Sistem Rusak Picu Bunuh Diri Anak Kian Merebak

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Pahriati
(Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Generasi)

CemerlangMedia.Com — Tragis! Seorang anak SD (10) di Pekalongan nekat mengakhiri hidup dengan cara gantung diri di kamarnya. Peristiwa ini terjadi pada Rabu (22-11-2023), diduga dipicu karena dilarang bermain ponsel. Kejadian ini sontak mengejutkan si ibu dan menggemparkan banyak orang (Kompas.com, 23-11-2023).

Mirisnya, ini bukan kasus bunuh diri pertama yang terjadi pada anak di bawah umur. Sebelumnya, pada Selasa (26-9-2023) publik juga dihebohkan dengan anak SD (13) di Jakarta Selatan yang jatuh dari lantai empat sekolahnya. Dugaan kuat anak tersebut bunuh diri karena menjadi korban perundungan (Kompas.id, 28-9-2023).

Deputi bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mencatat, sejak Januari 2023 hingga awal November 2023, sudah ada 20 kasus bunuh diri pada anak dengan usia di bawah 18 tahun. Faktor pemicunya beragam, ada depresi, dugaan perundungan, dan faktor lain (rri.co.id, 11-11-2023).

Sungguh, ini adalah fenomena yang mengerikan. Jika dahulu bunuh diri dilakukan oleh orang dewasa, lalu merambah ke remaja. Kini, kejadian bunuh diri telah merambah usia dini. Fenomena ini harus kita cermati. Ada apa dengan generasi saat ini?

Kapitalisme Pembawa Petaka

Merebaknya kasus bunuh diri pada anak menunjukkan ada yang salah dalam tata kehidupan ini. Kita tahu bahwa tumbuh kembang seorang anak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, sekolah, juga masyarakat. Artinya, jika saat ini terlahir generasi yang rapuh, mudah putus asa, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap ketiga unsur tersebut.

Tak bisa dimungkiri, kebanyakan keluarga saat ini dibangun dengan bingkai sekularisme kapitalisme. Agama tak lagi menjadi tolok ukur berkeluarga, termasuk dalam membina anak. Orientasi hidup hanya mengejar dunia, suasana rumah kering dari nilai agama. Keimanan yang semestinya menjadi fondasi kokoh menghadapi kehidupan telah terabaikan.

Dari situlah bibit jiwa yang rapuh mulai tumbuh. Apalagi jika terjadi disharmoni dalam rumah tangga, tidak ada kedekatan antar anggota keluarga, anak tak punya tempat berbagi cerita. Hal ini memicu perilaku buruk pada anak, semisal penyalahgunaan narkoba hingga nekat bunuh diri.

Lingkungan sekolah juga memiliki peranan pada kesehatan mental anak. Kurikulum sekolah yang dilandaskan pada sekularisme kapitalisme telah mengikis nilai ruhiah yang hakiki. Pendidikan agama hanya pelengkap, bukan menjadi landasan utama. Anak-anak diarahkan dalam bersekolah untuk cepat lulus, mendapatkan nilai dan gelar, lantas bisa bekerja dan menghasilkan banyak uang. Dari sini terlahir generasi yang mungkin unggul di bidang sains dan keahlian teknis, tetapi mentalnya laksana kerupuk, mudah hancur atau melempem.

Meski saat ini pendidikan berbasis Islam mulai banyak berkembang, tetapi sebagian juga tetap terkena imbas sistem pendidikan kapitalisme. Kalau pun ada sekolah yang berusaha mendidik dengan standar Islam, tidak semua anak berkemampuan mengenyamnya.

Kondisi di atas diperparah dengan sistem kehidupan sekularisme kapitalisme yang mengakar kuat di tengah masyarakat. Hubungan antar manusia tidak lagi dibangun berlandaskan nilai ukhuwah (persaudaraan), melainkan ikatan kepentingan. Nilai kesopanan kian tergerus, nilai kemanusiaan telah terberangus. Masing-masing sibuk dengan urusannya, tak peduli dengan masalah orang lain.

Kapitalisme juga menggambarkan standar hidup bahagia adalah yang banyak harta, cantik rupa, bergelar juara, bisa berleha-leha, dan kenikmatan dunia lainnya. Manusia berlomba untuk mendapatkannya. Ada tekanan mental, stres, bahkan depresi saat tak mampu meraihnya.

Harus kita ingat, kehidupan keluarga, sekolah, dan masyarakat takkan lepas dari pengaruh sistem yang diterapkan oleh negara. Sayangnya, negara kita justru menjadikan sekularisme dan kapitalisme sebagai haluannya. Padahal kita bisa melihat bahwa sekularisme kapitalisme adalah sumber petaka. Sistem ini berperan besar sebagai penyebab rusaknya generasi muda dan anak-anak kita. Oleh karenanya, untuk mengakhiri permasalahan ini, sistem kapitalisme harus segera diakhiri.

Islam Solusi Hakiki

Islam adalah agama yang sempurna. Syariat yang dimilikinya mengatur seluruh aspek kehidupan. Aturan tersebut ditetapkan oleh Allah Sang Pencipta. Sudah semestinya kita menjadikan syariat Islam sebagai standar kehidupan. Begitu pun ketika menghadapi masalah generasi, sudut pandang penyelesaiannya haruslah mengacu kepada Islam.

Telah jelas bahwa maraknya kasus bunuh diri pada anak disebabkan oleh sistem kapitalisme yang rusak. Maka, sistem tersebut harus diakhiri dan digantikan dengan Islam. Islam telah mengatur bagaimana kehidupan di keluarga, sekolah, juga di masyarakat.

Islam mengajarkan bahwa membangun rumah tangga adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah. Untuk itu, ketika membina keluarga haruslah dilandaskan pada keimanan. Begitu pula dalam mendidik anak-anak.

Kita bisa berkaca bagaimana masyarakat di Gaza. Di tengah gempuran penjajah yang tiada henti, anak-anak justru tumbuh menjadi manusia dengan kesabaran dan mental sekuat baja. Tak gentar menghadapi musuh. Dan semua itu lahir dari landasan keimanan yang ditanamkan oleh orang tuanya. Al-Qur’an adalah landasan hidup mereka. Bangunan keluarga seperti inilah yang diajarkan oleh Islam.

Dalam sistem pendidikan, Islam menjadikan akidah sebagai landasan pengaturannya. Penguatan keimanan adalah bagian penting yang diperhatikan dalam pengaturan pendidikan. Selain menanamkan keimanan dan tsaqafah (pemahaman) keislaman, sistem pendidikan Islam juga mengarahkan agar anak didik menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari sinilah akan lahir generasi hebat yang menguasai dunia, tetapi tidak melupakan akhirat. Tak hanya pandai dalam urusan dunia, tetapi juga memiliki iman dan mental yang kuat.

Lantas, Islam juga punya seperangkat aturan yang mengatur kehidupan bermasyarakat agar berjalan dengan harmonis dan mampu mendukung agar senantiasa berjalan dalam ketaatan. Penerapan sistem Islam akan menghindarkan manusia dari depresi sehingga terhindar dari pikiran untuk bunuh diri.

Demikianlah sekelumit gambaran pengaturan Islam yang akan mengantarkan manusia pada kehidupan yang sejahtera dan terjaga dalam suasana ketaatan. Inilah sistem yang harus kita perjuangkan. Sudah saatnya kita tinggalkan sekularisme kapitalisme yang merusak generasi dan digantikan dengan Islam yang menjadi pelindung hakiki. [] [CM/NA]

Views: 7

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *