Oleh: Eyi Ummu Saif
(Kontributor CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Rasa cinta adalah salah satu gharizah atau naluri pemberian Allah Swt. yang merupakan bagian dari fitrah seorang manusia. Rasa cinta bisa kita temukan pada hubungan keluarga seperti orang tua pada anaknya, kakak pada adiknya, bahkan pada orang yang sama sekali tidak ada hubungan darah, seperti cinta suami kepada istrinya ataupun cinta seorang hamba pada Allah dan Rasul-Nya.
Ternyata, Allah Sang Pencipta manusia telah menempatkan setiap rasa cinta sesuai fitrahnya. Namun, bagaimana bila rasa cinta yang dimiliki ternyata menjerumuskan diri ini kepada jurang kehancuran? Lah, kok bisa? Bukankah cinta itu adalah fitrah?
Saat Cinta Menyalahi Fitrah
Ingat kaum Nabi Luth as. yang suka sesama jenis? Atas nama cinta, mereka melakukan perbuatan keji, bahkan lebih rendah dari hewan. Kita tengok juga, bagaimana generasi muda yang terjerat pergaulan bebas, mereka menampakkan kemesraan dengan sang pacar di publik tanpa rasa malu. Atau ada pasangan suami isteri yang suaminya melarang istrinya untuk menutup aurat sehingga akhirnya demi rida sang suami, istri menuruti kemauannya. Apakah contoh rasa cinta di atas akan mendatangkan rida Allah atau justru mengundang murka-Nya?
Sob, Islam adalah agama yang juga mengatur rasa cinta supaya tidak salah jalan, untuk itulah betapa pentingnya kita menjadikan Islam sebagai solusi atas setiap masalah yang dihadapi biar selamat dunia akhirat. Oleh karena itu, cinta yang dimiliki haruslah tetap berjalan sesuai fitrah sehingga bisa membuahkan pahala. Seperti kisah cinta di bawah ini.
Saat Cinta Berbuah Manis
Adakah yang ingat kisah cinta Ali dan Fatimah? Yang keduanya memiliki rasa cinta, tetapi memilih memendamnya karena rasa malu yang dimiliki hingga Allah Swt. takdirkan mereka bersama dalam pernikahan.
Atau kisah Mush’ab bin Umair. Mush’ab adalah seorang pemuda tampan dan wangi parfumnya semerbak sepanjang jalan yang ia lewati. Ibunya Mush’ab termasuk orang yang kaya raya. Sebelum masuk Islam, Mush’ab seorang penyembah berhala, pecandu khamr, penggemar pesta juga nyanyian.
Namun, suatu hari dakwah Islam sampai kepada Mush’ab melalui lisan Rasulullah saw. sehingga akhirnya beliau bersyahadat. Ternyata ibunya Mush’ab sangat marah ketika tahu Mush’ab memeluk agama Islam, akhirnya sang ibu yang sangat menyayangi Mush’ab berubah sikap bagaikan musuh. Ia menyiksa dan mengurung Mush’ab, berharap anaknya murtad, tetapi cara tersebut tidaklah berhasil dan akhirnya ia mengancam Mush’ab dengan cara mogok makan supaya Mush’ab merasa iba dan kasihan lalu menuruti kemauannya. Melihat ibunya seperti itu sampai berhari-hari. Mush’ab sedih dan tetap berbakti dengan terus menawari makan, tetapi sang ibu tetap pada pilihannya yang tidak akan rida kepada Mush’ab kecuali Mush’ab menuruti kemauannya. Akhirnya Mush’ab memilih untuk meninggalkan rumahnya dan mengabdikan diri untuk berjuang bersama Rasulullah saw. mendakwahkan Islam.
Berubahlah kehidupan pemuda kaya raya itu. Semua kenikmatan dunia tidak lagi ia dapatkan. Zubair bin al-Awwam mengatakan, “Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sedang duduk bersama para sahabatnya di Masjid Quba, lalu muncullah Mush’ab bin Umair dengan kain burdah (jenis kain yang kasar) yang tidak menutupi tubuhnya secara utuh. Orang-orang pun menunduk. Lalu ia mendekat dan mengucapkan salam. Mereka menjawab salamnya. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam memuji dan mengatakan hal yang baik-baik tentangnya. Dan beliau bersabda, “Sungguh aku melihat Mush’ab tatkala bersama kedua orang tuanya di Makah. Keduanya memberikan berbagai macam fasilitas dan kenikmatan juga memuliakannya. Tidak ada pemuda-pemuda Quraisy yang semisal dengan dirinya. Setelah itu, ia tinggalkan semua demi menggapai rida Allah dan menolong Rasul-Nya…” (HR Hakim No. 6640).
Islam Menemukan Cinta Sejati
Dari kisah sahabat Rasulullah di atas kita menemukan fakta “bukan cinta biasa” adalah sebagaimana yang ada dalam hadis Rasulullah saw. di bawah ini,
“Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)
Gimana, Sob? Keren kan cinta yang dimiliki oleh sahabat Rasulullah saw di atas. Cinta sejati yang bisa menempatkan bucin pada tempatnya ya. Yuk, jadikan rasa cinta yang kita miliki membuat diri makin taat sama Allah dan menjauhi maksiat. Taat pasti bahagia, maksiat pasti sengsara. Itulah makna cinta sejati.
Wallahu a’lam bisshawwab [CM/NA]