#30HMBCM
Oleh: Nurul Afifah
CemerlangMedia.Com — Miris! Kasus dalam dunia pendidikan hari ini makin merebak dan menyesakkan dada. Mulai dari tawuran antar pelajar, pergaulan bebas, kenaikan angka bvnvh diri, perilaku hedon, kekerasan, serta merebaknya kasus bullying yang makin membahayakan efeknya. Berita terbaru adalah dugaan bullying dalam kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta yang melibatkan siswa korban perundungan (antaranews, 07-11-2025).
Kejadian demi kejadian yang terjadi pada generasi saat ini membuat kita bertanya-tanya tentang output pendidikan hari ini yang sedemikian menyedihkan. Bagaimana bisa perilaku-perilaku kejahatan, amoral, dan niradab terjadi pada generasi saat ini?
Sistem Pendidikan Berbasis Sekuler
Hari ini, masyarakat hidup dalam sistem kapitalisme sekuler, yakni agama dipisahkan dari kehidupan. Begitu juga dalam sistem pendidikan hari ini, menggunakan paradigma sekuler yang menihilkan peran agama dari kehidupan sehingga menghapus orientasi spiritual dan moral dari dunia pendidikan. Hal ini tampak pada kurikulum pendidikan saat ini. Sekolah menjadi transfer knowledge, bukan transfer of karakter.
Sistem pendidikan yang diterapkan hari ini fokus pada aspek kognitif tanpa memperhatikan pembentukan karakter dan keimanan. Alhasil, orientasi pendidikan bergeser dari melahirkan generasi beriman dan berilmu menjadi sekadar mencetak generasi yang pintar dan sekadar bekal mecari pekerjaan.
Akibatnya, generasi kehilangan arah dan kendali. Tidak sadar posisinya sebagai hamba Allah yang menjadikan syariat Islam sebagai tolok ukur perbuatannya. Alhasil, banyak generasi hari ini yang melakukan perbuatan-perbuatan amoral dan niradab akibat buah sistem pendidikan sekuler. Inilah bukti kegagalan sistem pendidikan hari ini.
Pendidikan dalam Sistem Islam Bukan Hanya Transfer Ilmu
Dalam Islam, asas pendidikan bertumpu pada akidah Islam. Tujuan pendidikan bukan hanya sekadar mencetak manusia cerdas, tetapi amoral dan niradab atau mencetak tenaga kerja. Melainkan mencetak manusia yang berkepribadian Islam (syakhsiyah islamiyah), yakni dengan membentuk pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah) Islam.
Sistem pendidikan Islam memadukan spiritual Islam dengan ilmu. Setiap ilmu dihubungkan dengan iman kepada Allah sehingga mereka sadar posisinya sebagai hamba Allah dan tujuan penciptaannya, sebagaimana tertuang dalam TQS Adz Dzariyat ayat 56,
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku.”
Ketika mereka sadar posisinya sebagai hamba dan tujuan penciptaannya, maka mereka paham bahwa hidup ini bukan hanya sekadar mengejar nilai, uang, dan popularitas, tetapi rida Allah. Alhasil, para generasi ini tidak hilang kendali dan jati diri.
Dengan perpaduan iman dan ilmu inilah, anak-anak bukan hanya paham teori ataupun rumus semata, tetapi juga mempunyai kekuatan pemahaman akidah. Pemahaman inilah yang menjadikan anak kuat mental dan tangguh sehingga mampu mensikapi persoalan hidup dengan syar’i, yaitu selalu mengaitkan dengan aturan Allah (hukum syarak).
Dengan demikian, output yang dilahirkan oleh sistem pendidikan Islam adalah generasi-generasi cemerlang sebagaimana Muhammad Al-Fatih, Usamah bin Zayyid, Imam Malik dan masih banyak lagi para ulama dan cendekiawan lainnya. Inilah sejarah gemerlap pendidikan yang berasaskan akidah Islam, mampu melahirkan generasi yang cerdas, berilmu, dan beriman. Hal ini akan terwujud dalam negara yang menerapkan Islam secara menyeluruh dalam mengatur kehidupan.
Khatimah
Berbeda dengan kehidupan saat ini yang menerapkan sistem kapitalisme sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan, akan sulit mewujudkan generasi-generasi cemerlang yang berilmu dan beriman. Sebagai muslim, tentu kita menginginkan lahirnya generasi cerdas dan beriman, bukan generasi rusak, amoral, dan niradab. Saatnya kembali kepada pengaturan Islam secara kafah agar generasi tumbuh menjadi generasi yang berilmu dan beriman.
Wallahu a’lam [CM/Na]
(*Naskah ini original, tidak disunting oleh editor CemerlangMedia)
Views: 1






















