Oleh: Rihana El Lova
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — PUISI
Riuh angin menyibak senandung laraku
Bersanding dingin memeluk rindu
Pada yang lalu yang pernah menyatu
Seluruhku jatuh, rapuh, dan meruntuh
Kala lamunan liar tak terbendung
Tentangnya yang telah hilang
Isakku bergemuruh
Beribu-ribu derita berteduh
Kuusap peluh di ujung mata
Apa kau baca? Aku sedang menulis luka?
Kisah kita yang telah tercipta
Sebentar, tetapi tak terlupa
Di bait keseribu, gulir penaku sejenak membeku
Diksi-diksi tak terurai tersimpan di relung hati
Hanya tangis yang pecah melihat tubuh tercacah
Mengutuk rindu tanpa temu
Entah sampai kapan?
Ruh-ruh saling terkait tanpa sekat
Mengkristal dan kembali berkilauan
Laksana semburat cahaya menebas malam [CM/NA]
2 komentar pada “Peluh di Ujung Mata”
Jika rindu itu kian keras membatu,
Lantas kenapa kau mengutuk temu?
Sebab tak lagi kukenali
Jalan yang pernah kita lalui
Untuk bertemu sekedar meratapi
Kisah yang dulu kau hancuri