Oleh: Agustina
(Siswi SMAN 1 Mentaya Hilir Selatan)
CemerlangMedia.Com — Hallo semua, perkenalkan nama saya Agustina, sekarang duduk di bangku SMA kelas XII. Saya akan menceritakan pengalaman saya. Dahulu, waktu masih kelas 10 dan 11, saya sangat giat belajar. Namun, akhir-akhir ini, saya mulai mengalami perubahan semenjak kelas Xll karena makin hari, pelajaran yang saya terima makin susah, terutama matematika dan ekonomi.
Saya makin malas untuk belajar, apalagi ulangan harian ekonomi, waktunya pun cuma sebentar, jadi mengerjakan seadanya saja. Ulangan semester pun tiba, saya belajar dengan semangat karena ini ulangan ekonomi, semua harus tuntas. Saya pun belajar dari pukul 03.00 dini hari, walaupun mengantuk, saya tetap belajar. Ketika terdengar suara azan Subuh, saya pun segera melaksanakan salat.
Esok harinya, saya berangkat ke sekolah dengan menggunakan sepeda. Saya berangkat pukul 05.30 WIB. Sesampainya di sekolah, saya langsung belajar lagi untuk mengingat-ingat. Teman-teman mulai berdatangan satu persatu, lonceng pun berbunyi tanda ulangan akan dimulai. Saya merasa gugup dengan ulangan ini, saya takut kalau sampai nilai saya anjlok. Guru pengawas pun datang, saya makin gugup. Saya tidak lupa membaca doa dalam hati sebelum memulai ulangan supaya bisa tuntas dengan nilai terbaik.
Tidak terasa waktu istirahat pun tiba. Saya dan teman-teman pergi ke kantin untuk membeli gorengan dan segelas air mineral. Setelah itu, kami segera ke kelas untuk membaca buku pelajaran guna persiapan ulangan berikutnya. Ya, setelah ini ada ulangan lagi, yaitu matematika. Waktu berlalu begitu cepat, bel masuk pun telah dibunyikan dan kami segera memasuki ruang kelas.
Waktu pulang pun tiba. Kami pulang dengan segera. Dalam perjalanan, rantai sepeda saya lepas, saya berusaha memasangnya kembali, tetapi tidak bisa. Beruntung ada orang yang lewat dan saya dibantunya. Orang itu membantu saya memasang rantai yang lepas. Setelah selesai, saya pun berterima kasih kepada orang tersebut. Saya pulang dengan segera karena ingin belajar lagi untuk persiapan ulangan berikutnya.
Keesokan harinya, seperti biasa, kami ulangan dengan perasaan gugup sambil berdoa agar diberi kemudahan oleh Allah Swt.. Bel pertanda istirahat telah dibunyikan, kami ke kantin. “Akhirnya, besok ulangan terakhir,” kata teman-teman saya merasa bangga. Akan tetapi, tidak dengan saya, saya masih gugup dengan hasilnya nanti, apakah memuaskan atau mengecewakan. Namun, esok harinya saya begitu bersemangat karena hari terakhir ulangan.
Pada hari yang telah ditentukan, kami pun bersiap-siap untuk menerima rapor. Orang tua kami diundang datang ke sekolah untuk menerima rapor anaknya. Begitu pula orang tua saya, datang ke sekolah untuk mengambil rapor. Saya gugup karena saya ingin mendapatkan rangking ke-9.
Acara pun dimulai. Guru-guru memasuki ruang kelas dengan membawa rapor siswa masing-masing. Guru saya membacakan rangking 1, 2, dan 3. Alhamdulillah, saya sangat senang karena baru pertama duduk di kelas Xll sudah masuk 10 besar.
Di sini kita dapat ambil kesimpulannya bahwa usaha dan doa itu perlu. Mari kita bisa mengamalkannya di kehidupan sehari-hari. [CM/NA]