CemerlangMedia.Com — Sepak bola adalah salah satu cabang olahraga yang digandrungi semua kalangan, mulai anak-anak hingga orang dewasa. Semua antusias menyaksikan pertandingannya, baik skala nasional ataupun lintas negara.
Sebagaimana yang baru-baru ini diperhelatkan, yaitu Piala Asia U-23 AFC 2024. Piala Asia U-23 AFC 2024 adalah edisi ke-6 dari Piala Asia U-23 AFC sebagai kejuaraan U-23 AFC sebelum berganti nama mulai 2021. AFC ini merupakan kejuaraan sepak bola internasional dua tahunan yang diselenggarakan oleh Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) untuk tim nasional putra U-23 Asia.
Indonesia sebagai salah satu negara yang turut terlibat, juga menyambut antusias. Bukan hanya peserta ataupun pelatih, tetapi juga para suporter yang hadir langsung maupun mengadakan nobar di berbagai tempat.
Dari perhelatan sepak bola, tidak dipungkiri, bukan hanya soalan lifestyle yang mengemuka, tetapi ada hal lain yang juga sangat menonjol. Semangat nasionalisme misalnya. Pertandingan demi pertandingan secara otomatis akan membangun semangat nasionalisme. Hal ini tampak ketika tim Indonesia dipaksa tunduk 0-2 dari tim Uzbekistan.
Disinyalir, kecurangan wasit memicu huru-hara, termasuk di media sosial. Nyaris semua pihak menyoroti dan berkomentar soal ini. Hingga akhirnya netizen +62 beramai-ramai mencari akun media sosial wasit tersebut dan riuh berkomentar di sana.
Terlepas dari berbagai kontroversi terhadap olahraga yang satu ini, perhelatan sepak bola sesungguhnya adalah bagian dari proyek kapitalisme global dengan perputaran uang yang nilainya fantastis hingga mencapai ribuan triliun. Sudah menjadi rahasia umum, dalam tradisi kapitalisme global, ada priviledge bagi perusahaan-perusahaan transnasional raksasa untuk mendapatkan perlindungan supaya tidak bangkrut.
Muncul jargon too big to fail (TBTF) atau terlalu besar untuk (dibiarkan) gagal menggambarkan betapa pentingnya perusahaan-perusahaan besar itu untuk tetap berdiri at all cost alias sebesar apa pun ongkosnya. Jika kapitalisme global mempunyai ikon-ikon, seperti Bill Gates, Jeff Bezos, Mark Zuckerberg, Jack Ma, dan Elon Musk, ikon persepakbolaan yang menjadi bagian dari kapitalisme global pun eksis, contohnya Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Neymar Jr, mereka semua merupakan ikon sepak bola global.
Islam memandang olahraga sepak bola sebagai hal yang mubah sebagaimana hukum asalnya. Namun, jika sudah menyangkut upaya kapitalisasi sehingga permainan di-setting sedemikian rupa mengikuti kepentingan para kapitalis untuk meraih sebesar-besarnya keuntungan tanpa mempertimbangkan halal-haram, maka sepak bola dalam konteks ini sudah masuk kategori laghwun munadzdzamun (permainan yang terorganisir) yang haram hukumnya.
Dalam perhelatan permainan itu, ikhtilat tidak menjadi soal. Pun membuka aurat, minum khamr, judi (taruhan), hingga meninggalkan salat, adalah hal yang biasa di dalamnya. Semua itu adalah bentuk pelanggaran terhadap syariat Islam sehingga keharamannya menjadi jelas.
Di lain sisi, semangat para suporter yang luar biasa, pengorbanan yang juga di luar normal, sesungguhnya bisa menjadi potensi yang besar bagi izzah Islam dan kaum muslim. Seandainya semangat, harta, energi, hingga waktu yang mereka miliki dihabiskan untuk Islam, sungguh jauh lebih baik, mendatangkan hal yang bermanfaat, serta keberkahan bagi umat.
Oleh karena itu, umat Islam tidak boleh terjebak dengan tampilan manis berbagai even berkedok olahraga, padahal menjauhkan umat dari nilai-nilai Islam, serta gambaran Islam yang kafah. Penting bagi umat Islam untuk mewujudkan penerapan syariat Islam yang kafah agar umat ini terhindar dari kesia-siaan, kemudharatan, lifestyle hedon yang melenakan, bahkan bahaya kerusakan. Di samping itu, penerapan Islam kafah juga akan membawa rahmat bagi seluruh alam.
Agenda besar umat Islam untuk mengembalikan izzah Islam wal muslimun, yakni mewujudkan Islam politik dalam naungan Khil4f4h seharusnya menjadi prioritas dalam hidup sehingga kemuliaan dan kemenangan Islam benar-benar bisa hadir, serta membawa kebaikan bagi manusia semuanya. Jangan lagi terjebak pada permainan Piala AFC, olimpiade, atau bahkan piala dunia sekalipun, sebab akan menjauhkan umat ini dari ruh Islam dan melalaikan kaum muslimin dari perjuangan yang utama.
Allah Swt. berfirman,
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ
“Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah permainan dan senda gurau.” (QS Al-An’am: 32).
Wallahu’alam.
Rohaedah
(Aktivis Muslimah) [CM/NA]
Views: 9






















