Kematian Ibu-Bayi dan Keadilan Kesehatan dalam Islam

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Penulis: Ayu Ummu Umar

Kesehatan adalah hak dasar yang wajib disediakan negara bagi setiap individu. Allah memerintahkan manusia untuk menjaga nyawa dan memberi peringatan keras dalam Al-Qur’an,
“…Barang siapa membunuh seseorang, bukan karena ia membunuh orang lain atau membuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan ia telah membunuh seluruh manusia. Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan ia telah memelihara kehidupan seluruh manusia.” (QS Al-Ma’idah: 32).

CemerlangMedia.Com — Nasib tragis menimpa seorang ibu hamil, Irene Sokoy, warga Kampung Hobong, Distrik Sentani, Jayapura. Ia menghembuskan napas terakhir dalam perjalanan menuju RSUD Jayapura saat hendak melahirkan buah hatinya. Sang ibu dan janin sama-sama kehilangan nyawa setelah sebelumnya mendatangi empat rumah sakit berbeda dan sempat ditolak. Mereka tidak mendapatkan penanganan gawat darurat karena fasilitas kesehatan yang kurang memadai (DetikNews, 23-11-2025). Selain fasilitas kesehatan yang kurang memadai, pihak keluarga juga kekurangan biaya sehingga korban tidak segera ditangani.

Sungguh ironis, perjuangan seorang ibu yang seharusnya menjadi titik awal kebahagiaan justru berubah menjadi kesedihan. Proses kelahiran itu berakhir dengan kehilangan akibat minimnya tindakan dan fasilitas kesehatan. Kejadian ini mencerminkan buruknya sistem pelayanan kesehatan di negeri ini dan menjelaskan mengapa kematian ibu dan bayi terus berulang.

Fenomena Kematian Ibu dan Bayi

Kasus kematian ibu dan bayi di Indonesia masih terbilang tinggi dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara. Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 189 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu, Angka Kematian Bayi (AKB) berada pada angka 17 per 1.000 kelahiran hidup (ugm.ac.id, 10-4-2025).

Fenomena mortalitas ibu dan bayi memiliki penyebab beragam, baik langsung maupun tidak langsung. Penyebab langsung meliputi riwayat hipertensi (preeklamsia/eklamsia), perdarahan, hingga infeksi. Sementara penyebab tidak langsung berupa komplikasi penyakit, gizi buruk, kemiskinan, faktor kebudayaan, serta minimnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan. Tidak hanya itu, sistem layanan kesehatan yang lamban, seperti proses rujukan dan penanganan yang tidak sigap, kerap menjadi penyebab kematian ibu dan janinnya.

Pada dasarnya, kesehatan merupakan investasi yang sangat penting. Ia menjadi fondasi pembangunan ekonomi dan penanggulangan persoalan kependudukan seperti kemiskinan. Tanpa penduduk yang sehat, mustahil sebuah negara dapat berkembang. Oleh karena itu, peningkatan taraf kesehatan memerlukan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Ironisnya, layanan tersebut masih sukar didapatkan di negara yang memiliki kekayaan alam melimpah. Fasilitas kesehatan tetap kurang memadai di beberapa daerah, terutama wilayah timur Indonesia seperti Papua, NTB, NTT, dan Maluku.

Ketimpangan pelayanan kesehatan di pelosok menjadi tamparan keras bagi negara. Bagaimana mungkin negara yang kaya sumber daya alam, tetapi rakyatnya masih kesulitan memperoleh layanan berkualitas hingga seorang ibu dan janinnya harus kehilangan nyawa?

Jeratan Sistem Kapitalisme

Kasus Irene Sokoy hanyalah satu dari sekian banyak kematian ibu hamil. Dilansir dari (BBC News, 15-5-2025), kejadian serupa terjadi di NTT pada April 2025. Seorang calon ibu bernama Maria Yunita, asal Nangemeting, Sikka, NTT, kehilangan nyawa saat hendak melahirkan anak pertamanya karena terlambat memperoleh pertolongan medis. Tragedi itu menjadi polemik sebab wilayah tersebut tidak memiliki dokter spesialis anestesi.

Kasus yang terus berulang menunjukkan adanya kegagalan sistemik dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Mulai dari fasilitas yang tidak memadai hingga persoalan administrasi yang menghambat pelayanan karena terkendala biaya. Hal ini menegaskan bahwa kesehatan di negeri ini telah berubah menjadi komoditas yang diperdagangkan untuk meraih keuntungan.

Selain itu, kesenjangan layanan antara wilayah perkotaan dan pedesaan makin memperlihatkan jurang antara si kaya dan si miskin. Fasilitas terbaik hanya berpusat di kota-kota besar, sementara masyarakat pelosok yang mayoritas miskin, minim akses layanan kesehatan.

Sistem kapitalisme telah menjerat masyarakat dan mengungkung mereka dari akses kesehatan yang merata. Layanan kesehatan yang seharusnya menjadi hak dasar setiap warga berubah menjadi ladang bisnis yang tunduk pada logika untung-rugi. Akibatnya, nyawa manusia tidak lagi menjadi prioritas, melainkan sekadar komoditas.

Kesehatan Terjamin dalam Islam

Kesehatan adalah hak dasar yang wajib disediakan negara bagi setiap individu. Allah memerintahkan manusia untuk menjaga nyawa dan memberi peringatan keras dalam Al-Qur’an,
“…Barang siapa membunuh seseorang, bukan karena ia membunuh orang lain atau membuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan ia telah membunuh seluruh manusia. Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan ia telah memelihara kehidupan seluruh manusia.” (QS Al-Ma’idah: 32).

Dalam sejarah peradaban Islam, pelayanan kesehatan mudah diakses dan merata. Negara menjamin total pembiayaan pengobatan. Bimaristan adalah rumah sakit yang menyediakan pelayanan gratis di Kairo, Mesir, dengan fasilitas lengkap, ruang perawatan terpisah untuk laki-laki dan perempuan, serta tenaga medis profesional.

Tidak ada perbedaan perlakuan antara kaya dan miskin, seluruh masyarakat memiliki hak yang sama atas pelayanan terbaik. Negara Islam juga memiliki baitulmal sebagai pusat pengelolaan harta kepemilikan negara dan umum yang didistribusikan tepat sasaran, termasuk untuk program kesehatan. Alhasil, tidak ada kasus penolakan pasien akibat biaya administratif.

Keadilan hanya dapat diwujudkan jika negara menjalankan kewajiban secara total. Sejauh ini, hanya sistem Islam yang mampu memberikan pelayanan merata bagi seluruh rakyatnya, termasuk layanan kesehatan.

Seorang pemimpin dalam Daulah Islam menyadari sepenuhnya tanggung jawabnya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw.,
“Imam (pemimpin) adalah pengurus rakyat dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, satu-satunya solusi untuk mengatasi kekacauan layanan kesehatan hari ini adalah dengan menerapkan sistem Islam. Melalui sistem Islam, layanan kesehatan mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat secara merata sehingga tidak ada lagi ibu yang harus meregang nyawa karena ketidakadilan.
Wallahu a‘lam bisshawab. [CM/Na]

Views: 21

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *