Generasi dalam Pusaran Perang Dunia

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Penulis: Ummi Fatih

Sejarah telah membuktikan bahwa pada masa keemasan Islam, negara melahirkan generasi cemerlang. Mereka bukan hanya saleh secara akhlak, tetapi juga unggul dalam ilmu pengetahuan. Lihatlah Al-Khawarizmi, sang penemu angka nol dan algoritma yang menjadi dasar perkembangan teknologi modern. Lahir dari sistem pendidikan Islam yang bersih dari tekanan.

CemerlangMedia.Com — Sadarkah kita bahwa generasi hari ini hidup dalam pusaran perang dunia yang tidak kasat mata? Jika menoleh ke Palestina, kita bisa melihat betapa kejam perang fisik yang dilancarkan Zi*nis Isra3l. Bangunan-bangunan hancur, sekolah runtuh, anak-anak kehilangan keluarga. Namun hebatnya, generasi muda Palestina tidak menyerah. Mereka tetap semangat belajar, tetap menuntut ilmu, tetap berani melawan, meski nyawa menjadi taruhan.

Seorang pelajar di Jalur Gaza pernah berkata bahwa ilmu adalah kebutuhan pokok untuk menghadapi penjajahan. Bagi mereka, pendidikan bukan sekadar gelar, melainkan senjata. Inilah bukti nyata bahwa meski tubuh mereka dikepung bom dan peluru, jiwa mereka tetap merdeka (adararelief.com, 13-7-2025).

Mari kita bandingkan dengan kondisi generasi muda di negeri-negeri yang katanya sudah merdeka. Tidak ada bom, tidak ada tank, tidak ada serangan fisik. Namun, tekanan justru hadir lewat perang nonfisik, yakni ideologi kapitalisme.

Kapitalisme menawarkan mimpi semu, seperti sukses berarti kaya atau gelar tinggi adalah jaminan masa depan. Anak-anak muda dijejali kalimat motivasi, seperti “kuliah supaya mudah mencari kerja.” Awalnya terdengar positif, tetapi kenyataannya membuat mereka terbebani. Tidak sedikit mahasiswa yang akhirnya depresi, cemas, dan panik.

Bahkan, salah satu gangguan mental yang disebut duck syndrom makin menjadi-jadi saat ini. Kondisi generasi tampak baik-baik saja di luar, tetapi sesungguhnya tenggelam dalam kecemasan.

Bukankah ini ironi? Generasi yang seharusnya menjadi penerus bangsa justru tumbuh dengan mental rapuh. Mereka lebih sibuk memenuhi ekspektasi semu daripada membangun peradaban. Akibatnya, bangsa pun melemah, mudah dijajah, mudah ditipu, walaupun tanpa satu pun peluru ditembakkan. Lantas, apa jalan keluarnya?

Jika dipikir-pikir lagi, sebenarnya jalan keluar terbaik hanya ada dalam Islam. Sebab dari segi pemikirannya, Islam adalah ajaran yang sempurna dan bisa digunakan untuk menyelesaikan semua masalah kehidupan. Bahkan, untuk masalah perang fisik dan nonfisik pun, Islam dapat menyelesaikannya melalui suatu sistem ketatanegaraan yang disebut Daulah Khil4f4h.

Dalam sistem Islam, negeri-negeri muslim akan disatukan untuk menerapkan hukum Allah secara menyeluruh dan melindungi generasi dari segala bentuk tekanan. Jika negara Islam tegak, umat tidak lagi terpecah oleh batas nasionalisme. Musuh-musuh Islam akan gentar melihat persatuan umat dengan jumlah yang sangat besar.

Allah menegaskan dalam firman-Nya,
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka, lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS At-Taubah: 20-22).

Dengan kesadaran ini, para lelaki muslim akan memahami kewajiban jihad, rela maju meski harus mengorbankan nyawa. Mereka yakin, kemenangan bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat.

Lebih dari itu, penerapan syariat Islam dalam pendidikan akan mengembalikan makna sejati menuntut ilmu. Ilmu bukan lagi sekadar jalan meraih gelar atau pekerjaan, melainkan kewajiban yang harus terus dipelajari untuk meraih rida Allah.

Rasulullah saw. bersabda,
“Apabila manusia meninggal dunia, terputus amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR Muslim).

Sejarah pun sudah membuktikan. Pada masa keemasan Islam (golden age), Khil4f4h melahirkan generasi cemerlang. Mereka bukan hanya saleh secara akhlak, tetapi juga unggul dalam ilmu pengetahuan. Lihatlah Al-Khawarizmi, sang penemu angka nol dan algoritma yang menjadi dasar perkembangan teknologi modern. Semua itu lahir dari sistem pendidikan Islam yang bersih dari tekanan.

Pertanyaannya, apakah kita masih mau berpaling? Apakah kita rela melihat generasi muda terus dalam pusaran perang global, baik fisik maupun nonfisik? Atau justru kita siap bergerak menuju persatuan hakiki di bawah naungan Khil4f4h? Kini saatnya menyadari bahwa kemenangan dan peradaban gemilang hanya bisa diraih ketika umat kembali pada sistem Islam yang sempurna dan luar biasa. [CM/Na]

Views: 0

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *