Oleh: Rina Herlina
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Baru-baru ini, Pemko Padang dan Pemprov Sumbar mengadakan pertemuan lanjutan dengan pimpinan Perbankan Wilayah Sumbar guna membahas terkait kerja sama dan kolaborasi yang akan dilakukan dalam pengembangan Kota Wisata Terpadu (KWT) Gunung Padang. Pertemuan tersebut berlangsung di rumah pribadi Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy. Deputi Kepala Perwakilan BI Sumbar Christoveny menyatakan siap mendukung Pemko Padang dalam pengembangan pariwisata terutama dalam peningkatan kapasitas UMKM dan sarana prasarana pendukung pariwisata (langgam.id, 8-1-2024).
Dengan adanya kolaborasi tersebut, menandakan bahwa Pemprov Sumbar akan terus melakukan pengembangan pada sektor pariwisata. Pemerintah berharap adanya pemasukan yang lebih, salah satu usahanya yaitu di bidang pariwisata. Oleh karenanya, program desa wisata dan peningkatan kapasitas UMKM akan terus digenjot. Dengan dana yang ada, pemerintah akan membuat semua desa dan UMKM mampu mengerahkan kemampuannya guna menarik perhatian wisatawan lokal dan mancanegara sehingga bisa memperoleh pendapatan yang besar.
Perlu Kajian Ulang
Apabila kita telaah lebih dalam, jika tujuan pemerintah hanya untuk meningkatkan perekonomian UMKM, tentu dengan program sadar wisata ini bisa terpenuhi. Hanya saja, permasalahannya tidak sesederhana itu. Selama ini, banyak hal yang ditawarkan desa wisata untuk menarik kunjungan wisatawan, mulai dari wisata alam, ekonomi, dan budaya.
Namun, justru banyak aktivitas lain yang ternyata mengandung mudarat, seperti kemusyrikan, aurat diumbar di mana-mana, konsumsi miras, serta perbuatan negatif lainnya. Terlebih lagi jika turisnya berasal dari luar negeri (Barat) yang bisa membawa kebiasaan dari negaranya masuk ke tempat wisata. Misalnya, tempat wisata yang sering dikunjungi turis mancanegara tentu menyediakan tempat mabuk-mabukan, wanita penghibur, hingga peredaran narkoba.
Upaya pemerintah dalam menggenjot pariwisata terlihat bersungguh-sungguh. Ini mengisyaratkan bahwa pariwisata merupakan salah satu pintu pendapatan yang dapat digenjot. Padahal, ada pintu pemasukan lain yang harusnya malah bisa dimaksimalkan, yaitu pengelolaan kekayaan SDA.
Indonesia Kaya akan Sumber Daya Alam
Indonesia memiliki kekayaan alam yang tersebar dari ujung barat hingga timur. Daratan hingga perairan Nusantara menyimpan berbagai macam kekayaan alam. Seandainya semua itu diolah dan dikelola dengan benar, pasti bisa menambah pemasukan negara. Ironisnya, mayoritas kekayaan alam tersebut justru dikuasai swasta bahkan asing dengan dukungan regulasi resmi, semisal UU Minerba dan sebagainya.
Sebagai contoh saja, negeri ini memiliki gunung emas, tetapi hak pengelolaannya ada di tangan Freeport. Kemudian minyak bumi dan gas alam, negara justru menyerahkan pengelolaannya kepada perusahaan asing, seperti ExxonMobil, Chevron, Petronas, British Petroleum, dan masih banyak lagi.
Lebih lanjut, ada banyak perusahaan batu bara yang dikuasai swasta, seperti PT Bumi Resources Tbk., PT Bayan Resources Tbk., PT Adaro Energy Tbk., PT Kaltim Prima Coal, dan sebagainya. Belum lagi tambang nikel, tembaga, dan lainnya, semua itu sampai hari ini mayoritas dikuasai oleh asing.
Pada iklim kapitalistik seperti sekarang ini, jelas tidak akan ada makan siang yang gratis. Saat lembaga perbankan memberikan dana pelumas untuk sektor pariwisata, tentu saja tidak diberikan secara cuma-cuma. Pasti ada keuntungan yang mereka incar. Apalagi jikalau bantuan tersebut bukan sekadar pemberian, melainkan pinjaman, jelas mengisyaratkan bahwa beban utang pemerintah akan bertambah.
Patut disadari, jebakan utang adalah salah satu cara untuk mengikat pemerintah agar tunduk pada permainan pihak yang punya uang. Makin besar utangnya, maka si pengutang akan makin tidak lagi memiliki kedaulatan. Kita akan dipaksa mengikuti kemauan si pemilik modal.
Bantuan utang dari lembaga swasta juga akan memberatkan APBD. Utang banyak ataupun sedikit tetap akan menyebabkan APBD porak-poranda. Alhasil, pemerintah setempat harus mengatur alokasi APBD demi memenuhi kebutuhan daerah dan untuk membayar utang.
Pariwisata dalam Pandangan Islam
Sungguh bertolak belakang dengan sistem Islam. Islam memiliki pandangan khusus mengenai pariwisata. Risalah yang dibawa Rasulullah saw. ini memandang bahwa wisata kaum muslim merupakan bentuk upaya untuk lebih meningkatkan ketakwaan kepada Allah Taala. Sebagaimana dalam hadis, “Sesungguhnya wisatanya umatku adalah berjihad di jalan Allah.” (HR Abu Daud).
Tujuan lain dari wisata adalah untuk melihat keagungan Allah Sang Pencipta kehidupan sehingga akan tercipta keimanan yang kuat kepada-Nya. Oleh karenanya, Islam tidak akan menarget wisata sebagai sumber utama pemasukan bagi negara. Islam juga tidak akan membiarkan desa-desa mewujudkan desa wisata hanya untuk kepentingan ekonomi atau melestarikan budaya yang justru bertentangan dengan ajaran Islam seperti saat ini.
Islam melalui sistem pemerintahannya (Khil4f4h) akan melakukan berbagai strategi untuk merebut kembali kekayaan alam yang dikuasai asing dan swasta. Kemudian mengelolanya sendiri untuk dikembalikan kepada umat berupa layanan publik, pembangunan jalan, rumah sakit, sekolah, hingga jaminan kebutuhan dasar tiap individu.
Kemudian Khil4f4h akan memutuskan hubungan dengan lembaga atau negara yang berusaha memusuhi Islam atau ingin menguasai umat Islam. Dengan begitu, kedaulatan negara akan senantiasa terjaga.
Dengan demikian, pemerintah akan berhati-hati dalam berkolaborasi atau menerima bantuan walaupun atas nama investasi untuk meningkatkan perekonomian. Tidak sepantasnya pemerintah menggenjot pariwisata demi pertumbuhan ekonomi semata, melainkan perlu mengembalikan semua sesuai hukum syarak. Semua itu hanya bisa dilakukan ketika sistem Islam sudah tegak.
Hal ini menjadi tugas kita bersama untuk memahamkan umat agar mau kembali kepada kehidupan Islam dengan seluruh aturan hidup yang berasal dari Sang Maha Mengatur, yaitu Allah Swt.. Tugas ini memang berat karena praktis, setelah Islam runtuh pada 1924, pemikiran dan perasaan umat tidak lagi sama (Islam). Namun, Allah hanya menyuruh kita untuk berikhtiar dan mengupayakan semampu yang kita bisa. Hasil akhir, Allah-lah yang menentukan. Kita hanya harus berjuang, bukan menjadi pecundang. Wallahu a’lam [CM/NA]