Penulis: Yeika Monika
Siswa SMAN 1 Mentaya Hilir Utara
CemerlangMedia.Com — Dahulu saya pernah mencari tahu tentang kondisi kesehatan mental anak remaja di Indonesia. Waktu saya masih duduk di bangku SMP kelas 3, saya diberi tugas oleh guru bahasa Indonesia untuk membuat pidato dengan tema bebas. Saya memilih pidato tentang kesehatan mental anak remaja di Indonesia.
Dari situlah saya memiliki ketertarikan dan kemauan untuk menjadi psikiater yang bertugas mengobati, mencegah gangguan mental dan emosi pada anak remaja. Saya akan berusaha untuk mengejar cita-cita itu, dimulai dengan mencari pengalaman dan wawasan agar memiliki bekal yang cukup untuk masa depan.
Saya tahu, banyak yang harus disiapkan untuk menggapai cita-cita itu. Saya harus memulainya dari sekarang. Diawali dengan disiplin, seperti bangun pagi dan tidak terlambat datang ke sekolah, konsisten dalam belajar, memperhatikan guru pada saat menjelaskan, belajar dengan rajin di rumah, mencari banyak wawasan dan pengalaman.
Semua hal tersebut saya jadikan sebagai pelajaran agar mempunyai bekal untuk menggapai masa depan. Saya yakin dan siap untuk memperjuangkan agar bisa meraih cita-cita menjadi psikiater dan kuliah di universitas Indonesia.
Istilah dari kesehatan mental bukan hanya tentang tidak memiliki gangguan. Akan tetapi, tentang memiliki kekuatan untuk menghadapi tantangan, benar dan terbukti adanya.
Sebab, berdasarkan survei Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAHMS), sekitar 34,9% atau setara dengan 15,5 juta remaja Indonesia berusia 10—17 tahun mengalami masalah kesehatan mental karena selalu mengabaikan hal kecil yang bisa menyebabkan gangguan mental. Masalah kesehatan mental yang paling umum dialami remaja di Indonesia adalah gangguan kecemasan 26,7%, depresi 5,3%, masalah perilaku 2,3%, stres pasca-trauma 1,8%, dan masalah terkait pemusatan perhatian 10,5%.
Banyak orang di Indonesia mengabaikan kesehatan mental anak remaja. Oleh karena itu, saya sebagai generasi muda, ingin mempersiapkan diri sematang mungkin agar mampu mengobati para remaja yang mempunyai gangguan mental.
Dari sini saya belajar bahwa jangan pernah mengabaikan sesuatu yang menurut saya itu hanya hal kecil. Saya tidak pernah tahu, sebesar apa dampak negatif yang didapat jika saya mengabaikan itu. Harapan saya, semoga tidak ada lagi orang yang sering mengabaikan hal kecil dan semoga dengan adanya saya nanti bergabung menjadi bagian dari psikiater di Indonesia, dapat mengurangi daftar remaja yang memiliki gangguan mental. [CM/Na]






















