Oleh: Maman El Hakiem
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)
Allah Swt. bersumpah dengan menggunakan waktu atau masa pada surah Al Ashr: 1,
وَٱلْعَصْرِ
Wal-‘aṣr (Demi masa)
Tentunya hal ini memberikan penekanan agar manusia memperhatikan waktu perjalanan hidupnya. Menurut sebagian ahli tafsir, diksi waktu yang dimaksud menunjukkan waktu Asar atau senja kala.
Hal yang menarik ketika kita merenungkan bagaimana Allah Swt. bersumpah dengan waktu Asar, yaitu keadaan senja hari, baik secara denotatif tentang keadaan fisik alam semesta, maupun secara konotatif, yaitu keadaan manusia menjelang usia renta.
Di kala senja, matahari mulai meredup, ada keindahan tersendiri dalam menyongsong kala senjanya kehidupan manusia. Sekalipun energi kreativitas tidak lagi sehebat masa muda, tetapi harus mampu menjalani hari dengan optimisme dan produktivitas yang tetap membara. Bukan hanya secangkir kopi, tetapi alunan ayat suci yang dapat memaknai senja agar tetap optimis menjalani sisa usia dengan penuh makna, terus berkontribusi, dan berkarya memberikan kemaslahatan untuk umat.
Tengoklah kisah para ulama saleh yang menemukan kehebatan ilmunya di kala senja. Ada Syekh Yusuf al-Qaradawi, seorang ulama Sunni yang terkenal dengan pemikiran progresifnya dalam isu-isu kontemporer. Meskipun telah mencapai usia senja, beliau tetap aktif dalam berbagai kegiatan ilmiah dan publikasi tulisan-tulisannya.
Pun sosok Muhammad bin Saleh al-Utsaimin, ulama yang terkenal dengan karya-karyanya dalam bidang fikih dan akidah. Meskipun telah lanjut usia, beliau tetap menjadi sumber rujukan bagi para pelajar dan peneliti di seluruh dunia.
Dan masih banyak lagi ulama hebat yang menemukan kala senjanya dengan karya yang luar biasa. Bagi orang-orang saleh, masa ini adalah kesempatan untuk merenung, memperdalam hubungan dengan Allah Swt., memberi maslahat bagi umat, dan mempersiapkan diri untuk perjalanan ke akhirat.
Mereka menikmati setiap episode kehidupan dengan kesadaran penuh akan keberadaan insan pada dunia yang sifatnya sementara, selalu mensyukuri setiap momen keindahan sekecil apa pun, dan selalu berorientasi pada kehidupan di masa depan. Bagi mereka, tidak ada kata terlambat untuk belajar hal yang baru atau mengejar cita-cita yang selama ini tertunda.
Tetaplah aktif secara fisik dan mental. Terlibatlah dalam kegiatan yang memberikan kebahagiaan dan meningkatkan kualitas hidup, seperti berkebun, menulis, atau menjadi bagian dari kelompok dakwah berjemaah untuk memperkaya nilai spiritualitas.
Menepi kala senja bagi orang-orang saleh adalah saat untuk meningkatkan spiritualitas dan berbagi kebijaksanaan yang mereka peroleh selama hidupnya. Mereka menjadi teladan bagi generasi berikutnya dalam memimpin kehidupan yang bermakna.
Berbagi pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki dengan generasi muda adalah salah satu bentuk kontribusi yang sangat berharga. Memanfaatkan sisa usia dengan melakukan amal kebaikan sebanyak mungkin. Bantu sesama, sedekahkan rezeki, dan luangkan waktu untuk beribadah dan berkontemplasi. Kebaikan yang kita lakukan akan menjadi warisan yang abadi, membawa manfaat, bahkan setelah kita tiada.
Usia senja bukanlah akhir dari pembelajaran. Ingatlah bahwa kewajiban mencari ilmu melekat sejak dalam buaian hingga ke liang lahat. Tetaplah terbuka untuk belajar hal-hal baru, menjelajahi dunia dengan rasa ingin tahu yang tinggi, dan terus berkembang sebagai individu. Pembelajaran sepanjang hayat akan memberikan energi positif dan memperkaya pengalaman hidup.
Di usia senja, kita makin dekat dengan takdir akhir hidup. Terimalah hal ini dengan lapang dada dan persiapkan diri secara spiritual. Selalu bermunajat dan muhasabah terhadap segala permasalahan hidup sehingga mampu memetik hikmah-hikmahnya.
Dalam mengarungi usia senja, setiap individu memiliki kisahnya masing-masing. Namun, dengan sikap optimis, produktif, dan penuh kebaikan, kita dapat menjalani sisa usia dengan penuh makna dan meninggalkan jejak yang membahagiakan bagi generasi mendatang.
Saat menepi usia senja, ingatlah selalu pesan tersirat sabda Nabi Muhammad saw., “Andai kiamat terjadi dan kebetulan tangan kalian memegang batang kurma, sekiranya kalian sempat menggali, maka tanamlah ia.” (HR Bukhari).
Wallahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]