#30HMBCM
Oleh: Hessy Elviyah, S.S.
CemerlangMedia.Com — Keindahan Islam sejatinya bukan sekadar kumpulan kata-kata indah atau rangkaian nasihat moral yang enak diucapkan dan didengar. Lebih dari itu, Islam adalah sebuah cara hidup yang apabila ditunjukkan dengan baik dan benar akan memancarkan ketenangan dan kejelasan.
Keindahan itu harus disampaikan sebagaimana adanya. Di dalamnya berupa fikrah dan thariqah sekaligus, yakni sebuah ide dasar yang dibangun oleh akidah yang logis, kemudian diwujudkan melalui metode yang diterapkan syariat.
Islam tidak pernah dimaksudkan hanya berhenti sebagai keyakinan private. Islam hadir sebagai ide besar, ide yang menata manusia, masyarakat hingga negara. Oleh karenanya, menyebarkan Islam bukan sekadar aktivitas tambahan bagi seorang muslim, melainkan bagian dari denyut hidupnya.
Ketika seseorang telah melihat Islam sebagai jalan hidup yang menyeluruh, muncul kebutuhan alamiah dari dasar keimanannya untuk membaginya kepada orang lain. Inilah hakikat menabur cahaya Islam ke seluruh penjuru bumi atau jamak dikenal dengan berdakwah, yaitu aktivitas pemikiran yang bertujuan untuk mengubah cara pandang manusia terhadap realitas yang ada dan menggantinya dengan cara pandang Islam.
Dakwah tidak lahir dari semangat emosional semata, melainkan dari kesadaran bahwa hidup manusia senantiasa bergerak berdasarkan ide. Jika ide benar, hidupnya akan lurus, sebaliknya. Jika ide salah, hidupnya akan tersesat.
Oleh karena itu, dakwah menjadi proses memindahkan manusia dari kebingungan kepada kepastian atau kejelasan, dari sistem yang rusak menuju sistem yang menerapkan aturan Allah Swt. yang sempurna. Proses ini tidak mungkin dilakukan dengan sekadar ajakan moral, sebab moral tanpa landasan sistem hidup yang sahih hanyalah menjadi obat pereda nyeri yang dapat menyembuhkan penyakit-penyakit dengan tidak tuntas. Dakwah memperbaiki akar, bukan gejala. Oleh sebab itu, dakwah Islam bersifat intelektual, argumentatif, dan mengarah pada perubahan besar.
Lebih jauh, masalah manusia selalu bermuara pada cara pandang (mafahim) dan kaidah berpikir (qowaid al-fikr) yang membingkai hidupnya. Jika kaidah berpikirnya salah, seluruh pilihan hidupnya akan selalu salah, meskipun dilakukan dengan niatan baik. Oleh sebab itu, dakwah Islam tidak berhenti pada nasihat moral yang bersifat dangkal. Dakwah Islam masuk menembus inti, mengoreksi fondasi berfikir, dan memulihkan kesadaran manusia agar kembali berpijak pada akidah Islam.
Contoh sederhananya, ketika masyarakat hanya melihat kemiskinan sebagai sebuah takdir yang tidak bisa diubah, maka mereka akan pasrah. Namun jika kemiskinan ditelisik atau dianalisa lebih dalam lagi, sehingga penyebabnya dipahami tidak sekadar sebuah takdir, melainkan ada hal yang mempengaruhi, yaitu akibat kerusakan sistem hidup, maka masyarakat akan menuntut perubahan.
Dari sini terlihat jelas bahwa cara pandanglah yang menggerakkan tindakan. Dakwah bekerja di titik ini, mengubah cara manusia membaca realita hidup.
Namun, dakwah bukanlah memberi kacamata baru. Justru dakwah mengembalikan kacamata yang memang seharusnya dipakai sejak awal. Kacamata yang mampu membantu membaca dengan jelas bahwa akidah Islamlah yang seharusnya menjadi pusat orientasi hidup.
Dari kacamata tersebut, muslim tidak lagi memandang dunia sebagai tempat bersaing untuk mengejar untung rugi secara materi. Akan tetapi, seorang muslim akan memandang dunia ladang ibadah yang segala sesuatunya terikat dengan hukum Allah Swt.. Dengan demikian, keputusan-keputusan hidup akan selaras.
Hal ini berarti, dakwah sebagai latihan intelektual yang mengatur arah berfikir (riyadhatul uqul). Dakwah bukan memaksa, tetapi mengajak manusia untuk menggunakan akalnya untuk menimbang setiap ide sesuai standar wahyu Ilahiyah. Inilah dakwah yang melahirkan perubahan yang hakiki. [CM/Na]
Views: 13






















