Bab IV Tantangan yang Menghalangi Kebangkitan Umat

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

#30HMBCM

Oleh: Hessy Elviyah, S.S.

CemerlangMedia.Com — Kebangkitan umat bukan sekadar soal semangat. Kebangkitan bukan hanya tentang orang-orang yang ingin berubah atau tentang gelombang dakwah yang makin ramai dari hari ke hari. Kebangkitan yang dimaksud di sini adalah kebangkitan yang menyeluruh. Perubahan yang meliputi pola berpikir, cara hidup dan cara mengatur kehidupan.

Kebangkitan memerlukan satu fondasi pemikiran yang kuat, kokoh, satu arah yang jelas, dan satu institusi yang menegakkan syariat secara menyeluruh. Oleh karenanya, hambatannya pun bukan hambatan kecil. Penghalangnya bukan sekadar komentar negatif, tudingan miring, atau tekanan sosial terhadap para aktivisnya (seperti yang telah dibahas di bab sebelumnya).

Hambatan yang dibahas di sini adalah hambatan yang berdiri seperti tembok tebal, yang mengurung umat dari segala sisi. Membuat umat kesulitan untuk keluar dari kondisi yang stagnan. Hambatan ini bersifat sistemik, mengakar, melingkupi seluruh aspek kehidupan. Hal ini juga tidak dapat diselesaikan hanya dengan kesalehan personal atau aktivitas sosial.

Tantangan yang pertama datang dari hegemoni sistem kapitalisme global yang telah menancapkan cengkeramannya hampir di setiap lini kehidupan. Kapitalisme tidak hanya menjadi sistem ekonomi. Kapitalisme telah menjadi kacamata memandang dunia. Kapitalisme membentuk standar sukses, cara mencari nafkah, arah pendidikan, bahkan selera budaya.

Banyak negeri muslim saat ini hidup dalam pusaran kapitalisme tanpa disadari. Negeri-negeri tersebut legowo menerima aturan-aturannya sebagai “tuntutan zaman”. Padahal sistem kapitalisme inilah yang menciptakan kesenjangan sosial, kemiskinan struktural, dan ketidakadilan yang tidak mampu diatasi oleh kebijakan apa pun di dalamnya.

Kapitalisme membuat negara-negara muslim selalu menjadi mangsa pasar atau berada dalam posisi konsumen. Konsumen produk, konsumen budaya, dan konsumen ide.

Mereka tidak diberi ruang untuk menentukan jalannya sendiri. Hal ini karena seluruh mekanisme global sudah disusun untuk menjaga agar negara-negara berkembang tetap bergantung. Oleh karena itu, wajar jika umat sulit untuk bangkit. Umat seperti orang yang ingin berlari, tatapi kakinya dirantai oleh sistem yang menentukan ritme hidupnya. Mulai dari harga kebutuhan pokok hingga kebijakan utang negara.

Salain dominasi sistem kapitalisme global, umat juga menghadapi fragmentasi politik yang sudah mengakar selama puluhan tahun. Dunia Islam kini terpecah menjadi lebih dari 50 negara. Masing-masing berdiri di atas batas-batas yang dahulu ditetapkan oleh para penjajah. Tidak hanya garis batas teritorial di peta dunia, tetapi batas tersebut merupakan pemisahan jarak emosional, jarak politik, dan jarak kepentingan.

Negara-negara muslim kini saling bersaing, saling curiga, bahkan beberapa kali saling bermusuhan. Masing-masing negara muslim mempunyai polisi sendiri, undang-undang sendiri, mata uang sendiri, dan kebijakan sendiri. Padahal mereka berasal dari umat yang sama, akidah yang sama, dan sejarah peradaban yang sama.

Pemisahan atau fragmentasi ini membuat umat kehilangan kekuatan geopolitik. Umat yang secara jumlah lebih dari dua miliar orang berubah menjadi kumpulan negara-negara kecil yang mudah ditekan, mudah diarahkan, dan mudah dipecah-belah. Rasanya sulit untuk mencapai kebangkitan dalam keadaan suara rakyat yang terserak dalam puluhan corong yang tidak saling terhubung.

Tantangan yang ketiga adalah ketiadaan institusi politik yang menerapkan hukum Allah Swt. secara menyeluruh. Setelah keruntuhan Khil4f4h, dunia Islam mengalami vakum kepemimpinan. Negara-negara muslim mengadopsi hukum yang tidak bersumber dari hukum Islam. Mulai dari demokrasi modern hingga monarki modern.

Hal ini berakibat, hukum Allah hanya diterapkan secara parsial, bahkan hanya menjadi simbol moral. Tidak ada institusi yang memikul tanggung jawab untuk menjalankan syariat pada tingkat negara. Dalam keadaan ini, umat seperti memiliki cita-cita, tetapi tidak mempunyai kendaraan yang bisa membawanya menuju tujuan itu.

Umat memiliki keinginan untuk hidup dengan hukum Allah Swt., tetapi negaranya bergerak dengan hukum lain. Inilah kontradiksi paling besar yang menghambat kebangkitan. Umat ingin bergerak ke satu titik, tetapi sistem hidup membawanya bergerak ke arah yang berlawanan. Selama tidak ada institusi politik yang menerapkan Islam, kebangkitan sulit untuk dicapai.

Di sisi lain, umat juga berada dalam pusaran arus sekularisasi pemikiran yang sangat halus, tetapi juga sangat dalam. Sekularisasi hari ini tidak selalu muncul dari slogan-slogan anti agama. Sekularisasi hadir dalam bentuk halus, seperti memisahkan agama dari urusan ranah publik, membuat agama hanya urusan privat, dan menjadikan agama sebagai hanya etika moral, bukan aturan kehidupan.

Sering dijumpai, banyak muslim yang beribadah dengan taat, tetapi tidak merasa bahwa Islam memiliki aturan sistem ekonomi, politik, pendidikan, hukum, dan budaya. Pemikiran semacam ini bukan muncul begitu saja. Pemikiran ini dibangun lewat kurikulum pendidikan modern, media, budaya yang booming, dan dari narasi global tentang kebebasan dan modernitas.

Sekularisasi membuat umat percaya bahwa mereka bisa baik secara pribadi tanpa harus menata sistem hidup yang sesuai syariat. Pandangan seperti ini mengubah cara pikir dan membuka celah besar yang menghambat kebangkitan. Hal ini karena kebangkitan Islam bukan hanya persoalan kebaikan pribadi, melainkan kembalinya umat kepada sistem hidup yang bersumber dari wahyu Ilahiyah.

(*Naskah ini tidak disunting oleh editor CemerlangMedia) [CM/Na]

Views: 19

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *