Oleh: Irsad Syamsul Aíñúñ
(Creative Designer CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Setiap jiwa akan merasakan sakaratul maut, kata Ust. Oemar Mita, “Hakikat hidup ini bukan sekadar bagaimana hidup ini dijalani. Akan tetapi, bagaimana kemudian menyiapkan bekal menuju hari yang abadi, yakni kampung akhirat. Yang akan dijemput dengan kematian.”
Ya Mujibal Qulub… Allah sebaik-baik Zat yang menggenggam hati dan jiwa seluruh makhluk-Nya. Kita berharap kematian yang husnul khatimah, meninggalkan jejak yang mampu mengalirkan amal jariah untuk diri dan siapa pun yang termasuk dalam golongan orang saleh.
Menyiapkan kematian yang husnul khatimah bukan sekadar numpang hidup di dunia dengan aktivitas makan, tidur, berkembang biak layaknya makhluk bergerak lainnya. Jika prioritas hidup kita hanya aktivitas tersebut, lah apa bedanya kita dengan hewan? Meski dalam ilmu biologi, manusia tergolong dalam kelompok hewan dengan sebutan mamalia.
Hidup memang sesederhana itu ya, menyebutnya. Pada hakikatnya, esensi penciptaan kita adalah menjadi khalifah di bumi (baca: QS Al-Baqarah), kemudian menjadi sebaik-baik makhluk untuk menguji siapa di antara kita yang memiliki amal saleh terbaik (baca: QS Al-Mulk: 2).
Jika gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belangnya, lah kamu mati meninggalkan apa? Intropeksi diri dan bermuhasabah, kembali kepada rutinitas, tetapi tidak menjadikanmu lalai dengan perkara akhirat.
Sebanyak apa pun harta benda yang dimiliki, tubuh yang sehat, tak akan ada artinya di mata Allah. Sebab, terkadang hal-hal yang bersifat keduniawian inilah yang melalaikan manusia daripada perbuatan untuk mengesakan-Nya.
Semua diukur berdasarkan materi. Apakah salah jika menjadi pribadi yang memiliki harta? Tidak juga, sungguh tidak karena sebelumnya, para pendahulu kita memiliki segudang harta, ilmu, dan yang lainnya. Akan tetapi, semua yang mereka miliki makin meningkatkan taat dan takwa mereka kepada Sang Khalik sekaligus Al Mudabbir.
Wallahi, dalam firman-Nya manusia benar-benar dalam kerugian (baca: QS Al Asr: 1—3). Bukankah kita ini amat singkat waktunya di dunia?
Eh, tetapi kenapa kita doyan amat untuk berlama-lama dalam angan tentang keabadian hidup di tempat yang sementara ini?
#MuhasabbahDiri
#ResolusiHidup2024
#Life4Dakwah
#IslamSolusiHakiki
#KebangkitanBerpikir