Narasumber: K.H. Hafidz Abdurrahman, M.A. dan Bu Nyai Siti Rofida, M.Pd.
CemerlangMedia.Com — Fenomena mental illness merebak di tengah-tengah generasi hari ini yang biasa dikenal generasi stroberi yang lemah dan rapuh, tidak terkecuali generasi Islam. Gangguan kesehatan mental atau mental disorder adalah kondisi kesehatan yang bisa memengaruhi pemikiran dan perasaan. Untuk itu, kita harus aware dengan kondisi ini, baik terhadap diri maupun anak-anak.
Gangguan kesehatan mental memiliki beberapa gejala, di antaranya cemas berlebihan, gangguan tidur (kurang tidur atau susah tidur), mood swing, kelelahan yang berlebihan, khawatir yang berlebihan. Beban hidup yang makin sulit serta adanya tekanan atau pressure membuat seseorang berpotensi mengalami mental illness.
Hal tersebut di atas merupakan gejala awal mental illness, jika dibiarkan dan tidak ditangani segera, maka seseorang akan mengalami gangguan psychosomatic dan merasakan sakit di sekujur tubuh. Ketika gangguan ini dibiarkan juga, maka akan makin parah sehingga perlu penanganan secara medis.
Pada hakikatnya, kesehatan fisik berkaitan erat dengan masalah psikis. Oleh karena itu, perlu penyembuhan dan solusinya sedari dini. Apalagi pada masa peralihan usia, yakni ketika anak-anak beranjak remaja. Orang tua harus memahami kondisi ini, melakukan komunikasi dan pendekatan, bagaimana sikap terbaik menghadapi anak-anak.
Orang tua harus pula menjadi pendengar yang baik sehingga anak ataupun pasangan merasa aman dan nyaman. Seseorang yang menjaga iffah-nya, tidak akan bercerita ke media sosial. Jika hal ini terjadi, maka seseorang perlu mewaspadainya karena perilaku tersebut adalah gejala penyakit mental berikutnya.
Manusia diberi akal oleh Allah untuk menyimpan informasi. Di dalam akal ada pemahaman yang akan mengubah perasaan dan sikap. Seorang guru bukan hanya sekadar mengajar, tetapi harus bisa membangkitkan pemikiran sehingga ada kesadaran dan pemahaman, serta menyadari bahwa apa yang terjadi dalam kehidupan ini adalah bagian dari qada dan qadar Allah. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan solusi untuk setiap persoalan, apalagi pada usia peralihan.
Oleh karenanya, perlu ada mentoring, kajian-kajian keislaman, pembentukan nafsiyah, tsaqafah, serta penyaluran minat dan bakat pada anak-anak. Perlu juga ada keseimbangan antara kegiatan, sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Kamu itu istirahat, kamu itu tenangkan jiwamu.”
Untuk itu, setiap guru ataupun orang tua penting untuk upgrading agar memiliki perangkat untuk membantu anak-anak menemukan diri dan mengeksplore dirinya sehingga potensinya melejit sebagaimana harapan orang tua. Jadi, tidak hanya anak yang dituntut memahami orang tua, tetapi orang tua perlu pula memahami kondisi anak-anaknya.
Oleh karena itu, pola asuh orang tua dan pola pendidikan ideal, yakni mencetak generasi ulama, anak saleh dan salihah haruslah dibentuk sedari dini sehingga tidak menjadi penyebab munculnya gangguan mental di kemudian hari.
Di-resume oleh Ummu Hasan Mahmud Al-Fatih, Kelas X Ma’had Syaraful Haramain. [CM/NA]