Oleh. Ummu Raffi
CemerlangMedia.Com — Pemuda merupakan generasi masa depan dan harapan terbesar bangsa dalam membangun semangat serta perjuangan yang akan membawa pada kebangkitan Islam. Lalu bagaimanakah profil pemuda saat ini?
Seperti kasus yang terjadi di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak Banten baru-baru ini. Sebanyak 4 remaja ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan keji terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Diketahui tiga pelaku masih di bawah umur, yaitu siswa SMP dan dua diantaranya masih duduk di bangku kelas 6 SD (AD dan HB), MA kelas 3 SMP, tetapi putus sekolah. Sedang MI tidak bersekolah (suara.com,17-6-23). Bahkan masih banyak profil remaja di berbagai daerah dengan beragam kasus. Baik masalah kekerasan, kriminalitas, dan sebagainya.
Melihat beragam potret buram generasi saat ini, telah terjadi kemerosotan yang signifikan. Sungguh miris, kondisi remaja yang kian jauh dari tuntunan agama dan serba bebas tanpa aturan (liberalisme). Bukan hanya krisis identitas, generasi muda kini tenggelam dan terjebak pada kerusakan akidah, moral, mental, dan perilaku mereka hanyut ke dalam kubang kemaksiatan. Mulai dari pergaulan bebas dan maraknya perzinaan di kalangan remaja seakan menjadi sesuatu yang dianggap wajar oleh orang tua zaman sekarang.
Bukan hanya itu, kasus bullying, kekerasan, serta tindak kejahatan (kriminalitas) remaja kerap kali terjadi, bahkan pelakunya pun tak sedikit masih di bawah umur. Remaja saat ini tidak lepas dari mental illness, yakni mudah tertekan dan depresi, bahkan tak sedikit yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Hedonisme dan konsumerisme yang membelenggu menjadikan remaja sosok pribadi yang gemar mencari kesenangan semu.
Gaya hidup yang lahir dari sistem kapitalisme sekuler sangat mengagungkan kebebasan. Manfaat serta kesenangan materi dijadikan sebagai landasan perbuatannya. Di sisi lain, tata kehidupan sistem ini terbukti telah menjadikan hidup terasa sempit. Akhirnya tidak sedikit para ibu diharuskan membantu suami untuk mencari tambahan biaya agar kebutuhan pokoknya terpenuhi. Tentu saja yang menjadi korban adalah anak-anak. Pendidikan karakter dan agama menjadi tidak optimal, bahkan tak ada sama sekali. Anak-anak justru dididik oleh media yang terus menggiring mereka untuk bergaya hidup liberal dan perlahan mengikis pola pikir dan sikap generasi muda.
Persoalan remaja memang tidak pernah berkesudahan. Masalahnya pun sangat kompleks. Jika diuraikan penyebabnya, maka antara satu faktor dengan lainnya berkaitan dan berantai. Tentu saja, untuk menjadikan generasi berkepribadian kokoh dan tangguh tidak cukup dengan upaya individu atau keluarga semata. Melainkan harus ada peranan masyarakat dan juga negara yang tidak disetir oleh kepentingan segelintir orang.
Peran negara dalam Islam sangatlah penting. Oleh karena itu, untuk membangun generasi tangguh dan berkualitas harus ditempuh dengan beberapa mekanisme diantaranya:
Pertama, negara wajib menerapkan sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam. Pendidikan Islam diterapkan sedini mungkin. Anak-anak dikenalkan terhadap Sang Pencipta, yaitu Allah Swt. Diajarkan juga kepada mereka sosok-sosok muslim tangguh, seperti para Nabi, Rasul, dan sahabat Rasulullah saw. sehingga akan memupuk keimanan, ketakwaan, serta menjadikan mereka cinta dan takut kepada Allah Swt..
Begitu pula orang tua dapat mengenalkan tsaqafah dan pemikiran Islam kepada anak-anaknya agar mereka mengetahui tentang perintah dan larangan Allah Swt.. Walhasil, melalui pendidikan yang konsisten dan kokoh, anak-anak akan mengenal diri mereka sebagai seorang muslim dengan pola pikir dan pola sikap yang islami dalam kehidupannya.
Kemudian ketika anak telah mumayyiz, orang tua sudah mulai menumbuhkan kesadaran serta menyampaikan hukum-hukum syariat secara detail, terutama berkaitan dengan sistem pergaulan dalam Islam. Dengan begitu, pada saat beranjak baligh, mereka telah siap menanggung beban hukum (taklif). Bahwa segala perbuatan yang dilakukan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di hadapan Allah Swt..
Aturan-aturan inilah yang dapat membentengi anak-anak agar terhindar dari berbuat kemaksiatan. Dengan bekal ketakwaan yang mereka miliki akan mampu mencegah dari perbuatan-perbuatan melanggar syariat.
Kedua, negara wajib menerapkan sistem ekonomi Islam yang akan memastikan kekayaan milik umum dikelola negara untuk kemaslahatan umat, termasuk pendidikan. Membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi para suami agar mampu memenuhi nafkah keluarga. Maka saat itu peran ibu hanya fokus mendidik generasi.
Ketiga, negara wajib menerapkan kebijakan media. Negara mampu mencegah atau memfilter tersebarnya informasi yang dapat merusak generasi muda dari pemikiran apapun yang akan melemahkan keyakinan serta menjauhkan dari ketaatan kepada Allah Swt..
Dengan demikian, hanya sistem Islam yang mampu mewujudkan generasi berkepribadian kokoh dan tangguh. Menjadikan keimanan dan ketakwaan sebagai fondasinya. Alhasil, generasi mudanya pun sangat memiliki jiwa juang yang tinggi dalam membangun peradaban mulia.
Wallahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]