Oleh. Siwi Raini
(Kontributor CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Bolehkah goresan pena pertamaku Menceritakan tentangmu
Karena begitu banyak ruang rindu
Oksigen yang kosong dalam nafasku
Hati yang tak pernah menyakitiku
Senandung cintanya berhembus Mengalun lirih sejuk di hatiku
Kenangan yang sudah terhapus
Waktu langkah kecilku tersandung
Berlariku ke rumah dengan tangis
Mengadu sembilu menggores hatiku
Lupa bahwa kau sudah tidak di sana
Terduduk kumendekap kaki
Menyembunyikan wajahku
Tenggelam dalam tangis rindu
Ini rahasiaku denganmu
Cerita apapun tentangmu
Adalah dongeng terindah
Yang kutunggu dari setiap sudut
Orang yang mengenalmu
Dalam ingatanku
Wajahmu tidak terlukis jelas bahkan hilang
Aku ingin mengingat suaramu Memanggil lembut namaku
Mataku terlalu kecil mengingat
Lukisan senyum di wajahmu
Telingaku terlalu mungil mendengar
Suara lembutmu yang syahdu
Hai pundak tertangguh
Sandaran kecil di saat aku rapuh
Dekapan hangat dalam rasa
Mengusap lembut menguatkan
Aku menghitung bintang yang jauh
Sudah tiga puluh dua kali Ramadan tanpamu
Sudah kuusap ribuan tetesan buih
Yang mengembang bening di mataku
Ayah, putrimu kini sudah dewasa
Kata orang, wajahku mirip denganmu
Pundaknya belajar tangguh darimu
Langkahnya mengikuti jejakmu
Waktu bisa mengobati kehilangan
Itu kata yang sungguh tidak benar
Karena sesak masih kurasa
Rinduku juga belum sirna
Dalam sujud panjang Ramadan
Selalu tersebut lirih namamu
Zikir panjang yang khusuk
Untaian tasbih terus bergerak
Menggema menembus langit
Menengadahkan tangan meminta Menundukkan wajah berharap
Rinduku yang berujung doa untukmu
***
[CM/NA]