Oleh: Hadi Kartini
CemerlangMedia.Com — Pada momentum peringatan hari sumpah pemuda pada 28 Oktober lalu, Presiden Joko Widodo di media sosialnya mengatakan bahwa Indonesia mempunyai peluang besar untuk memajukan Indonesia pada 2045. Pasalnya, pada 2045 Indonesia memiliki banyak pemuda usia produktif. Akankah impian itu bisa terwujud dengan melihat kondisi pemuda hari ini?
Presiden Joko Widodo mengingatkan, Indonesia memiliki peluang besar untuk mewujudkan visi Indonesia emas pada 2045 berkat bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada 2030. Jokowi mengajak masyarakat bersama memajukan Indonesia. Presiden Jokowi menekankan bahwa bangsa Indonesia harus mampu memanfaatkan peluang ini melalui dua strategi utama. Pertama, mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia agar siap memasuki pasar tenaga kerja dengan produktivitas tinggi. Kedua, meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan rakyat melalui eksploitasi sumber daya alam yang dimiliki (Beritasatu.com, 28-10-2023).
Lahirnya Sumpah Pemuda
28 Oktober merupakan tanggal bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada 28 Oktober 1928, pemuda Indonesia mengikrarkan sumpah untuk bersatu, yang merupakan cikal bakal bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari penjajah. Pada masa itu, pemuda Indonesia bersatu dan bahu-membahu dalam memperjuangkan kemerdekaan dari penjajahan kolonial Belanda.
Pemuda Indonesia sangat gigih berjuang melawan penjajah yang menguasai tanah air. Berkat kegigihan dan persatuan pemuda saat itu, dengan izin Allah Swt. pada l 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia bisa diraih setelah sekian lama diperjuangkan pemuda Indonesia. Jika pemuda dahulu bersatu untuk mengusir penjajah dari Bumi Pertiwi dengan semangat juang yang tinggi, bagaimana dengan pemuda sekarang yang hidup di zaman kemerdekaan? Mampukah pemuda sekarang mempertahankan kemerdekaan itu sendiri?
Pemuda Hari Ini
Kita sudah hidup di alam kemerdekan 78 tahun lamanya. Akan tetapi, kita hanya merdeka dari penindasan penjajah secara fisik. Tanpa kita sadari, sekarang kita malah dijajah di semua aspek kehidupan. Baik itu sosial, pendidikan, kesehatan, budaya, pemikiran, dan lainnya. Kita tidak lepas dari cengkeraman penjajah, apa lagi pemudanya. Sebagian besar pemuda Indonesia terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran Barat. Mereka lebih banyak mengambil gaya hidup Barat yang serba bebas. Apa pun yang mereka lakukan tidak lagi berpijak pada ajaran-ajaran agama.
Hal ini diperparah oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang juga mengadopsi pemikiran Barat dalam membuat peraturan-peraturan untuk mengurusi rakyatnya. Sistem kapitalisme sekuler yang dijadikan rujukan untuk melahirkan peraturan-peraturan untuk mengurus rakyat, ternyata banyak menimbulkan berbagai masalah. Sistem kapitalisme sekuler banyak melahirkan pemuda yang rusak, baik perilaku mau pun pemikirannya. Terbukti dengan banyaknya kasus kenakalan remaja, seperti penyalahgunaan narkoba, tawuran pelajar, bullying, dan banyak lagi kasus kejahatan yang dilakukan oleh pemuda.
Pemuda saat ini disuguhkan dengan teknologi yang serba canggih. Di satu sisi, teknologi memudahkan semua urusan dan pekerjaan. Di sisi lain, kemajuan teknologi apabila tidak disikapi dengan baik akan menjadikan pemuda memiliki rasa malas. Malas gerak, malas melakukan kegiatan di luar rumah. Kemajuan teknologi juga bisa mengiring pemuda kepada perilaku yang tidak baik.
Pemuda saat ini lebih menyukai cara instan untuk mencapai kesuksesan. Menjadi publik figur di dunia hiburan lebih diminati dibanding tekun belajar menuntut ilmu. Padahal ilmu adalah modal utama untuk keberhasilan di masa depan. Akan tetapi, pemuda sekarang tidak mau berproses dan langsung bisa menikmati keberhasilan secara cepat. Sebab, memang itu cara pandang sistem kapitalisme memaknai keberhasilan. Sukses adalah mempunyai materi yang banyak dan bisa melakukan apa saja. Dan pemuda yang sudah dirasuki pemikiran Barat lebih memilih cara cepat untuk menghasilkan materi.
Terlenanya pemuda dengan kebahagian semu dan hanya memikirkan individunya saja dimanfaatkan Barat untuk merebut kekayaan alam yang dimiliki, yang seharusnya dipertahankan pemuda saat ini, layaknya pemuda dahulu mempertahankan tanah air. Akan tetapi, tidak, pemuda saat ini asyik dengan dunianya sendiri. Tidak mau tau bagaimana kondisi negaranya saat ini. Jadi apa yang bisa diharapkan dari pemuda saat ini apabila mereka masih asyik dengan dunianya?
Pernyataan Presiden Jokowi dalam media sosialnya terkait menjadikan Indonesia maju pada 2045 akan susah diwujudkan. Pasalnya, mempersiapkan pemuda untuk menjadikan Indonesia maju 2045 tidak bisa hanya dari satu pihak saja. Namun, lebih utama adalah dari pemerintah yang bisa mewujudkan cita-cita itu dengan mengubah semua peraturan yang merujuk kepada sistem kapitalisme sekuler. Salah satunya mengubah sistem pendidikan, yakni jangan hanya bertumpu pada capaian nilai materi saja. Pendidikan juga harus mampu memperbaiki akhlak anak didik. Bagaimana mungkin Indonesia maju bisa dicapai dengan moral pemuda yang rusak.
Melalui pendidikan, pemuda bisa mendapatkan ilmu untuk mengolah sumber daya alam yang kita miliki. Sebab, selama ini kandungan sumber daya alam Indonesia yang melimpah hanya dikuasai oleh swasta asing. Rakyat yang sejatinya mempunyai hak terhadap SDA tersebut tidak mendapatkan apa-apa dan berada dalam garis kemiskinan. Dikuasainya SDA oleh asing adalah salah satu bentuk penjajahan nonfisik. Oleh karena itu, dididiknya pemuda dalam pengeksploitasian dan pengolahan SDA, salah satu jalan mengambil alih SDA yang selama ini dikuasai oleh asing sehingga hasilnya bisa diberikan kepada rakyat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, negara kita tidak mudah dikendalikan oleh negara asing, jika pemuda memiliki kekuatan, baik pemikiran maupun sikap yang kuat.
Islam Melahirkan Pemuda Tangguh
Berkaca pada masa kejayaannya, Islam banyak melahirkan pemuda-pemuda yang luar biasa. Diawali pada masa Rasulullah saw. para pemuda yang mendampingi dakwah Rasulullah adalah pemuda pilihan. Mereka tidak takut kepada semua ancaman musuh Islam pada masa itu. Mereka tetap teguh berada di sisi Rasulullah walaupun ancaman selalu datang. Pekerja keras, pantang menyerah, cerdas, serta gigih dalam menuntut ilmu adalah gambaran pemuda pada masa itu. Mereka tidak lelah dalam menuntut ilmu, apa lagi ilmu agama yang menjadi landasan untuk menjalankan kehidupan yang terhormat. Dan ilmu tersebut yang akan diwariskan kepada generasi berikutnya.
Pada masa kekhilafahan berikutnya, tak henti-hentinya pemuda tangguh lahir dari peradaban Islam. Di antaranya adalah Muhammad Al-Fatih, pemuda penakluk Konstantinopel, yang waktu itu usianya masih muda, yakni sekitar 21 tahun. Salahuddin Al-Ayyubi, panglima perang gagah berani, mempunyai semangat juang yang tidak diragukan lagi. Pembuat strategi ulung sehingga di bawah komandonya bisa memenangkan Perang Salib dan Baitul Maqdis bisa direbut kembali. Dan banyak lagi pemuda di masa kejayaan Islam yang namanya diukir dalam sejarah.
Kita tidak bisa membandingkan pemuda saat ini dengan pemuda masa kejayaan Islam. Pemuda pada masa kejayaan Islam tiada bandingannya. Mereka adalah pemuda tangguh, mempunyai rasa juang yang tinggi, cerdas, penuntut ilmu yang tekun, dan banyak lagi keunggulan yang mereka miliki. Di samping akidah Islam yang kuat menancap dalam diri, mereka lahir dari sistem yang betul-betul sempurna dari Sang Pencipta, yaitu sistem Islam.
Untuk menjadikan pemuda saat ini seperti pemuda pada masa kejayaan Islam, kita harus menerapkan sistem yang pernah diterapkan pada masa itu, yaitu sistem Islam di semua lini kehidupan. Hanya sistem Islam yang bisa melahirkan pemuda-pemuda tangguh berkepribadian Islam yang sempurna. Alhasil, mewujudkan Indonesia maju pada 2045 bukanlah hal yang mustahil. Di tangan pemuda, nasib bangsa dipertaruhkan. Jika pemudanya baik, maka akan baik pula bangsanya. Jika pemudanya rusak, maka tunggu saja kehancuran bangsanya.
Hadis riwayat Ahmad dan Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul kabir, Rasulullah saw. menyatakan “Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memiliki shabwah.” Shabwah adalah pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsu, membiasakan diri melakukan kebaikan, dan berusaha menjauhi keburukan. Nabi Muhammad saw. juga mencintai pemuda yang tidak mudah meninggalkan amalan-amalan syariat.
Wallahu a’lam bisshawwab [CM/NA]