Moderasi Beragama, Perjuangan Tanpa Ujung

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

#30HMBCM

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban

CemerlangMedia.Com — Puncak Festival Literasi Keagamaan 2025 digelar di Auditorium HM Rasyidi, Kementerian Agama RI, Jl. MH Thamrin, Kamis 20 November 2025, mengusung tema “Merajut Keragaman, Menebar Cinta, dan Menjaga Semesta”. Acara ini dihadiri berbagai lembaga pendidikan, komunitas literasi, tokoh agama, serta pelajar dari seluruh Indonesia (dki.kemenag.go.id, 21-11-2025). Acara ini ditutup dengan doa lintas agama yang dipimpin oleh perwakilan dari berbagai agama di Indonesia, di mana doa ini dianggap simbol persaudaraan, kerukunan, dan penghormatan antarumat beragama.

Nyata, Kemenag terus fokus menggalakkan program literasi dan penguatan moderasi beragama. Dalam sambutannya, Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa literasi keagamaan bukan sekadar kemampuan membaca teks, tetapi juga memahami realita kehidupan, yaitu kita berasal dari Yang Satu dan akan kembali kepada Yang Satu.

Nasaruddin juga menekankan bahwa setiap tindakan manusia harus memuliakan nilai ketuhanan sekaligus menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Pesan tersebut menguatkan pemahaman bahwa literasi adalah jalan untuk menumbuhkan empati, toleransi, dan harmoni sosial.

Pada malam itu juga, ada pemberian penghargaan Anugerah Literasi Keagamaan 2025 kepada tiga tokoh nasional yang dinilai berjasa menguatkan moderasi beragama dan ruang dialog lintas iman, yaitu Prof. Nur Syam sebagai Penggerak Literasi Moderasi Beragama, Prof. Kembong Daeng sebagai Pelestari Literasi Berbasis Kearifan Lokal, serta Greg Soetomo sebagai Penggagas Dialog Lintas Iman.

Moderasi Beragama, Perjuangan Tanpa Ujung

Habislah energi kaum muslim ini dengan program moderasi beragama. Bahkan, literasi yang dikembangkan adalah memahami makna bukan sekadar pandai membaca, tetapi juga berketuhanan sekaligus menjunjung tinggi kemanusiaan. Kalimat yang absurd, apalagi jika dilekatkan pada fakta banyaknya agama di Indonesia hingga perlu dibuat perlintasan.

Makna kalimat di atas berbenturan dengan kalimat sebelumnya yang mengatakan kita berasal dari Yang Satu, kembalinya kepada Yang Satu. Jika Yang Satu itu dimaknai sebagai Tuhan, hanya Islam yang jelas-jelas menyatakan Tuhan itu satu dan tidak ada Tuhan selain Allah, sementara agama lain masih menjadi polemik, berapa jumlah Tuhannya.

Inilah perjuangan tanpa ujung, sebab persoalan utama yang membelit kaum muslimin bukan lemahnya toleransi yang harus diperkuat dengan moderasi beragama. Namun, sekularisme akut yang ditanamkan para pembenci Islam agar makin jauh dari Islam kafah.

Padahal jelas perintah Allah Swt dalam firman-Nya yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS Al Baqarah: 208).

Makna ayat di atas adalah, “Allah Ta’ala berfirman menyeru para hamba-Nya yang beriman kepada-Nya serta membenarkan rasul-Nya untuk mengambil seluruh ajaran dan syariat; melaksanakan seluruh perintah dan meninggalkan seluruh larangan sesuai kemampuan mereka.” (Tafsir Ibn Katsir 1/335).

Lantas, mengapa kita sibuk menaati apa yang digagas oleh kafir? Moderasi beragama memang bukan datang dari Islam, ia dibangun dari pemikiran kafir yang menghendaki Islam dan pemeluknya terpisah jauh. Islam dipelajari secara substansial saja, ibadah ritual saja, jangan ada jihad dan Khil4f4h meski itu ajaran Islam, dan lainnya. Sebab jika dipelajari kemudian, Islam dipahami sebagai aturan hidup, maka kaum muslim akan bangkit, itulah akhir dari hegemoni kafir yang mereka sama sekali tidak ingin terwujud.

Gagasan moderasi beragama dikeluarkan oleh RAND Corporation, yang jelas merupakan rekayasa global untuk merusak Islam hingga memusnahkannya dari muka bumi. Dan sangat jelas bahwa proyek ini adalah kelanjutan dari proyek war on terrorism (WoT) yang memang digunakan sebagai alat perang melawan ideologi Islam dan para pengembannya.

Dan kejinya, kini generasi muda mulai dari kalangan lembaga pendidikan, komunitas literasi, tokoh agama, serta pelajar dari seluruh Indonesia digiring untuk mempercayai ini jalan terbaik menuju perubahan yang hakiki. Mengabaikan apa yang paling utama, yaitu kewajiban menerapkan Islam secara kafah.

Islam Sempurna Tak Butuh Disempurnakan

Boleh dikata, moderasi beragama justru menghambat kemajuan pembangunan, baik fisik maupun non fisik kaum muslimin. Sudah selayaknya ide ini kita buang jauh dan melihat lebih dalam lagi pada akar persoalan, yaitu sekularisme yang melahirkan kapitalisme.

Di mana potensi kaum muslim, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alamnya dirusak agar peradaban Islam yang pernah berjaya selama 13 abad tidak kembali tegak. Padahal, itulah junnah kita, tegaknya Daulah Khil4f4h adalah perisai umat dari ancaman dan kesulitan apa pun.

Kaum muslim harus menegakkan kewaspadaan, menolak moderasi beragam apa pun bentuk dan narasinya, dan kembali kepada penerapan Islam kafah sebagaimana teladan Rasulullah saw.. Kemenag sebagai lembaga keagamaan seharusnya menjadi garda terdepan melakukan aktivitas mencerdaskan umat, meningkatkan taraf berpikir umat, serta memimpin perubahan hakiki.

Tidak ada kemuliaan kaum muslimin tanpa Islam dan tidak bisa Islam diterapkan berdasarkan cara pandang Barat. Mutlak kaum muslim harus belajar dengan jemaah dakwah ideologis agar bisa sempurna pemahamannya terhadap Islam.

Islam tidak perlu disempurnakan, bahkan dimodifikasi terkait pemaknaan toleransi karena apa yang diharamkan Allah akan tetap demikian keadaannya, tidak perlu lagi ranah diskusi bagi manusia. Jelas, ide sekularisme yang melahirkan kapitalisme inilah yang membuat umat ragu. Mereka jelas menginginkan manusia yang cerdas dan hatinya terikat kepada syariat kafah. Jika kita lemah, apa yang akan kita beri sebagai hujjah di hadapan Allah? Wallahua’lam bissawab. 

(*Naskah ini tidak disunting oleh editor CemerlangMedia) [CM/Na]

Views: 8

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *