#30HMBCM
Penulis: Nur Rahmawati, S.H.
Bab 4 Lelaki Suka PDKT, Tapi Alergi Akad
CemerlangMedia.Com, FAKSI — Ada satu fenomena yang akhir-akhir ini sering bikin para perempuan geleng-geleng kepala: banyak lelaki jago mendekat, tapi mendadak hilang ketika ditanya “serius nggak?”
Mereka hebat membuka obrolan, jago bikin nyaman, tahu kapan harus muncul dan kapan harus menghilang biar kelihatan misterius. Tapi begitu hubungan masuk babak penting, babak yang menentukan arah, tiba-tiba mereka berubah jadi ahli menghindar.
“Akad? Eh… nanti dulu, ya.”
“Belum siap.”
“Aku mau fokus kerja dulu.”
“Aku takut gagal.”
Atau yang paling klasik: “Kita jalanin aja dulu.”
Padahal “jalanin aja dulu” itu kalimat yang paling sering menyeret perempuan ke jurang penyesalan.
Sebenarnya, bukan cuma perempuan yang butuh kejelasan. Laki-laki pun seharusnya butuh. Kalau benar suka, kalau benar sayang, harusnya ada keberanian untuk melangkah ke tahap yang membuat hubungan terlindungi.
Lucunya, banyak lelaki zaman sekarang lupa, bahwa PDKT itu bukan ajang wonderland. Bukan tempat untuk jalan-jalan manis sambil memetik hati orang seenaknya, lalu pergi begitu saja tanpa pamit.
PDKT itu niat.
Kalau niatnya baik, langkahnya jelas.
Kalau niatnya abu-abu, langkahnya selalu ke kiri-kanan dan jarang lurus ke depan.
Ada seorang teman bercerita tentang lelaki yang mendekatinya selama tiga bulan. Setiap hari chat, telepon, jemput pulang, bahkan tahu minuman favoritnya. Pokoknya perhatian lengkap seperti paket premium.
Tapi begitu teman ini bertanya, “Kalau kamu serius, bilang sama orang tuaku, ya.”
Lelakinya langsung menipiskan eksistensi.
Kadang muncul, kadang tidak.
Kadang jawab chat jam itu juga, kadang hilang dua hari.
Sampai akhirnya teman itu sadar,
laki-laki itu hanya suka deretan manis bernama “proses awal”, tapi tidak siap memikul tanggung jawab ujungnya.
Padahal begini…
Lelaki yang hanya jago PDKT tanpa berani ke akad, itu sama saja seperti orang yang bangun pondasi rumah tapi tidak pernah niat beli atap. Yang ada hanya puing-puing perasaan orang lain yang ditinggalkan begitu saja.
Perempuan pun perlu belajar sesuatu dari bab ini: jangan terlanjur jatuh pada laki-laki yang cuma semangat saat membuka pintu, tapi kendor saat harus mengetuk pintu yang benar.
Jangan membiarkan kelembutanmu diseret dalam hubungan tak jelas yang hanya membuat harapmu patah sedikit demi sedikit.
Lelaki yang serius tidak akan menunda tanpa alasan. Kalau dia belum siap, dia akan jujur. Kalau dia ingin memperjuangkanmu, dia akan bergerak, bukan menghilang. Kalau dia benar-benar mencintaimu, dia tahu bahwa akad bukan akhir kebebasannya, tapi awal tanggung jawabnya. Dan laki-laki yang matang justru mencari itu.
Dalam hidup, kamu tidak membutuhkan lelaki yang hanya pandai berbunga-bunga saat awal PDKT. Kamu butuh lelaki yang tetap bertahan ketika dunia tidak selalu manis.
Yang tidak hanya hadir saat kamu tertawa, tapi tetap memilih tinggal ketika kamu sedang rapuh.
Yang tidak hanya ingin genggam tanganmu, tapi juga siap genggam amanah untuk memuliakanmu.
Karena sayangnya, zaman sekarang banyak “calon imam” yang lebih sibuk memilih caption cinta daripada merancang masa depan.
Banyak lelaki yang suka membuat perempuan merasa spesial, tapi takut membuat hubungan menjadi sakral.
Banyak yang jago janji, tapi lidahnya kelu saat harus bilang “Saya terima nikahnya…”
Dan untuk perempuan yang membaca ini:
tidak apa-apa menolak lelaki yang hanya memberikan rasa, tapi tidak memberikan arah.
Tidak apa-apa menutup pintu untuk lelaki yang hanya ingin singgah tapi tidak mau tinggal.
Tidak apa-apa menjaga hatimu dari lelaki yang hanya ingin proses, tapi tidak siap konsekuensi.
Sebab, hubungan tanpa akad itu seperti menggenggam pasir: lama-lama habis, meski awalnya terlihat penuh.
Dan lelaki yang benar-benar mencintaimu tidak akan membiarkanmu menggenggam kosong.
Ia akan datang, berdiri tegak, dan berkata tanpa ragu, “Aku ingin menjagamu.”
Itu laki-laki yang pantas diperjuangkan.
Bukan yang hanya jago PDKT lalu lari saat detik-detik akad mulai dibicarakan.
(*Naskah ini original, tidak disunting oleh editor CemerlangMedia) [CM/Na]
Views: 1






















