Oleh: Nunik Umma Fayha
CemerlangMedia.Com — Seiring terjadinya perang di P4l3stin4, nama Abu Ubaidah menjadi banyak disebut. Abu Ubaidah, Juru Bicara Militer Hamas yang menjadi komandan strategi perang media melawan provokasi media Isr43l dan buzzernya.
Abu Ubaidah resmi menjadi Jubir Militer Hamas pada 2005. Beliau bukan orang sembarangan. Lulusan S2 jurusan Ushuluddin, Universitas Islam dan hasil didikan langsung Syaikh Ahmad Yasin, Rantisi, dan Abu Shaneb (suaramerdeka.conm, 07-11-2023) pendiri dan pimpinan awal Brigade Izzuddin Al-Qassam.
Seperti Abu Ubaidah bin Jarrah yang dikenal sebagai kepercayaan Umat, Abu Ubaidah kebanggaan Al-Qassam ini menurut aceh.pikiran-rakyat.com (06-11-2023), sosok dan kata-katanya lebih dipercaya rakyat Isr43l dan direspons lebih serius dari apa yang disampaikan Perdana Menteri Netanyahu dan para pejabatnya. Rakyat Isr43l banyak yang kecewa dengan janji keamanan yang diberikan pemerintahnya. Tak heran, banyak warga Isr43l yang kabur melarikan diri ke luar negeri.
Abu Ubaidah bin Jarrah, Sang Kepercayaan Umat
Beda Abu Ubaidah Jubir Hamas, beda lagi Abu Ubaidah bin Jarrah, sahabat Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. ‘Orang Kepercayaan Umat’, itulah julukan yang diberikan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam untuk Abu Ubaidah bin Jarrah. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim berikut,
“Sesungguhnya setiap umat mempunyai orang kepercayaan dan sesungguhnya orang kepercayaan umat ini adalah Abu Ubaidah bin Jarrah.”
Orang-orang juga menyebutnya sebagai amirul umara, sang panglima besar. Julukan yang tidak sekadar pujian karena sebagai kepercayaan umat, Abu Ubaidah bin Jarrah dikenal selalu menepati janji. Sebagai amirul umara, Abu Ubaidah bin Jarrah dikenal sebagai pembela Islam yang gagah berani di medan perang. Setiap turun panggilan jihad, tidak sekali pun Abu Ubaidah ragu bahkan ketika harus melawan hati nuraninya sendiri. Abu Ubaidah bin Jarrah dikenal pula selalu terdepan menjawab panggilan jihad.
Abu Ubaidah bin Jarrah lahir dari keluarga bangsawan Quraisy. Meski begitu, Abu Ubaidah selalu hidup sederhana dan tidak seperti kalangan bangsawan yang pada umumnya suka berfoya-foya dan pamer kekayaan maupun kedudukan.
Seperti kebanyakan keluarga bangsawan di Makkah masa itu, penentangan terhadap ajaran lurus yang dibawa Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam juga dialami Abu Ubaidah. Keluarga, khususnya ayahnya terus berusaha mengembalikannya pada kejahiliyahan, pada agama nenek moyang. Namun, keteguhan dan kuatnya pautan hati pada Islam yang menyampaikan kemuliaan, tidak mampu menggugurkan tekadnya. Abu Ubaidah bahkan rela ikut berhijrah ke Habasyah dan kemudian ke Madinah demi menyelamatkan imannya.
Perangnya Abu Ubaidah bin Jarrah
Badar menjadi saksi bagi pertempuran Abu Ubaidah bin Jarrah. Pertempuran dalam arti sebenarnya dan pertempuran memenangkan ujian keimanan. Dalam pasukan berkekuatan 300an mujahid melawan 1000an pasukan kafir Quraisy, Abu Ubaidah mengerahkan segenap kemampuan dan kekuatan menghadapi lawan tak seimbang dalam persenjataan dan jumlah.
Pada satu kesempatan di medan Perang Badar, Abu Ubaidah bin Jarrah tidak bisa lagi menghindari salah satu prajurit Quraisy yang terus memburunya. Pada akhirnya mereka pun harus berhadapan. Abu Ubaidah yang sudah tidak bisa berkelit akhirnya harus berperang satu lawan satu dengan keyakinan bulat bahwa dia sedang melawan pembenci agamanya, pembenci Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam yang dicintainya. Berjalan sekian jurus akhirnya musuh berhasil dirobohkan. Abu Ubaidah mengakhiri perlawanan musuh dengan kemenangan.
Pilu hatinya karena lelaki yang terus mengejar dan memeranginya itu adalah ayahnya sendiri. Lelaki yang sangat dia hormati dan harapkan bisa beriring bersama dalam naungan Islam. Lelaki yang dia cintai, tetapi harus dia tinggalkan karena terus menghalanginya ber-Islam. Lelaki yang harus meregang nyawa di tangan putranya sendiri.
Tak terbayang kecamuk pikiran Abu Ubaidah ketika harus melawan dan membunuh ayahnya dengan tangannya sendiri. Akan tetapi, ketegaran hatinya mampu memisahkan emosi dari jalan kebenaran, dari jalan perjuangan. Dia yakin, bukan ayahnya yang dia perangi, tetapi perilaku dan kekafirannya.
Keteguhan hati Abu Ubaidah bin Jarrah bahkan diabadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam QS Al-Mujadalah: 22. Maka, makin mantap imannya, makin bersungguh-sungguh pembelaannya atas Islam. Cintanya pada Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam pun makin dalam.
Amirul Umara
Panglima Besar adalah julukan lain yang disematkan para sahabat. Beberapa pertempuran besar dipimpin Abu Ubaidah bin Jarrah, yang paling dikenal ketika Amirul Mukminin Umar bin Khattab menugaskan Abu Ubaidah bin Jarrah menempati posisi Khalid bin Walid sebagai panglima pasukan jihad. Saat itu, keperkasaan dan kehebatan strategi Khalid bin Walid yang selalu cemerlang dikhawatirkan membuat para prajurit menjadikan Khalid bin Walid ikon yang bisa menggeser keyakinan umat. Umar hendak mengingatkan bahwa semua kemenangan itu adalah titah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Khalid bin Walid rida dengan keputusan Amirul Mukminin dan kepemimpinan diserahkan pada Abu Ubaidah bin Jarrah. Suksesi luar biasa yang terjadi dalam kekuatan iman dan ketaatan. Tidak ada sakit hati, tidak ada jumawa di pihak lain. Semua meyakini bahwa amanah apa pun, di posisi apa pun, tidak pernah mengubah keyakinan dan semangat juang untuk menyebarkan Islam melalui jihad.
Abu Ubaidah bin Jarrah adalah panglima penaklukan Syam khususnya P4l3stin4. Umar bin Khattab memberinya tanggung jawab menjadi gubernur di Syam. Sebagaimana dahulu ketika masih di Makkah, Abu Ubaidah tetap dalam kesederhanaan. Meski menjabat Gubernur Syam, wilayah yang selama ribuan tahun menjadi rebutan negara-negara besar, tetapi di rumahnya, Abu Ubaidah tidak memiliki perabot layaknya pejabat. Hanya pedang, perisai, dan pelana kuda yang dia punya. Abu Ubaidah bahkan tidur hanya beralas kulit lapisan pelana kuda dan berbantal buntalan baju (64 Sahabat Teladan Utama, Sygma Daya Insani, cet. Ke-3, 2018).
Luar biasa keteladanan Abu Ubaidah bin Jarrah. Wajar bila para prajurit Q, sebutan bagi pasukan Izzudin Al-Qassam, menjadikannya sebagai role model. Prajurit hebat masa kini yang bercermin dan meneladani para sahabat mulia. Mereka tidak takut kehilangan dunia. Mereka bersemangat menjemput takdir sebagai calon-calon syuhada sebagaimana para sahabat dulu, tanpa takut menghadapi musuh meski tidak sebanding dalam jumlah dan persenjataan, persis kondisi peperangan melawan penjajahan Isr43l saat ini.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa meneguhkan hati saudara kita di P4l3stin4, baik rakyat sipil maupun para mujahidin. Ya Allah, segera tegakkan junnah di antara kaum muslimin.
Wallahu a’lam bishawwab [CM/NA]
One thought on “Abu Ubaidah, Kepercayaan Umat”
AllahuAkbar