Generasi Tanda Tanya

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

#30HMBCM

Penulis: Yulweri Vovi Safitria
Bab 5 Filter Identitas yang Retak

CemerlangMedia.Com — Rahmi adalah seorang influencer muda di komunitas hijrah. Akun media sosialnya, @RahmiNur, dipenuhi dengan foto OOTD syar’i yang elegan, kutipan motivasi islami yang mendalam, dan story tentang khusyuknya dalam salat tahajud.

Ia dikenal sebagai sosok muslimah yang ideal, lembut, cerdas, dan selalu bersemangat dalam kebaikan. Identitas itu adalah filter yang ia ciptakan dan selalu dikenakannya setiap hari.

Pagi itu, Rahmi seharusnya sudah bersiap mengajar di TPA. Namun, ia masih terbaring di kasur, tubuhnya lemas. Ia bukan lelah fisik, melainkan lelah batin karena harus terus-menerus mempertahankan filter itu.

“Aku harus posting dulu tentang semangat Subuhku,” bisik Rahmi, memaksa diri meraih ponsel.

Ia mengambil foto dirinya memegang mushaf dengan pencahayaan terbaik. Padahal, ia hanya sempat membaca dua baris sebelum pikirannya melayang memikirkan tanggapan followers.

Setiap pujian yang ia terima —“Masyaallah, Rahmi istikamah sekali!”— bukanlah vitamin, melainkan beban berat yang ditaruh di pundaknya. Rahmi tahu, ketaatannya sering kali didorong oleh riya’ yang halus. Ia salat tahajud bukan karena rindu Allah, melainkan karena besok ia harus posting tentang manfaat Qiyamul Lail.

Ia salat Duha bukan karena mengharap rida dari Allah, melainkan karena harus posting bahwa rezeki yang berlimpah dan nama besarnya karena ia tidak pernah meninggalkan salat dua rakaat di waktu Duha. Padahal sesungguhnya, Rahmi salat tergesa-gesa agar segera membuat postingan baru.

Hubungannya dengan Allah menjadi transaksional dan terbebani oleh ekspektasi publik. Konflik ini menciptakan kesenjangan hati yang lebar. Makin sempurna ia tampil di luar, makin kosong yang ia rasakan di dalam.

Rahmi hafal puluhan hadis tentang kesabaran, tetapi ia mudah marah pada adiknya. Ia menulis tentang qana’ah, tetapi ia iri melihat endorsement teman-temannya. Sebuah realita hidup yang kontra antara dunia maya dan nyata di dekatnya.

Pada suatu sesi kajian, seorang ustaz membahas tentang keikhlasan dan bahaya kemunafikan yang paling halus. Ustaz itu mengatakan, “Amal yang tersembunyi, sebanding dengan mutiara. Amal yang dipamerkan, sebanding dengan debu yang diterbangkan angin.”

Kalimat itu menampar Rahmi. Ia merasa seperti kaca bening yang telah ia poles agar tampak mengilap, tetapi kini menunjukkan ribuan retakan halus di dalamnya. Identitasnya yang salehah adalah palsu. Ia adalah filter identitas yang retak.

Malam itu, Rahmi melakukan muhasabah. Ia mematikan ponselnya dan duduk di sajadah. Ia berhenti bertanya, “Apa yang harus aku posting?” dan mulai bertanya, “Apa yang Allah lihat dari hatiku saat ini?”

Ia memutuskan untuk membongkar filternya. Ia menghapus ratusan foto yang terlalu fokus pada penampilan fisik. Ia mengganti nama akunnya menjadi nama yang lebih biasa dan mengurangi frekuensi posting tentang ibadah pribadi. Ia fokus pada amal amalan rahasia, sedekah yang tak perlu diketahui siapa pun, salat malam tanpa story, dan belajar ilmu tanpa perlu caption pamer.

Proses itu terasa sunyi dan canggung. Jumlah likes dan followers-nya mulai turun drastis. Komentar-komentar pujian pun menghilang. Rahmi merasa takut, seolah kehilangan dukungan hidupnya. Namun, di tengah keheningan itu, ia merasakan sesuatu yang lebih berharga yaitu ketenangan sejati.

Ia akhirnya menemukan jati dirinya yang otentik. Seorang hamba Allah yang tidak sempurna, yang masih sering jatuh, dan hanya berharap pada satu penilai saja. Rahmi tersenyum.

Ia telah melepaskan filter dan memilih untuk bersinar dengan keikhlasan, sebuah cahaya yang jauh lebih abadi daripada ribuan like di dunia maya. Rahmi pun mulai memahami bahwa amal yang baik bukan sekadar dilakukan, tetapi harus disertai dengan niat yang ikhlas dan caranya pun harus benar sesuai tuntunan Islam. [CM/Na]

Views: 6

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *