Oleh: Dyan Shalihah
(Kontributor CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Malam kian larut, tetapi Asih masih berkutat dengan peralatan tempur untuk memasak di dapur majikannya. Ya, karena kondisi ekonomi di negeri sendiri tak bisa mencukupi semua kebutuhan yang kian hari kian bertambah. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengadu nasib di negeri orang.
Sesaat ia melirik jarum waktu yang tergantung di dinding yang ternyata sudah menunjukkan pergantian hari. Ia segera menyelesaikan semuanya, lalu beranjak ke kamar karena mata dan badannya sudah tidak bisa diajak berperang.
Saking lelahnya, ia yang biasanya selalu membersihkan badan dahulu sebelum tidur, kali ini hanya mengganti pakaianya dengan piyama tanpa menaruh baju kotor di tempatnya. Ia biarkan saja berserakan di lantai bersama barang-barang lainnya.
Kondisi kamarnya tak ubahnya seperti kapal pecah.
“Huuf…capek sekali rasanya.” Sambil menghela napas dan memutar badan ke kanan dan ke kiri.
Ia lalu mengambil selimut, tak lupa mengecas ponsel di dekat tempat tidurnya. Segera ia membaringkan badan dan menutupnya dengan selimut hingga kepala.
Beberapa menit kemudian ia mendengar pintu kamarnya ada yang membuka hingga terdengar suara “kriiyeeet kreekk”, tetapi ia tak membuka selimutnya. Tiba tiba ia merasakan ada yang bergerak di sampingnya kemudian seperti ada benda berat menindih tubuhnya.
Saking takutnya, ia membaca salawat, tetapi benda berat itu masih tetap berada di atas tubuhnya. Lalu ia membaca tahlil meski terasa kelu lidahnya, kemudian ia merasakan seperti dua jari masuk ke mulut dan mengolok-olok mulutnya. Ia tak bisa melihat apa pun meski di kamarnya lampu menyala.
Tiba-tiba Asih melihat seperti dua mata bercahaya merah menyala. Makin cepat ia melafalkan kalimat tahlil, dua jari di mulutnya sudah hilang dan benda berat di atas tubuhnya juga berangsur-angsur hilang.
Kemudian ia memastikan apakah makhluk itu sudah tidak ada, Asih menggunakan jari telunjuk untuk memencet sebelahnya karena ia merasakan hawa dingin di sebelahnya itu. Asih terkejut karena ada benda sekeras kayu dan dingin di sebelahnya.
Kalimat tahlil sebisa mungkin ia ucapkan meski lidahnya berat.
Lambat laun benda di sebelahnya hilang dan makhluk bermata merah tadi berputar-putar seperti angin beliung.
Hatinya bertanya, “Apakah tadi itu setan? Apakah ini teguran karena ia sudah lama tidak beribadah dan meminta perlindungan kepada Allah?” Lalu ia teringat, sudah berapa lama ia meninggalkan Tuhannya selama ini. Ia terlena dengan kesibukan mengejar harta dan dunia.
Belum selesai hatinya bertanya-tanya, tiba-tiba muncul makhluk dengan mata menyala dan di tangannya membawa sesuatu. Lalu ia berteriak, “Aaaaaaaaa….” Bersamaan dengan itu ia mendengar suara air disiramkan ketubuhnya, “Byyyyuuuuuuurrr.” Seketika Asih bangun dan mendapati sang nyonya melotot sambil membawa gayung di tangannya.
Mungkin sang nyonya jengkel dan marah mendengar Asih yang teriak-teriak tengah malam. [CM/NA]