Kapitalisme Menciptakan Jurang Ketidakadilan

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Penulis: Irsad Syamsul Ainun
Creative Design CemerlangMedia.Com

Sudah sepatutnya kita berjuang, mengganti sistem kufur dan mengembalikan sistem Islam. Sistem yang tidak hanya berbicara bagaimana menjadi manusia terbaik, tetapi juga menjaga harkat dan martabat manusia dalam seluruh aspek kehidupannya. Suarakan kebenaran tanpa harus merusak apa yang patut dijaga!

CemerlangMedia.Com — Indonesia gelap. Pernyataan ini mencuat beberapa waktu lalu. Bahkan, sampai viral dengan tagar #Indonesiagelap dan #kaburajadulu. Tagar tersebut bukan tanpa alasan. Sebab, beberapa masyarakat tidak mendapatkan kesejahteraan di dalam negerinya dan memilih keluar negeri untuk memenuhi hajatul udwiahnya.

Saat ini, negeri kembali dengan kasusnya yang baru. Di beberapa daerah terjadi gelombang unjuk rasa. Ini juga terjadi bukan secara kebetulan, tetapi merupakan reaksi dan bentuk perlawanan rakyat atas ketidakadilan yang dilakukan oleh para wakilnya. Ya, DPR. Katanya wakil rakyat, nyatanya hanya menjadi jembatan kesengsaraan bagi rakyat.

Berawal dari terlindasnya seorang ojol, Affan Kurniawan (21). Siapa sangka, di usianya yang masih muda, ia menjadi korban atas bentuk protes dan ketidakadilan di negeri ini (Tempo, 29-08-2025).

Juga seorang Kang Abay. Ia merupakan seorang pegawai dengan akuntabilitas terbaiknya. Bekerja dengan niat menebar manfaat seperti motto yang ada dalam akun Instagram-nya. Sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat bagi orang lain. Namun siapa sangka, kemarahan warga Kota Daeng ini menjadi puncak hilangnya nyawa dirinya (Detiksulsel, 30-08-2025).

Kematian memang sesuatu yang pasti. Namun, mengapa kematian harus dengan cara seperti itu? Haruskah kita menginterogasi Allah Swt. atas kasus ini?

Kita kembali teringat pada lirik lagu Kang Ebith, kurang lebih seperti ini,
Perjalanan ini trasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk disampingku kawan

Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan

Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan
Hati tergetar menampak kering rerumputan

Perjalanan ini pun seperti jadi saksi
Gembala kecil menangis sedih

Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika ia kutanya mengapa
Bapak ibunya ‘tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini

Sesampainya di laut kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak kepada matahari

Tetapi semua diam tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit

Barang kali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana

Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang

Ya, para penguasa di negeri ini sepertinya sedang terlena oleh kemewahan dunia dan menguasai berbagai aset negeri. Bahkan, kemewahan inilah yang terkadang membuat lupa dari mana ia berasal. Sampailah pada ayat Allah, QS Al Isra: 16,

Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

وَاِذَآ اَرَدْنَآ اَنْ نُّهْلِكَ قَرْيَةً اَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنٰهَا تَدْمِيْرًا

“Jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, Kami perintahkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah). Lalu, mereka melakukan kedurhakaan di negeri itu sehingga pantaslah berlaku padanya perkataan (azab Kami). Maka, Kami hancurkan (negeri itu) sehancur-hancurnya.” (QS Al-Isra'[17]:16).

Allah hendak menghancurkan suatu negeri bukan karena mereka tidak beriman, tetapi karena kedurhakaan. Allah beri kemewahan, kemudian disalahgunakan oleh mereka sehingga lahirlah kehancuran di mana-mana.

Kita kembali dengan memoar kisah silam, masa kejayaan Islam. Ya, seorang pemimpin yang adil, tetapi tetap bersahaja. Ada cerminan iman dan takwa di wajah dan akhlak mereka. Ada Umar bin Khattab, seorang pemimpin dengan gelar Al Faruq ini menjadi penegak hukum yang adil.

Tidak ada dinar dan dirham yang masuk ke saku pribadinya. Gandum dipikulnya dari baitulmal untuk memenuhi kebutuhan seorang janda yang mengadu dan mengiba kepadanya dengan keadaan perut kosong, sedangkan anak-anaknya menangis karena menahan perihnya lambung tanpa sesuap makanan yang masuk.

Apakah saat itu Umar dengan gelarnya sebagai seorang yang ditakuti oleh bangsa setan, marah kepadanya? Ketika sang ibu menyatakan, “Ini disebabkan oleh khalifah yang tidak peduli dengan rakyatnya. Kelak aku akan menuntut keadilan di hadapan Allah terkait perbuatan khalifah kepada kami.”

Sang ibu tidak tahu bahwa yang di hadapannya adalah sosok khalifah yang adil. Gandum yang tadi dipikul, lalu dimasak. Sebagian riwayat mengatakan bahwa makanan itu disuapkan kepada anak-anak sang ibu. Bukan untuk mencari panggung, fyp, apalagi pujian makhluk.

Namun, atas dasar tanggung jawab serta indahnya kekuatan iman dan takwa di hati sang pemimpin. Sebab, Khalifah Umar sadar, semua yang dialami oleh rakyatnya akan dipertanggungjawabkan di kemudian hari, di hadapan Sang Khaliq.

Tidak hanya itu, pada masa kejayaan sistem Islam terjadi juga revolusi. Revolusi menegakkan kalimat tauhid. Jangan tanya bagaimana bentuk perlawanannya. Sebab pada masa itu, jangankan membantai, menyerang secara membabi buta atau sekadar merusak tanaman saja tidak dibenarkan dalam pandangan Islam.

Ini sungguh jauh berbeda dengan sistem hari ini. Sistem yang menghidupkan aturan manusia yang lemah dan juga rapuh, tetapi diagungkan sampai lupa pada Sang Pencipta kehidupan yang sesungguhnya. Mereka sibuk membuat aturan yang katanya atas nama kedaulatan rakyat. Akan tetapi, lagi dan lagi, semua hanya ilusi yang penuh fatamorgana.

Faktanya, banyak anak negeri yang tertindas di atas kekayaan alam yang berlimpah. Ada banyak perut kosong rakyat yang bernyanyi mengharap sesuap nasi dari para pemimpin, tetapi semua itu berakhir dengan penindasan.

Pajak di mana-mana, sedangkan pemimpin yang mengaku wakil rakyat seenak jidat saja menjilat para korporat, aseng, dan memperkaya diri. Untuk itu, saatnya negeri ini bangkit dan berbenah. Bukan dengan cara melawan keanarkisan dengan anarkis pula, tetapi mengganti sistem kufur ini dengan mengembalikan pada sistem Islam.

Sistem yang tidak hanya berbicara bagaimana menjadi manusia terbaik, tetapi juga menjaga harkat dan martabat manusia dalam seluruh aspek kehidupannya. Suarakan kebenaran tanpa harus merusak apa yang patut dijaga! Wallahu a’lam bisshawab [CM/Na]

Views: 0

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *