Oleh. Irsad Syamsul Ainun
(Tim Redaksi CemerlangMedia.Com dan Muslimah Pegiat Literasi Papua)
CemerlangMedia.Com — Hidup tanpa cinta, bak taman tak berbunga, itu gambaran dari lagu Bang Hj. Roma Irama. Ya, iya memang betul adanya. Andai di dunia ini tidak ada cinta tentulah tak ada kasih di antara sesama makhluk. Bukankah manusia diciptakan karena dicintai?
Allah menegaskan dalam pesan tersirat dan tersurat melalui Kalamullah, bahwa kita memang pantas dicintai dan mencintai. Hanya kurang keren saja jika kita menyalahartikan rasa ini. Tidak salah memang jika pun aku, kamu, mereka, dan kita semua jatuh cinta.
Tapi ingat, ada jalurnya. Ada panduannya. Beli kulkas aja ada kok panduan pemakaian agar tak korsleting. Kulkas fungsinya untuk menyimpan makanan atau sayuran agar tak layu, kan?
Bagaimana dengan hatimu? Apakah hatimu sudah digunakan untuk menyimpan sesuatu yang mampu menjaga kebaikan lahirmu? Jangan suka mojok, ya, bahaya. Biasanya yang mojok ini ceritanya agar tak ketahuan jika ia sedang mabuk dengan maksiatnya. Padahal, ada yang ngawasin 24 jam non-stop. Sejauh apapun mojoknya, sesepi manapun, tetap aja Allah jadi CCTV.
Tapi eh tapi, jangan heran orang yang sering mojok ini alasannya satu, tidak menganggap Allah itu selalu ada. Ia beranggapan bahwa Allah hanya mengawasinya saat salat aja, atau di rumah ibadah. Ada juga sih yang selalu on hatinya tentang Allah, tapi akalnya mengingkari. Alias mengikuti hawa nafsu dan baqa’-nya.
Selalu berpikir bahwa apa yang dilakukan itu benar dan baik, meskipun berlawanan dengan ketetapan Allah. Wong dia pake aturan sendiri yang selalu menghalalkan cara untuk menikmati kebahagiaan semu. Bagaimana?
Buat para muda-mudi dan kita semua, tentunya memang tak ada jaminan untuk selalu baik dalam arti memiliki peluang untuk bermaksiat. Tetapi perlu diingat, bahwa ada tips agar diri bisa menjauhi maksiat tadi. Tidak hanya mencukupkan diri pada diamnya diri di dalam rumah atau kamar. Meski di tempat itu sekali pun, masih tetap berpeluang untuk maksiat.
Jadi harus membentengi diri dengan kebaikan juga keikutsertaan kita pada kebaikan. Bukan hanya itu, tetapi perlu tindakan nyata. Kemudian menginstal keimanan di dalam diri bahwa semua apa yang dilakukan akan dihisab di hadapan Allah. Jangan sampai kita sebagai muslim —terlebih lagi kawula muda— sibuk mojok dengan kemaksiatan tetapi lupa untuk menyibukkan diri dengan kebaikan. Padahal, sejatinya usia dari setiap hamba tidak pernah disampaikan kepadanya kapan ia akan kembali. Juga tak ada jaminan atas dirinya untuk selamat dari azab-Nya.
So, bagi kawula muda, beberapa hal yang bisa dilakukan agar tidak mojok dengan maksiat adalah:
Pertama, menggali potensi diri. Hal ini dapat dilakukan dengan mengetahui apa yang jadi potensi dalam dirinya kemudian dijadikan sebuah habit untuk meraih rida Allah. Melakukan kebaikan sekecil apapun.
Kedua, meng-upgrade diri. Lakukan perbaikan dan belajar sepanjang hayat, ini sangat penting untuk dilakukan. Pelajari ilmu wajib atau pun yang sesuai dengan keilmuan teknologi saat ini. Setelahnya, gunakan ilmu atau pengetahuan tadi untuk menebarkan manfaat di muka bumi. Kan, sudah ada hadisnya bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk manusia lainnya.
Ketiga, berkumpul bersama orang-orang saleh. Nah, ini ni yang saat ini paling sulit ditemukan. Keberadaannya sangat langka. Jika pun banyak, ada banyak pula orang di sekitar bahkan diri kita yang malas berkumpul dalam kelas yang satu ini. Bukan tanpa alasan, bahkan kita pura-pura tidak tahu. Maunya dapat hidayah dulu baru kemudian bergegas. Seyogyanya hidayah itu dijemput. Bukan ditunggu.
Jika para sahabat sebelumnya berlomba dalam kebaikan untuk menggapai keridaan Allah. Sekarang ini —karena zaman semakin menjanjikan kefatamorganaan—, setiap diri mesti memaksakan diri untuk berbuat baik. Jika tidak dipaksakan terkadang diri terpaksa bermaksiat dan makin dinikmati dilengkapi pula perasaan bahwa itu baik versi dirinya. Meskipun pada kenyataannya itu jutsru tidak baik di mata Allah Swt..
Sebaliknya, sibukkan diri dengan berlomba menampakkan yang baik di mata manusia. Terlebih lagi hal itu terkadang dilakukan dengan pola lebih apik dan lebih semangat dijalani.
So, buat kawula muda yang merasa muslim, harusnya bangga dong dengan menyibukkan diri pada kebaikan daripada sibuk mojok maksiat. [CM/NA]
One thought on “Jangan Main Mojok, ya, Ada Allah!”
Maasyaallah, tulisannya sangat menggugah saya yang termasuk remaja atau generasi muda untuk terus memperbaiki diri.