Oleh: Yeni Nurmayanti
(Kontributor CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — “Ting tong”
Suara bel berbunyi, aku bergegas menuju pintu dan membukanya. Ternyata pamanku yang sudah lama tidak ke rumah, datang berkunjung.
Aku mempersilakan paman untuk masuk dan duduk, lalu kupanggil ayah. Ayahku pun bergegas menuju ke ruang tamu.
“Asep, sudah lama kamu tidak berkunjung ke sini,” ucap ayah.
“Iya, tidak enak jika sering-sering merepotkan,” jawab pamanku.
Aku mengantarkan minuman dan makanan untuk jamuan. “Nova sudah besar ya, kelas berapa sekarang? Nova sekarang memakai gamis dan kerudung juga, masyaallah, cantiknya keponakan Paman,” puji pamanku.
“Iya, Paman, hehe, sekarang kelas 3 SMP,” jawabku.
“Ayo diminum, dicobain makanannya,” ajak ayahku. Paman lalu mencicipi makanan dan minuman di meja.
“O, iya mohon maaf, Mas. Saya datang ke sini selalu merepotkan Mas dan keluarga. Saya sedang butuh uang untuk modal usaha, kalau ada, saya mau pinjam 5 juta.”
“Semua usaha sudah saya coba, mulai dari usaha sandal, kain, bakso, dan lain-lain, tetapi hasilnya nihil dan bangkrut. Sekarang saya mau mencoba usaha mainan anak-anak atau jualan gorengan, jika ada modalnya, Mas,” kata pamanku.
Pamanku pun bercerita kepada ayahku bahwa ia pernah putus asa mencari nafkah untuk keluarga. Pamanku tergoda untuk mendapatkan harta dengan cara yang instan karena sudah lelah dan capai hidup miskin, sementara anak-anaknya sedang butuh biaya untuk sekolah dan yang paling kecil sedang sakit, jadi pikiran paman buntu.
Saat itu, paman disuruh menaiki anak tangga yang menjulang sangat tinggi. Karena merasa lelah sekali, tanpa sadar, paman mengucapkan istigfar. Tiba-tiba, paman sudah berada di anak tangga yang paling bawah dan sang kuncen di gunung tersebut pun marah.
“Gimana sih? Kan tadi sudah saya bilang, selama ritual jangan ingat sama Tuhan, salat, atau istigfar. Kamu gagal dalam ritual ini, sudah, pulang sana!” usir sang juru kuncen marah.
Akhirnya, paman pulang dengan rasa kecewa. Namun, setelah dipikir-pikir, paman merasa bersyukur karena tidak jadi ikut ritual menyesatkan. Jika hal itu berhasil, maka paman akan jauh dari Allah dan jatuh ke dalam kesesatan yang nyata.
Ayahku memberi nasihat agar tidak mengulangi perbuatan tersebut. Jika ada masalah, ayahku meminta paman untuk datang ke rumah, bukan ke dukun. Paman pun mengangguk tanda setuju. Ayahku pun memberikan pinjaman uang kepada pamanku sebesar lima juta rupiah.
Pamanku pamit pulang dan berjanji akan mengembalikan uang tersebut secepatnya. Pamanku bersyukur, gagalnya ritual tersebut sebagai pertanda bahwa Allah Swt. masih sayang dan menjaga imannya. [CM/NA]