#30HMBCM
Oleh: Eyi Ummu Saif
CemerlangMedia.Com — Ada luka yang menjadi warisan jika tidak disembuhkan, itulah luka pengasuhan. Luka pengasuhan adalah hal yang memang tidak membuat nyaman dan muncul ketika ada pemicunya. Anak yang terlahir dari didikan orang tua dengan gaya komunikasi yang terbiasa kasar, bisa jadi nanti ketika dewasa akan melakukan apa yang orang tuanya lakukan tanpa sadar kepada anaknya.
Banyak yang kebingungan bagaimana menyembuhkan luka tersebut? Sebab, luka itu ditorehkan oleh orang yang mengaku sayang dan peduli pada kita, semisal dari orang tua. Di satu sisi, orang tua yang memberi luka pengasuhan pada anaknya melakukan hal tersebut dengan penuh penyesalan dan sebetulnya sedang berjuang untuk menyembuhkan luka yang sama, saat dahulu ketika mereka masih anak-anak.
Akan menjadi masalah yang tidak kunjung selesai jika luka pengasuhan tidak segera disembuhkan. Korbannya akan terus bertambah dan membekas hingga luka itu akan makin sulit dipulihkan. Maka, hal pertama yang harus diingat ketika kita menerima luka pengasuhan adalah berprasangka baik atas semua takdir/qada yang memang manusia tidak bisa ikut campur tangan, contohnya takdir mendapati orang tua yang tidak sesuai dengan mau nya kita.
Dalam Islam, seorang anak memiliki kewajiban berbakti/birul walidain kepada orang tuanya tanpa melihat apakah orang tuanya itu sosok yang jadi teladan atau sebaliknya. Bahkan, seorang anak harus memastikan bahwa orang tuanya memberikan keridaan atas semua perlakukan yang diberikan kepada mereka.
Selama perintah yang diminta orang tua kepada anak tidak menyalahi syariat, maka anak wajib untuk menuruti dan ketika semisal berbeda pendapat dengan orang tua, maka sampaikanlah dengan lembut. Begitupun ketika orang tua melakukan kesalahan, sebagai seorang anak, kita ada kewajiban untuk mengingatkan mereka dengan cara yang makruf dan jangan meninggikan suara ketika berbicara pada mereka.
Bahkan, Allah Swt. mewanti-wanti, kata terlarang yang tidak boleh diucapkan pada orang tua dan bagaimana seorang anak seharusnya bersikap. Allah Swt. berfirman,
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا
Artinya: “Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS Al-Isra: 23).
Allah Taala saja memberikan kemuliaan kepada kedua orang tua dan apalah kita yang hanya manusia makhluk ciptaan-Nya, malah merendahkan orang tua, disebabkan mereka memberikan luka pengasuhan kepada kita? Tentu jawabannya sangatlah tidak pantas. Walau bagaimanapun, mereka adalah orang tua yang mengurusi kita sejak dalam kandungan dan setelah lahir, orang tua juga sibuk membesarkan kita dengan susah payah.
Bahkan, orang tua pun mengorbankan kebahagiaannya, waktunya, biaya yang banyak, hanya sekadar ingin anaknya tumbuh sehat dan tercukupi semua kebutuhannya. Fitrahnya orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya dan berusaha untuk dapat menjadi orang tua yang baik.
Untuk itulah, luka pengasuhan hanya bisa terobati ketika diri menerima dan berprasangka baik serta memberi maaf pada orang yang menorehkan luka. Sebab, atas izin-Nya lah, luka pengasuhan itu hadir dalam diri kita. Lalu, fokus kepada bagian yang memang dikuasai oleh manusia, yaitu berusaha menyembuhkan luka dengan cara selalu memohon kesembuhan kepada Allah Swt., berbakti pada orang tua dan meminta pertolongan-Nya supaya semua luka dapat terobati.
Wallahu a’lam bisshawab [CM/Na]
Views: 12






















