Oleh. Hasnah Lubis
(Kontributor CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Permasalahan sampah seolah tidak kunjung terselesaikan di negeri ini. Tumpukan sampah dan bau yang tidak sedap acap kali dijumpai di pemukiman bahkan di dalam kota sekalipun. Sampah menjadi pemandangan yang tidak asing lagi.
Seperti yang terjadi di kelurahan Cikaret, Bogor Barat, Kota Bogor. Masyarakat mengeluhkan bau busuk yang ditimbulkan oleh sampah. Lurah Cikaret, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor Ali firdaus menjelaskan lokasi tersebut berada di RW 5 dan RW 6 Kelurahan Cikaret. Sampah menumpuk di Kelurahan Cikaret hingga tumpah ke sungai Cimanglid. Sampah-sampah ini menimbulkan bau yang tidak sedap dan tentu saja mencemari lingkungan dan membahayakan masyarakat. Ali juga mengakui belum ada tempat pembuangan sampah di daerah itu dan spanduk yang dipasang sebagai edukasi tidak dihiraukan masyarakat sedikit pun (tvOnenews.com, 16-8-2023).
Sampah yang berasal dari sisa konsumsi sehari-hari masyarakat menjadi salah satu permasalahan yang belum bisa terselesaikan saat ini. Solusi yang diambil pemerintah seperti edukasi, daur ulang limbah plastik, kantong plastik berbayar, dan pemilahan sampah organik dan nonorganik tidak mampu menyelesaikan akar masalah.
Kapitalisme Lahirkan Budaya Konsumtif
Problem dari sampah atau akar masalah sampah ini muncul dari pola hidup atau budaya konsumtif masyarakat saat ini. Gaya hidup konsumtif membuat masyarakat kehilangan kewarasan di dalam berbelanja sehingga seseorang berbelanja tidak berdasarkan kebutuhan melainkan hanya keinginan. Masyarakat membelanjakan uangnya tanpa berpikir panjang, yang penting tampil beda untuk gengsi dan eksistensi. Sedangkan keinginan itu bersifat tidak terbatas, misalnya kita membeli makanan atau minuman bukan karena memenuhi rasa lapar dan haus, tetapi karena makanan atau minuman itu sedang viral dan sekadar ikut-ikutan atau yang paling parah hanya ingin saja.
Perilaku konsumtif yang menjamur di masyarakat diakibatkan paham sekularisme kapitalisme. Ideologi kapitalisme lahir dari akidah sekularisme, yakni sebuah paham yang memisahkan agama dari kehidupan dan menjadikan standar kebahagiaan manusia adalah materi serta kepuasan diri semata. Akibatnya, masyarakat kehilangan kendali dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Negara kapitalisme juga telah menjadikan penguasa melepaskan tanggung jawabnya. Padahal di dalam mengatasi permasalahan sampah ini dibutuhkan pengurusan secara sistemik oleh negara. Negara harus mengelola dengan baik pengelolaan sampah dan tidak boleh diserahkan kepada pihak swasta atau dijadikan sebagai bagian dari badan usaha negara karena pengurusan sampah kewajiban dari pemerintah sebagai pengayom rakyat. Namun, hal ini wajar saja, sebab sistem kapitalisme berprinsip bahwa pemerintah hanya sebagai regulator, bukan pelayan rakyat sehingga masalah sampah dianggap sebagai beban. Kapitalisme memandang sebelah mata masalah ini karena hanya sedikit memberikan keuntungan. Oleh karena itu, bila solusi yang diberikan hanya seputar dampak, tanpa mengurai akar masalah, hanya akan menjadi solusi tambal sulam. Faktanya, sudah banyak solusi yang ditawarkan, tetapi tidak efektif dalam menanggapi masalah sampah ini.
Islam Solusinya
Langkah yang harus dilakukan adalah mengganti sistem kapitalisme yang jelas gagal menangani masalah sampah dengan sistem Islam. Sistem Islam mempunyai langkah konkret dalam mengatasi permasalah sampah dengan menyentuh akar permasalahan tersebut, yaitu mengganti mindset terhadap pola konsumsi masyarakat dari yang konsumtif menjadi pola hidup sederhana. Islam juga mendorong manusia mempunyai gaya hidup bersahaja, mengkonsumsi sesuai kebutuhan dan melarang mengoleksi barang tanpa pemanfaatan.
Dalam sebuah hadis disebutkan dari Al-Miqdam bin Ma’dikarib raḍiyallahu ‘anhu, dia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Tiada tempat paling buruk selain perut yang diisi oleh manusia, cukuplah bagi manusia beberapa suapan sekadar untuk menegakkan tulang iganya, jika dia mengisi perutnya, maka sepertiga untuk makannya sepertiga untuk minumnya dan sepertiga untuk pernapasan udaranya.” (HR At-Thabrani dan Ibnu Abi Ad-dunya)
Dalam Kekhilafahan Bani Umayyah sudah terbukti bisa menyelesaikan masalah sampah. Pada masa itu telah dibangun sistem pembuangan sampah. Di dalam sistem Islam, tokoh-tokoh yang kompeten diberdayakan dan diberikan fasilitas untuk mengembangkan ilmunya untuk kesejahteraan masyarakat. Seperti Qusta Ibnu Luqa, ar-Razi lbn al-Jazzar, dan al- Masihi. Mereka berhasil membuat jalan-jalan di kota Cordoba terbebas dari sampah. Dengan mengubah konsep sistem pengolahan sampah, maka tidak akan ditemukan lagi sampah-sampah yang menggunung.
Dari segi individu, Islam mengajarkan masyarakat memiliki kesadaran terhadap pola konsumsi mereka karena apa yang mereka konsumsi akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Masyarakat dan negara tidak akan menyuburkan pola hidup konsumtif. Islam juga memandang bahwa tolok ukur kebahagiaan bukan materi melainkan rida Allah Swt.. Negara yang menerapkan aturan Islam akan mengelola sampah yang dihasilkan oleh konsumsi masyarakat dengan dikumpulkan di tempat khusus dan diolah dengan teknologi canggih sehingga tidak mencemari lingkungan. Dengan demikian, masihkah kita berharap kepada sistem kapitalisme dalam mengatasi masalah sampah dan masalah lainnya yang begitu kompleks? [CM/NA]