Penulis: Elis Ummu Alana
Kontribusi dan tanggung jawab umat tidak bisa dilakukan maksimal manakala umat masih terpecah dengan alasan beda pemahaman di ranah-ranah turunan keagamaan tertentu. Umat harus bersatu dalam satu komando agar aksi dan tanggung jawab penyelamatan generasi bisa dilakukan dengan maksimal.
CemerlangMedia.Com — Anak-anak dan generasi muda terjebak dalam pusaran persoalan yang pelik. Hampir setiap hari media memberitakan perilaku generasi muda yang makin liar, mulai dari bullying, seks bebas, L687, judol dan pinjol, serta kasus penyalahgunaan narkoba.
Generasi Muda dalam Pusaran Kehidupan yang Rusak
Dilansir dari kompas.com (28-11-2025 lalu), riset Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) menemukan 58 persen gen Z memanfaatkan pinjaman online (pinjol) untuk kebutuhan gaya hidup serta hiburan. Begitu pula kasus penyalahgunaan narkoba. Alih-alih berkurang ternyata malah meningkat. Melansir artikel pada news.detik.com (12-11-2025) lalu, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Suyudi Ario Seto menjelaskan bahwa dari data terbaru yang dimiliki BNN, jumlah remaja yang terlibat kasus narkoba mengalami peningkatan.
Berdasarkan survei yang dilakukan BNN bersama BRIN hingga BPS pada tahun 2023, sebanyak 28,2 persen pengguna narkoba berasal dari kalangan usia 15—24 tahun, sementara pada tahun 2023, total ada 903.600 orang dengan rentang usia 15—24 tahun yang berstatus pengguna narkoba. Kemudian pada data tahun 2024 disebutkan bahwa lebih dari 50 persen kasus tindak pidana narkotika melibatkan remaja dan dewasa muda dengan rentang usia 17—35 tahun.
Seolah tidak mau kalah, angka pelaku seks bebas dan kehamilan dini juga meningkat. Data BKKBN menunjukkan bahwa 59% remaja perempuan dan 74% remaja laki-laki pernah melakukan hubungan seksual di usia 15—19 tahun. Perilaku ini makin diminati generasi muda yang mengganggap sebagai pelampiasan dari rasa takut menikah tapi kebutuhan biologis bisa terpenuhi (jatimtimes.com, 04-11-2025).
Kasus bullying di sekolah juga meningkat signifikan. Menurut data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), kasus bullying terus mengalami peningkatan sejak tahun 2020 lalu. Tahun 2020 sebanyak 91 kasus, 2021 sebanyak 142 kasus, 2022 sebanyak 194 kasus, 2023 sebanyak 285, tahun 2024 sebanyak 573 kasus (bbc.com, 21-11-2025).
Kapitalisasi Ruang Digital Merusak Generasi
Banyak pemicu yang akhirnya menjadikan generasi muda terjebak dalam pemikiran dan perilaku yang salah, selain lemahnya pola asuh orang tua. Lemahnya kontrol masyarakat dan negara, pemicu lain yang menjadikan perilaku generasi makin brutal adalah paparan media sosial.
Tidak dimungkiri, generasi muda hari ini lahir dan tumbuh bersama teknologi. Wajar apabila pola pikir dan perilakunya banyak terpengaruh oleh produk digital berupa konten-konten media sosial. Saat ini, generasi muda hidup dalam dua dimensi berbeda, satunya dunia nyata satunya dunia maya. Kedua dimensi tersebut memiliki pola pergaulan dan sudut pandang yang berbeda.
Kehidupan dunia maya yang cenderung bebas, lugas, up to date, dan relate dengan dunia anak muda menjadikan generasi muda lebih banyak berinteraksi di dalamnya. Interaksi yang intens inilah yang kemudian memberikan dampak buruk bagi generasi. Anak- anak dan generasi muda terpapar pola pikir gaya hidup liberal, konsumtif, dan hedonis.
Saat ini, bagi generasi muda, media sosial tidak lagi sekadar hiburan dan ajang berbagi informasi, melainkan passion. Sementara dalam pandangan kaum sekuler, liberal, dan kapitalis, selain sebagai ajang hiburan dan bisnis, media sosial adalah alat propaganda untuk menularkan pemikiran dan gaya hidup sekuler dan liberal pada kalangan generasi muda dan mengubah tatanan sosial kehidupan masyarakat, terutama umat Islam.
Mengapa umat Islam? Ini karena generasi muda muslim saat ini memiliki potensi yang besar untuk menjadi pelopor penggerak perubahan tatanan kehidupan dan politik global. Generasi muda muslim saat ini cenderung memiliki karakter kritis, penuh ide, dan keberanian menyuarakan pendapat sehingga menjadi ancaman besar bagi eksistensi ideologi mereka.
Selain sebagai bisnis untuk mendapatkan keuntungan, inilah alasan yang kemudian menjadikan media sosial dikuasai oleh kaum sekuler dan kapitalis. Mereka mengendalikan dan mendominasi bisnis digital hingga menjadi sebuah hegemoni. Hegemoni kapitalis ruang digital inilah yang kemudian dijadikan alat untuk merusak generasi muda saat ini.
Tanggung Jawab Umat Menyelamatkan Generasi
Mereka berhasil. Saat ini, profil generasi muslim telah rusak. Tentu saja hal tersebut menjadi persoalan serius yang harus segera direspons dan diselesaikan melalui solusi sistemik yang harus melibatkan individu, masyarakat, dan negara. Persoalan ini harus dituntaskan hingga ke akarnya, bukan solusi setengah badan yang hanya menyelesaikan masalah di bagian permukaan saja.
Tanggung jawab menyelamatkan generasi muda hari ini tidak bisa lagi hanya melibatkan individu sebagai orang tua, melainkan menjadi tanggung jawab umat. Sebab, dalam Islam, generasi muslim adalah pewaris risalah Nabi yang tentunya harus memiliki jati diri kepemimpinan Islam yang religius, tangguh, cerdas, kritis, kreatif, dan berakhlak saleh.
Umat yang terdiri dari individu, masyarakat, dan negara harus bekerja sama mengatur strategi dalam rangka menyelamatkan generasi. Maklumat-maklumat individu sangat penting untuk membangun fondasi keimanan dan akhlak generasi. Sementara kontrol masyarakat diperlukan untuk memberikan batasan dalam mengendalikan perilaku generasi dalam bergaul dan berinteraksi sosial.
Sementara itu, negara memiliki kontribusi yang paling penting dengan cakupan yang lebih luas, yaitu memberikan pendidikan dan perlindungan. Negara juga membuat aturan-aturan yang tegas bagi pengguna media sosial, mengatur dan mengendalikan akses serta konten digital sehingga penggunaan teknologi digital berupa media sosial hanya berfokus pada pengambilan manfaatnya saja.
Namun, perlu diingat, kontribusi dan tanggung jawab umat tidak bisa dilakukan maksimal manakala umat masih terpecah dengan alasan beda pemahaman di ranah-ranah turunan keagamaan tertentu. Umat harus bersatu dalam satu komando agar aksi dan tanggung jawab penyelamatan generasi bisa dilakukan dengan maksimal.
Selain semangat keimanan, poin penting inilah yang pertama kali harus dipahami sebagai fondasi dalam menjalankan misi mulia ini. Kontribusi umat hari ini adalah wujud dari keimanan kepada Allah Subhanahu wa Taala dan warisan keteladanan bagi generasi mendatang. Allahu a’lam bisshawab. [CM/Na]
Views: 7






















