Oleh: Ima Isnawati, S.Pd.
CemerlangMedia.Com — Beras merupakan salah satu makanan pokok hampir seluruh masyarakat Indonesia. Namun, akhir-akhir ini, harga beras terus naik dan cukup signifikan. Oleh karenanya, masyarakat kesulitan untuk membeli beras. Rakyat berpikir, dengan membeli beras di gudang Bulog akan lebih murah, tetapi rakyat yang ingin membeli beras terkesan diabaikan, bahkan untuk masuk ke area gudang saja tidak bisa.
Di lansir dari laman berita, disway.id (5-9-2023), belakangan ini warga Bengkulu Selatan kesulitan membeli beras di Gudang Perum Bulog di Desa Lubuk Sirih Ilir Kecamatan Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Ironis memang, di tengah naiknya harga beras di pasaran, masyarakat justru kesulitan membeli beras di Gudang Bulug. A (32) warga Desa Lubuk Sirih Ilir Kecamatan Manna mengatakan hampir setiap pagi warga datang untuk membeli beras ke gudang Perum Bulog Bengkulu Selatan untuk kebutuhan rumah tangga sendiri. Namun, permintaan masyarakat tersebut tidak pernah diakomodir dan pihak Bulog terkesan mengabaikan.
Setiap kali ada warga yang menanyakan stok dan harga beras, petugas Perum Bulog Bengkulu Selatan memberikan alasan masih proses dan ditunggu saja. Masyarakat sangat membutuhkan beras di Bulog, selain karena harga lebih murah dari pasaran, beras di Bulog ketersediaannya banyak. Akan tetapi, belakangan ini warga kecewa karena bulog terkesan membatasi dan yang lebih prihatin lagi banyak warga yang berusia tua bahkan lansia datang ke Bulog untuk membeli beras. Akan tetapi, jangankan membeli beras, masuk ke area Gudang saja tidak bisa.
Lemahnya Peran Bulog
Dari Perpres 48/2016, Perum Bulog ditugaskan menjaga ketersediaan pangan dan stabilisasi harga tiga komoditas pangan pokok seperti jagung, beras, dan kedelai. Namun, anehnya, warga Bengkulu Selatan kesulitan membeli beras di Gudang Perum Bulog.
Ke mana lagi rakyat menengah ke bawah mencari beras dengan harga stabil kalau bukan di Bulog. Harusnya Bulog hadir memberikan solusi sesuai program pemerintah, yakni menjaga ketersediaan pangan serta melayani rakyat apa lagi yang datang adalah warga lansia. Kenaikan harga beras jelas berdampak negatif bagi masyarakat. Masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah bisa dipastikan mengalami kesulitan untuk dapat beras. Jika harga beras naik dan kebutuhan pokok lainnya juga akan naik, dapat dipastikan terasa berat bagi rakyat menengah ke bawah, ditambah lagi pengeluaran untuk kebutuhan pokok, transportasi, pendidikan, kesehatan, dan lainnya yang juga ikut naik.
Jika barga beras terus naik, bencana kelaparan dan krisis pangan bisa saja terjadi dan tidak segan-segan memakan korban. Jadi, dapat dirasakan bahwa pemerintahan makin abai dalam pengurusan kemaslahatan rakyat. Semua fakta ini berpangkal dari diterapkannya sistem kapitalisme sekularisme dalam politik pangan.
Pengaturan dalam Islam
Rasulullah saw. bersabda, “Imam/khalifah itu laksana gembala dan hanya ialah yang bertanggung jawab terhadap hewan gembalanya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas menjelaskan fungsi kepala negara dalam Islam sebagai pelaksana politik dalam negeri, yaitu mengurusi semua urusan rakyat dengan berlandaskan syariat Islam. Islam sangat memperhatikan masalah pangan karena kebutuhan pokok masyarakat. Islam mewajibkan pemimpin negara untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dengan dorongan iman dan ketakwaan, mereka akan melaksanakan tugasnya dengan baik. Mereka paham bahwa kepemimpinan adalah amanah dan akan diminta pertanggungjawabannya kelak ketika di akhirat.
Islam mewajibkan pemerintah untuk menyediakan kebutuhan pokok tidak hanya memperkirakan kecukupan, tetapi memastikan kebutuhan setiap individu dapat terpenuhi. Di dalam Islam, pemerintah diharamkan mematok harga, tetapi Islam memiliki mekanisme supaya ketersediaan pangan dan harga tetap stabil. Negara juga memiliki kebijakan dalam negeri untuk ketahanan pangan, seperti ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian. Ekstensifikasi seperti penyediaan lahan pertanian dan meminimalkan alih fungsi lahan. Intensifikasi seperti meningkatkan kualitas benih, pupuk, metode pertanian, dst.. Wallahu a’alam. [CM/NA]