Ketika Harus Memilih

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Penulis: Yulweri Vovi Safitria
Managing Editor CemerlangMedia.Com

Ikhlas menjalani ketetapan-Nya adalah pilihan terbaik. Kita pun harus yakin, sesuatu yang berat akan menjadi ringan jika dilandasi ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Taala. Kita adalah milik-Nya, maka menyerahkan segala urusan kepada-Nya akan membuat hidup kita tenang dan tenteram.

CemerlangMedia.Com — Pernahkah kita merasa bahwa beban hidup ini terlalu berat? Seolah tidak memberi jeda, sesak, dan rasanya ingin menyerah. Tidak jarang pula, di saat kita memiliki sejuta impian dan harapan, kita pun dihadapkan pada sebuah pilihan.

Adakalanya pilihan itu dengan legowo bisa kita terima. Akan tetapi jika pilihan itu sulit, kita sangat berat menerimanya. Namun pada akhirnya, kita tetap harus mengambil sebuah keputusan dan menjatuhkan pilihan.

Tidak jarang pula pilihan-pilihan sulit tersebut menguras emosi, air mata, dan energi kita. Di fase ini, kita butuh hati seluas samudra untuk bisa menerima, menjalani, dan memahami makna tersirat yang Allah sampaikan.

Baik atau buruk, berat atau ringan suatu pilihan, keduanya tetap memiliki konsekuensi. Namun, kita perlu memahami bahwa baik atau buruknya suatu pilihan haruslah terbingkai dalam tuntunan syariat, bukan nafsu syahwat.

Pilihan Adalah Ujian

Pilihan-pilihan tersebut tidak ubahnya seperti ujian yang harus kita lewati. Ya, hidup di dunia ini memang penuh dengan ujian. Kesabaran, keikhlasan, dan keistikamahan kita setiap saat diuji. Ujian tidak hanya datang dari orang lain, tetapi juga dari keluarga dan orang-orang yang mencintai kita.

Cerita hidup ini pun tidak bisa ditebak, tetapi kita mesti yakin bahwa ada banyak hikmah yang terkandung di baliknya. Sebab, Allah tidak akan memberikan sesuatu yang sia-sia untuk hamba-Nya. Allah juga tidak mengharuskan kita sampai di penghujung dengan hasil paripurna. Akan tetapi, Allah ingin melihat bagaimana kita melewati setiap fase dalam hidup ini sesuai dengan tuntunan syarak.

Namun, pilihan yang berat sering kali membuat kita terpuruk dalam ketidakberdayaan. Apalagi ketika kita telah menyusun kepingan harapan dan impian. Pilihan yang datang seolah memupus semua harapan yang sudah kita bangun. Akhirnya kita kecewa dan terkadang menyalahkan takdir yang sudah Allah tetapkan. Nauzubillahi min zalik.

Ibarat Kepingan Puzzle

Perjalanan hidup ibarat kepingan puzzle. Apalagi jika kita pernah melewati proses tersulit dalam kehidupan ini. Butuh kesabaran untuk menyatukan kepingan demi kepingan agar bisa menjadi bentuk yang utuh.

Namun terkadang, di saat kepingan-kepingan puzzle ditemukan, kita kembali dihadapkan pada pilihan dan ujian yang lain. Pada kondisi ini, terkadang kita ingin menyerah. Jika hidup menuruti nafsu, tentu kita akan tergelincir pada kezaliman dan keputusasaan. Menganggap dunia tidak adil dan menyalahkan diri sendiri.

Ditambah lagi dengan penilaian maupun tekanan dari orang lain, sering kali membuat kita merasa tidak berguna. Apa yang terjadi pada diri kita akan dikaitkan dengan masa lalu. Seolah-olah ujian yang menimpa adalah hukuman yang patut kita dapatkan, padahal hanya Allah saja yang tahu, apakah ujian tersebut teguran ataukah hukuman.

Belum lagi berbagai prasangka, sering kali menguasai diri kita. Pun tayangan yang berseliweran di media, tidak jarang mengubah pola pikir dan cara pandang kita dalam memahami persoalan.

Janji Allah

Allah Subhanahu wa Taala berfirman,
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya….” (QS Al-Baqarah: 286).

Menurut tafsir Imam Ibnu Katsir, beban, musibah, dan cobaan merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah Subhanahu wa Taala kepada hamba-Nya. Juga disebutkan bahwa orang yang berdosa itu memerlukan tiga perkara, yaitu pemaafan dari Allah atas dosanya, dosanya ditutupi oleh Allah dari mata orang lain sehingga ia tidak dipermalukan, dan dipelihara oleh Allah sehingga tidak lagi terjerumus ke dalam dosa yang serupa.

Namun, sinyal dari Allah Taala tidak mampu kita tangkap, padahal jika kita mau mengindera, apa yang terjadi dalam hidup ini adalah atas izin-Nya. Terlepas dari apakah ujian tersebut balasan perbuatan baik atau buruk yang kita lakukan, yang pasti, semua sudah Allah rencanakan.

Oleh karena itu, ikhlas menjalani ketetapan-Nya adalah pilihan terbaik. Kita pun harus yakin, sesuatu yang berat akan menjadi ringan jika dilandasi ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Taala. Kita adalah milik-Nya, maka menyerahkan segala urusan kepada-Nya akan membuat hidup kita tenang dan tenteram.

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.” (QS Ar-Ra’d: 28).

Yuk, semangat! Apa pun pilihan kita, semoga itu yang terbaik untuk diri, agama, dunia, dan akhirat kita. [CM/Na]

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *