Oleh. Lela Masriyat Hasugian
CemerlangMedia.Com — Seorang pemuda atau pemudi harus bisa menjadi agent of change bagi umat, menjadikan bumi sebagai ladang ibadah. Setiap ucapannya bermakna, dapat dipahami, dan tidak pernah bosan untuk menebar kebaikan. Pemuda harus bisa segala hal, tidak lemah, bangkit, kuat, dan cerdas. Pemuda yang kuat ialah pemuda yang mampu bertahan di tengah keras arusnya dunia, juga selalu berharap akan ada keberhasilan di setiap usaha kebaikannya.
Kecerdasannya selalu ia manfaatkan demi dakwah karena sejatinya pemuda yang baik rela hidup dan matinya demi dakwah. Dakwah adalah jantung baginya karena apabila jantung itu berhenti, maka berhenti pula ia bernafas atau mati. Itulah sejatinya pemuda yang ikhlas mengabdikan hidupnya untuk dakwah semata. Pemuda tanpa dakwah bagaikan manusia yang hidup tanpa tujuan, tidak tahu mau ke mana dan tidak terarah akan ke mana.
Secara manusiawi, pamuda juga pernah jatuh karena dia bukan malaikat atau nabi. Dia juga pernah merasakan down. Namun, ketika ia mulai jauh dari dakwah, ia akan selalu merindukan Jemaah karena hakikatnya jemaahlah yang memperkuat dirinya agar tidak jatuh dan jauh dari dakwah. Pemuda yang bijak akan selalu mengingat kalimat “Ada dan tiadanya saya, dakwah akan tetap berjalan karena sesungguhnya sayalah yang membutuhkan dakwah bukan dakwah yang membutuhkan saya”.
Tidak pernah gentar adalah salah satu sifat pemuda, tidak takut kepada siapa pun dalam menyuarakan kebenaran. Sungguh, teramat banyak pemuda di negeri ini, tetapi tidak banyak yang terlihat sebagai pemuda yang siap dan berani menjual jiwa-jiwanya kepada Allah, yang baginya, cukuplah Allah sebagai penolong di awal dan di akhir karena bagi pemuda berjiwa islami, Allah adalah sebaik-baik pelindung.
Negeri Indonesia, adalah negeri mayoritas Islam tetapi jika dilihat implementasinya sangat minim dan malu dikatakan mayoritas. Sebab perilaku, sikap, sifat sangat jauh dari kata Islam. Lihat saja, pemuda saat ini diarahkan pada hal-hal yang tidak bermanfaat, ala kebarat-baratan, seakan tren itu sudah melekat pada mereka. Food, fun, fashion adalah ciri khas yang dipegang teguh. Melihat hal yang terbuka sudah biasa dan jika melihat yang tertutup, terbungkus, agamis, sarungan, dianggap teroris. Yang mengumbar aurat diapresiasi, yang menyebarkan dakwah Rasulullah dituding radikal, kadrun, tidak gaul, kuno, dan berbagai kata disematkan pada pemuda berlabel islami.
Allah sebagai penguat, di dalam QS Ali ‘Imran: 110 yang artinya, “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh pada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, dan berimanlah kepada Allah.”
Juga Rasulullah pernah memberi contoh kepada pemuda agar tidak mudah tumbang walau seluruh dunia menghadang atau bahkan tawaran materi demi keluar dari dakwah, “Jika bulan di tangan kananku dan matahari di tangan kiriku, tidak akan kutinggalkan dakwah kecuali aku binasa di dalamnya.”
Harus siapa lagi yang menjadi motivasi agar kita tidak lari dakwah ini? Tidakkah cukupkah bagi kita ucapan dari manusia yang paling mulia di muka bumi ini? Jika itu saja tidak membuat kita terpengaruh, maka bisa dipertanyakan betapa kerasnya hati kita.
Berbagai ujian bagi pemuda yang cinta dakwah adalah ibarat kerikil manis yang setiap diinjak akan terasa nikmat. Pemuda yang cinta dakwah tidak akan pernah merasa ujian itu adalah kesulitan melainkan kebahagian semata yang setiap datang akan membuat hati makin kuat, karena motivasi mereka hidup untuk dakwah dan mati di jalan dakwah.
Kita harus bangkit, jangan malas atas semua ini. Jika dibandingkan, perjuangan kita tidak ada apa-apanya dibandingkan perjuangan para orang-orang terdahulu. Semoga kita menjadi pemuda dan pemudi yang baik, berguna, dan tentunya bermanfaat bagi umat. Memberi solusi dan selalu menginspirasi bagi umat lainnya. Wallahu a’alam. [CM/NA]