Oleh: Maria Ulfa
(Kontributor CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Di sebuah teras rumah, terlihat sosok gadis terduduk lesu. Namanya Hanna. Ia baru saja pulang dari rumah tahfiz, tempat ia belajar Al-Qur’an dan menghafalnya. Ia juga baru saja ziyadah atau menambah ayat hafalan dan ayat tersebut sangat panjang. Sampai terpikir untuk menyerah.
Ia tutup mushaf hafalannya yang mini, seukuran telapak tangan. Lalu ia masukkan ke dalam tasnya, ia pun mengeluarkan ponsel pintarnya. Ia pikir akan dapat hiburan sejenak dengan berselancar di media sosial. Tetiba dia terhenti pada sebuah postingan video yang berisi tentang secuplik percakapan antara seorang ayah yang mujahid dan putri kecilnya yang seorang hafizah.
“Bismillahirrahmaanirrahiim.” Ucap seorang gadis kecil sambil tersenyum, memulai murajaah surah An-Nashr yang diminta oleh ayahnya melalui video call.
‘Duarrrrr…’ Tiba-tiba terdengar suara bom yang sangat keras
Sang Putri tampak kaget dan air matanya tampak menggenang.
“Biarkan saja, Sayang, ayo baca lagi, idzajaa…!” sambung ayahnya di seberang.
Sang putri mencoba melanjutkan bacaan, dan air mata mulai menetesi pipinya.
“Sayangku, ayolah baca. Ayah ingin dengar suaramu, wara aitannasa…”
“Sayadkhulu nafiidzinillahi afwaja,” sambung sang putri.
“Fasabbih…
Lalu video terhenti. Entah apa yang terjadi. Itulah secuplik video dari P4l3stin4. Secuplik video dari seorang ayah yang mujahid dan seorang gadis kecil penghafal Al-Qur’an.
Hanna merasa ditegur dengan video itu. Dalam keadaan genting, anak-anak di P4l3stin4 tetap menghafal. Sedangkan ia di sini, apa kegentingannya?
Tiba-tiba terdengar Ayah Hanna membuka pintu. Ayah Hanna tampak mau mengambil sesuatu, tetapi tidak jadi karena melihat anak gadisnya terduduk di teras dengan mata yang sembab.
“Hanna sudah pulang ternyata, kok nggak langsung masuk?”
Hanna langsung berlari menghampiri dan memeluk ayahnya dan lanjut sesenggukan di pelukan ayahnya.
“Hanna kenapa, ada apa, Nak?” Tanya ayah Hanna tampak kebingungan.
“Ayah, Hanna minta maaf, ya. Hanna janji, Hanna akan terus menghafal Al-Qur’an agar ayah bangga,”
“Nak, ayah sudah bangga dengan Hanna yang berusaha menghafal Al-Qur’an. Niatnya jangan untuk membuat ayah bangga saja, tetapi harus diluruskan untuk Allah.”
“Karena yang tidak diniatkan untuk Allah, nanti bisa jadi riya dan ujub. Sombong dan berbangga diri. Itu tidak boleh, Nak. Nanti jadi sia-sia hafalannya.”
Hanna makin erat memeluk ayahnya. Ayahnya tak tahu bahwa beberapa menit yang lalu anaknya memutuskan untuk berhenti menghafal. Akan tetapi, kini tak jadi karena secuplik percakapan antara seorang ayah mujahid dan putri kecilnya di P4l3stin4 sana.
Sejak saat itu, Hanna tak pernah lagi terpikir untuk berhenti menghafal Al-Qur’an walaupun seringkali merasa kesulitan. Ia teringat sebuah pesan dari salah seorang ustazahnya,
“Berlelah-lelah dalam kebaikan itu, lelahnya akan hilang dan pahala sudah tercatat. Sedangkan berlelah-lelah untuk kemaksiatan itu, lelahnya akan berlipat-lipat kelak di akhirat. Dosanya pun sudah tercatat. Jadi, tinggal dipilih saja, mau berlelah-lelah untuk menghafal Al-Qur’an atau tidak.”
Nabi juga menjanjikan kepada orang tua yang memiliki anak penghafal Al-Qur’an bahwa mereka akan diberikan mahkota oleh Allah Swt. pada hari kiamat. Mahkota tersebut memiliki cahaya yang lebih indah daripada cahaya matahari yang menerangi kediaman mereka di dunia.
Pesan tersebut cukup bagi Hanna untuk terus melanjutkan hafalan. Tidak ada lagi alasan baginya untuk berhenti menghafal Al-Qur’an. [CM/NA]