Oleh: Novi Puji Lestari
(Pegiat Literasi, Aktivis Muslimah)
CemerlangMedia.Com — Belum selesai netizen dibuat mengelus dada karena rentetan kasus perundungan terhadap anak sekolah, lagi-lagi daftar kasus perundungan kembali bertambah. Kali ini, korban merupakan anak perempuan yang berasal dari Batam. Viralnya kasus penganiayaan dan perundungan ini membuat netizen geram dan ikut membanjiri kolom komentar dengan kalimat-kalimat yang mengutuk aksi pelaku tersebut.
Kepada Tribun Batam, ibu korban menjelaskan bahwa permasalahan utamanya terjadi sebelum adanya pengeroyokan yang dialami sang anak. Dalam penjelasannya, korban yang berinisial SC mendapat kekerasan dari sekelompok remaja putri karena membela sang adik.
Tragisnya, sang ibu tidak berani langsung membuat laporan ke kepolisian karena khawatir jika anak perempuannya yang lain mendapatkan perlakuan yang sama. Namun, tidak lama setelah berita ini viral, sang ibu baru memberanikan diri untuk melaporkan tindakan kriminal terhadap anaknya.
Menanggapi kasus bullying, Kanit Reskrim Polsek Lubuk Baja Ipda Jonathan Reinhart Pakpahan turut angkat bicara. Ipda Jonahan menyebut bahwa pihak kepolisian tengah mendalami kasus tersebut. Keempat pelaku perundungan yang berinisial AR, RS, SR, dan LS tengah menjalani pemeriksaan.
Penyebab Terjadinya Bullying
Jika kita telaah track record kasus kriminalitas di Indonesia, tentunya kasus bullying bukanlah suatu hal yang baru. Banyaknya kasus perundungan yang terjadi, baik secara fisik, verbal, maupun perundungan di dunia online (cyber bullying) menunjukan bahwa bullying bukan lagi suatu hal yang dianggap remeh temeh. Jika dilihat dari perspektif korban, seseorang yang mengalami tindakan perundungan akan berisiko mengalami berbagai permasalahan kesehatan, baik fisik maupun mental.
Menanggapi maraknya kasus perundungan yang terjadi, Pakar Psikologi Anak UNESA Riza Noviana Khoirunnisa, S.Psi., M.Si., turut berkomentar. Menurutnya, fenomena bullying sudah sangat parah dan menjadi epidemi yang menimbulkan banyak korban. Kasus perundungan terus meningkat setiap tahunnya. Ia juga menyampaikan bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kasus perundungan.
Namun, yang sering ditemukan yaitu adanya ketidakseimbangan antara pelaku dengan korban. Bisa berupa ukuran badan, fisik, kepandaian komunikasi, gender hingga status sosial. Ia juga menegaskan bahwa penyebab lain yang menyertai biasanya terkait lingkungan pergaulan yang salah dan pengaruh teman sebaya dan lain-lain.
Dari rentetan masalah perundungan yang terus-menerus mencuat, bisa kita ambil kesimpulan bahwa kasus ini terjadi bukan hanya karena permasalahan individu semata, melainkan permasalahan sistemik yang tergambar pada pola pikir dan pola sikap masyarakat. Akar permasalahan berasal dari kesalahan penggunaan sistem hari ini, yaitu sistem kapitalisme yang berasaskan sekularisme yang meniscayakan adanya pemisahan agama dan kehidupan. Hal ini membuat seseorang cenderung abai terhadap aturan Rabb-nya dan berperilaku sesukanya.
Lebih dari itu, naluri eksistensi diri yang dimiliki oleh setiap manusia tidak dapat tersalurkan dengan baik di sistem hari ini. Walhasil, manusia dapat berperilaku brutal tanpa mempertimbangkan sisi kemanusiaan, apalagi sisi agama. Sebab, yang mereka dewakan hanyalah eksistensi diri dan popularitas duniawi. Itulah mengapa dalam kasus perundungan, terutama dalam lingkungan remaja yang marak terjadi saat ini menjadi tanda bahwa karakter menyeleweng generasi tidak dapat lagi ditoleransi!
Solusi dalam Islam
Dalam sistem Islam, pembentukan karakter generasi merupakan kolaborasi dari peran keluarga, pendidik, masyarakat, dan negara.
Pertama, keluarga memiliki peran penting sebagai madrasah pertama bagi anak-anak sebelum mereka terjun ke dunia yang lebih luas. Pembentukan karakter anak di awal perlu diperhatikan dengan baik dan saksama oleh keluarga. Pembentukan kebiasaan dan pemikiran yang berlandaskan pada akidah Islam harus dijadikan standar utama dalam hablum minannas (bermuamalah dengan orang lain).
Kedua, guru sebagai pendidik anak di sekolah harus mewujudkan kestabilan antara kompetensi akademik dan karakter anak. Sebab, fungsi sekolah dalam Islam bukan hanya sebagai pencetak para intelektual dalam bidang tertentu, tetapi mewujudkan individu yang paham akan identitasnya sebagai seorang muslim. Oleh karena itu, nilai rapor di sekolah tidak dapat dijadikan patokan keberhasilan dalam mendidik anak jika karakter mereka rusak dan berujung pada kemudaratan dan murka Allah Swt..
Ketiga, masyarakat yang peduli menjadi aspek yang sangat penting dalam terwujudnya kesejahteraan dalam sistem Islam. Kesadaran masyarakat akan implementasi Islam dalam kehidupan akan turut serta membantu para individu untuk taat kepada Allah Swt.. Sebab, saat mereka sedang melakukan sebuah dosa atau kemaksiatan, masyarakat turut peduli dan saling mengingatkan agar mereka kembali ke jalan Allah.
Keempat, negara yang peduli dan tidak abai terhadap persoalan umat. Dalam hal ini, pemerintah berperan sebagai eksekutor dalam negara. Ia memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam segala aspek yang berkaitan dengan riayatu asy-syu’nil ummah atau pengurus urusan umat. Jika ada problematika seperti kasus kriminalitas yang terjadi, negara akan melakukan tindakan tegas dan solutif.
Tidak hanya itu, selain tindakan kuratif yang dilakukan sebagai efek jera bagi pelaku dan peringatan bagi masyarakat lainnya, ada juga tindakan preventif (pencegahan) yang dilakukan oleh negara, yaitu dengan memperkuat akidah Islam dalam diri anak dan membangun kesadaran bahwa setiap perilaku yang diperbuat akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Hal ini akan menumbuhkan sikap wara (berhati-hati) dan khauf (takut). Lebih dari itu, negara akan memastikan penguatan peran orang tua, guru, dan masyarakat untuk mewujudkan individu-individu yang bertakwa.
Sayangnya, kesejahteraan ini tidak dapat terwujud jika kita masih terkerangkeng oleh sistem kapitalisme sekuler yang mendewakan materi belaka. Oleh sebab itu, marilah bersama-sama kita wujudkan janji Allah dengan meneruskan perjuangan Rasulullah, yaitu dakwah Islam demi terwujudnya sistem mulia yang keberhasilannya telah terbukti dalam tinta sejarah, bagaimana negara mewujudkan kesejahteraan bagi umat. Sistem itu terimplementasikan dalam naungan Negara Khil4f4h Rasyidah Al-Islamiah.
Wallahu a’lam bisshawab. [CM/NA]