Oleh: Risa Fitriana
(Kontributor CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — PUISI
Ujung jemari periuk tinta menggeligis, menyaksikan serakan sajak nurani berkalang tanah
Mati… mati… seringkai buih tembikar
Cucuran darah merekah bagai buliran-buliran kristal surga
Menjelma menjadi tentara kelopak bunga Al-Aqsa, benderang!
Lalu lalang lalat-lalat kotor dengan pongah berseragam kumbang
Cahaya dari pelupuk tanah tumbang berderai, melolong, tetapi penuh sukacita
Ilahi rabbii… pada tepian sembilu, jiwa ini sungguh malu
Bungkam seribu candala
Kami layaknya guratan peluh tak berdaya di pinggir mahkota yang terluka
Hanya bisa menatap repihan hati yang terseok-seok membungkus nyawa dengan tawakal
Syahid… Makin teriris, pilu menelisik iman di dada
Sebab, hanya sekadar segenggam beras dan doa yang dapat dihantar
Sementara, sekepal kemiri di kepala kami bak tawanan buasnya anjing
Dikepung dengan tombak-tombak tajam yang berhias laksana tanaman perawan, biru segar…
Seolah dipupuk setunduk padi, sekuat ikat jerami
Sungguh malang, nyatanya kami tak lebih dari mayat beledu
Memiuh kurungan istighfar, menepuk terpejamnya rahara napas,
Sungguh, membilai tangkai sajadah-sajadah panjang saja tidak cukup membangun jembatan menuju seberang
Perisai yang menjadi nahkoda Al-Aqsa tetaplah butuh upaya bangkitnya adicita penuh sahaja
Memupuk iman, menyusun kembali retaknya garis tangan persaudaraan yang terampas, wadah penampung pertolongan Sang Maha Baka
Pamekasan, 5 Desember 2023 [CM/NA]