See You When I See You (Bag 4)

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh. Rafa Nufida Putri
(Kontributor CemerlangMedia.Com)

Ini sudah hari kelima mereka di pulau yang memiliki tingkat isolasi yang tinggi, tidak adanya handphone, tidak adanya paparazzi, belajar akan hal baru, belajar bertahan hidup, mungkin ini waktu yang tepat untuk istirahat dari dunia entertain bagi Xylan dan Zoe, karena selama ini hidup mereka dipenuhi pekerjaan yang tidak ada habis-habisnya. Sementara Ayesha lebih mendekatkan diri kepada Sang Penciptanya.


CemerlangMedia.Com — Zoe mengangguk membenarkan ucapan Xylan, tapi saat mendengar lelaki itu melihat rambut Ayesha dia membulatkan matanya, “What!!!”
Xylan langsung berjalan meninggalkan Zoe, ”Gue gak sengaja.”
***
Sesampainya mereka di rumah, terlihat Bapak Djohan juga baru sampai sembari membawa kayu bakar. Xylan berlari membantu mengangkatnya, meski harus memaksa dulu agar Pak Djohan mau dibantunya. Di dapur, Xylan mendapati Ayesha yang sedang berkutat dengan bahan-bahan makanan, bisa ditebak Ayesha akan memasak.

“Perlu bantuan?” ucapan itu tiba-tiba terlontarkan begitu saja.

“Terimakasih, tapi aku bisa sendiri Kala,” tolak Ayesha. Xylan beralih mendekat ke Bapak Djohan yang berusaha menghidupkan api disaksikan oleh Zoe, kemudian Xylan yang baru saja bergabung. Sungguh dua lelaki itu baru kali ini merasakan hidup seperti ini, semuanya terasa baru karena keduanya biasa mendapat fasilitas mewah berbeda dengan Ayesha yang sudah familiar dengan ini.
Masakan Ayesha sudah habis tak bersisa, bahkan Xylan dan Zoe tidak ingin melupakan rasa nikmatnya.

Pagi berganti malam, malam berganti pagi, memang begitu siklusnya, dan tak ada yang berubah kecuali kedekatan mereka. Xylan dan Zoe sesekali belajar bahasa Indonesia demi bisa berkomunikasi dengan Bapak Djohan. Kedua laki-laki itu seringkali mengikuti Bapak Djohan ke hutan untuk mencari kayu bakar maupun memetik buah kelapa dan berburu hewan yang bisa dibuat makanan karena stok makanan yang dibawa Bapak Djohan mulai menipis.

Tiap pagi ketiga anak muda itu pergi ke pantai, menanti kapal atau perahu nelayan yang lewat, tapi hasilnya nihil. Alhasil ketiga orang itu kembali ke rumah Pak Djohan, membawa kembali harapan-harapan yang telah pudar.
“Sabar,” ucap Bapak Djohan tiap kali mereka kembali dengan wajah muram.

Ini sudah hari kelima mereka di pulau yang memiliki tingkat isolasi yang tinggi, tidak adanya handphone, tidak adanya paparazzi, belajar akan hal baru, belajar bertahan hidup, mungkin ini waktu yang tepat untuk istirahat dari dunia entertain bagi Xylan dan Zoe, karena selama ini hidup mereka dipenuhi pekerjaan yang tidak ada habis-habisnya. Sementara Ayesha lebih mendekatkan diri kepada Sang Penciptanya. Tak jarang Xylan dan Zoe mendapati Ayesha sedang salat, maupun saat mereka berkumpul, jari tangan Ayesha terus bergerak seraya mulutnya seperti membaca mantra, yang nyatanya pada saat itu Ayesha sedang berzikir.

Pagi ini Ayesha bersiap untuk pergi ke pantai bersama Zoe, dan Pak Djohan juga ingin ikut, sedangkan Xylan sudah berangkat sejak pagi-pagi buta. Lelaki itu akhir-akhir ini bangun lebih awal tanpa alasan, kadang Zoe aja sampai heran padahal Xylan dikenal sebagai member yang suka bangun siang.

Dari kejuhan terlihat seorang laki-laki berbaju kaos sedang mondar mandir dengan ranting pohon ditangannya. Lelaki itu, lelaki yang membuat Ayesha harus mati-matian untuk tidak jatuh hati kepada sosok Xylan yang memiliki kehidupan berbanding terbalik dengannya. Selama beberapa hari hidup bersama, Ayesha jadi tau betapa serakahnya Xylan yang memborong semua love language. Siapapun yang nantinya memiliki seorang Xylan Frisco Calasanz pasti adalah sosok yang paling beruntung, pikirnya.

“Ayesha?” suara bapak Djohan membuat Ayesha tersadar.
“Pagi-pagi udah ngelamun aja, gak baik,” ucap pak Djohan.
“Eh iya Pak.”

Saat mendekat ke Xylan barulah nampak tulisan SOS yang besar di pasir pantai, “Lagi nyoba aja, siapa tau ada helikopter yang lewat meski itu mustahil,” terang Xylan.
“Kun Fayakun, tidak ada yang mustahil Kala…” tutur Ayesha yang masih mengamati tulisan SOS buatan lelaki itu, sedangkan Xylan langsung menatap Ayesha dengan pandangan yang tidak bisa dimengerti.
“Ayesha…” panggil Xylan.
Ayesha langsung menoleh namun dengan pandangan yang ditundukkan, “Iya Kala?”
Lama Xylan terdiam, “Rambut kamu,” ujarnya kemudian berlalu mendatangi Bapak Djohan yang duduk di batang kayu. Bukan! Bukan itu yang ingin dia katakan.

Astagfirullah … Ayesha langsung merapikan jilbabnya yang rupanya tadi ada rambut yang ke luar karena angin di sini cukup kencang.
“Ayesha!” Zoe melambaikan tangannya mengajak Ayesha untuk main pasir katanya sih ingin membuat istana pasir. Walaupun begitu Ayesha dengan semangat mendatanginya karena jujur dia ingin sekali bermain.

Sesekali dia tertawa akibat istana pasirnya diserbu ombak hingga jatuh hancur lagi. Setelah berpindah tempat barulah mereka bisa membuat istana pasir dengan tenang. Bapak Djohan dan Xylan hanya mengamati mereka berdua yang terlihat seperti anak-anak.

“Xylan,” panggil Pak Djohan, yang wajahnya masih menatap lurus ke depan.
“Iya Pak?” Xylan terdengar kaku menjawab pakai bahasa Indonesia.
“Do you like her?” tanya Pak Djohan yang menoleh ke Xylan. Xylan terkejut mendengar Pak Djohan berbahasa Inggris.
“Bapak bisa bahasa Inggris?”
“Sedikit.”
“Kamu menyukainya Xylan?” ungkap Pak Djohan tanpa mendapat bantahan dari lelaki di sampingnya.
Cukup lama Xylan diam sambil mengamati Ayesha yang sedang bermain diiringi senyum manisnya, hingga tanpa sadar Xylan ikut tersenyum tipis, “I love her, somehow…”
“Sulit Xylan … “
“Kenapa?”
“Kamu tau alasannya Xylan? tembok kalian begitu tinggi.” Bapak Djohan mendekat ke kedua orang yang sudah selesai mengerjakan istana pasirnya.

“Widihh keren banget ya, istana kita,” seru Zoe kemudian mengajak Ayesha untuk high five yang hanya direspon gelengan dan jempol oleh Ayesha, pergelangan bajunya yang putih berubah menjadi kecoklatan.

Bersambung …

[CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *