada jurang antara ilmu yang saya yakini dan tindakan yang saya tunda.”

Ustaz itu tersenyum lembut. “Nak, kepastian yang terbungkus ragu itu adalah ujian yang paling umum. Ketahuilah, setan tidak akan datang kepada orang beriman dengan mengatakan, ‘Tuhanmu tidak ada.’ Namun, ia datang dengan bisikan, ‘Nanti saja,’ atau ‘Belum sempurna,’ atau ‘Kamu tidak mampu.’”

“Solusinya bukan mencari lebih banyak ilmu, Nak, melainkan mengamalkan ilmu yang sudah pasti dan berlindung kepada Allah dari waswas. Ketika kamu ragu dengan wudumu, ingatlah kaidah fikih, ‘Yakin tidak bisa dihilangkan oleh keraguan.’ Ambillah yang yakin dan tinggalkan keraguan itu.”

“Ketika kau ragu dengan sedekahmu, bacalah ta’awwudz. Lawan setan itu dan segerakan amalmu. Segala kebaikan yang disegerakan adalah bukti dari kepastian hatimu.”

Mendengar nasihat itu, hati Randi terketuk. Ia sadar, ragu adalah izin yang ia berikan pada setan untuk menunda.

Randi bangkit. Hari itu, ia tidak membiarkan keraguan menjadi pasak pertama pilar keimanannya. Ketika ia berdiri salat, ia segera mengangkat tangan dan takbir tanpa memeriksa wudu berkali-kali. Ketika ia melihat kotak amal, ia segera memasukkan uang tanpa menghitung-hitung kerugiannya.

Ia tahu, Allah melihat keberaniannya melawan waswas. Meskipun keraguan mungkin akan datang lagi, Randi kini memiliki senjata. Ia memegang erat kepastian imannya dan ia belajar untuk merobek bungkus ragu dengan tindakan nyata dan perlindungan kepada Allah. Sebab ia tahu, perjalanan hijrah adalah tentang meninggalkan keraguan dan bergegas menuju keyakinan.

Randi berusaha untuk terus memerangi rasa waswas dalam dirinya sembari terus memperbaiki amalnya. “Maka setan membisikkan pikiran jahat (was-was) kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka, yaitu auratnya, dan setan berkata, “Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”. Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya,”Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua,’ maka setan membujuk keduanya dengan tipu daya.” (QS Al-A’râf [7]: 20-22).

[CM/Na]

Views: 7

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *