Penulis: Yulweri Vovi Safitria
Managing Editor CemerlangMedia.Com
Islam adalah satu-satunya agama yang memberikan penghargaan pada darah dan jiwa manusia. Allah Subhanahu wa Taala menetapkan bahwa terbunuhnya satu nyawa yang tidak berdosa, sama halnya dengan menghilangkan nyawa seluruh umat manusia.
CemerlangMedia.Com — Berbagai kasus pemb**uhan terus terjadi dan menggegerkan jagad dunia maya. Sebelumnya, kabar pemb**uhan sadis terhadap MA (10), siswi kelas V Madrasah Ibtidaiyyah (MI) di Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara mengejutkan publik. Selang beberapa hari kemudian, satu keluarga ditemukan terkubur dalam lubang yang sama di Indramayu, dua di antaranya masih anak-anak (metrotvnews.com, 8-9-2025).
Nun jauh di sana, pembunuhan terhadap warga Gaza juga masih terus berlangsung. Serangan bom dan rudal telah membuat langit Palestina merah membara. Korbannya pun tidak mengenal usia, perempuan dan anak-anak ikut menjadi sasaran kekejaman penjajah.
Bahkan, serangan drone Isra3l yang menghantam Kompleks Medis Nasser di Khan Younis pada Senin, (25-8-2025) pagi telah mengakibatkan 15 nyawa melayang, termasuk empat jurnalis dan sejumlah petugas pertahanan sipil. Rumah sakit terbesar di Gaza selatan itu kini lumpuh, sebagiannya lagi rusak parah.
Bukan yang Pertama
Serangan Zi*nis terhadap rumah sakit dan jurnalis bukan kali ini saja. Tercatat, 240 jurnalis kehilangan nyawa akibat serangan Isra3l di Jalur Gaza sejak awal Oktober 2023. Bahkan, Gaza disebut sebagai tempat paling mematikan bagi jurnalis (merdeka.com, 25-8-2025).
Namun, tidak banyak yang dilakukan para pemimpin negara di dunia selain mengecam. Begitu pula dengan aksi massa, hanya mampu berunjuk rasa agar pemerintah membebaskan Gaza dari penjajahan, mengumpulkan donasi, dan memboikot produk-produk yang berafiliasi dengan Zi*nis.
Sayangnya, upaya tersebut bukanlah solusi tuntas untuk menyelesaikan persoalan. Apalagi menghentikan penjajahan Zi*nis. Justru sebaliknya, mereka makin brutal dan menyerang Gaza secara membabi buta.
Begitu pula kasus pemb**uhan, tidak pernah menemukan titik akhir. Berapa banyak anak-anak dan perempuan menjadi korban pembunuhan, bahkan dilakukan secara keji. Sungguh, perbuatan yang tidak manusiawi tersebut telah mengoyak hati nurani.
Nyawa Murah, Keadilan Mahal
Kedua fakta di atas tentunya sangat menyesakkan dada. Bagaimana tidak, betapa mudahnya darah tertumpah, termasuk anak-anak yang menjadi harapan orang tua. Seolah nyawa manusia tidak lagi berharga.
Ironisnya, di saat nyawa manusia dihargai murah, keadilan justru makin mahal. Hal ini bisa terlihat dari fakta yang terjadi di Gaza. Penjajahan terus berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya. Bahkan, ruang gerak warga Gaza makin dipersempit dengan ditutupnya pintu Rafah.
Meskipun masyarakat dunia mengutuk kekejaman yang dilakukan Zi*nis, tetapi keadilan untuk warga Gaza adalah hal yang mustahil. Para pemimpin negara di dunia seolah bisu dan tuli, tidak terkecuali pemimpin muslim. Walaupun ada yang bersuara, tetapi hanya gema karena terhalang hak istimewa untuk menolak atau membatalkan keputusan yang telah diajukan dalam forum PBB.
Begitulah realita sistem sekuler kapitalisme. Hak istimewa seolah tameng untuk melanggengkan penjajahan. Pun jabatan, mampu membeli hukum yang diterapkan. Ya, hukum yang dibuat oleh akal manusia sering kali dipengaruhi kepentingan politik maupun ekonomi sehingga mudah dimanipulasi.
Sementara itu, pemb**uhan yang terus berulang juga tidak lepas dari hukum yang diterapkan. Sistem perundang-undangan sekuler kapitalisme cenderung lemah dan tidak menimbulkan efek jera. Meskipun telah menyebabkan kematian, tetapi pelaku berpeluang lolos dari jerat hukum karena alasan di bawah umur ataupun punya backing yang kuat.
Islam Menghargai Nyawa
Islam adalah satu-satunya agama yang memberikan penghargaan pada darah dan jiwa manusia. Allah Subhanahu wa Taala menetapkan bahwa terbunuhnya satu nyawa yang tidak berdosa, sama halnya dengan menghilangkan nyawa seluruh umat manusia.
“Siapa saja yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, seakan-akan ia telah membunuh manusia seluruhnya.” (QS Al-Maidah: 32).
Kewajiban memuliakan nyawa manusia juga disampaikan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam dalam salah satu hadis,
“Andai penduduk langit dan bumi berkumpul membunuh seorang muslim, sungguh Allah akan membanting wajah mereka dan melemparkan mereka ke dalam neraka.” (HR Ath-Thabrani).
Terkait pembunuhan, Islam menetapkan sanksi tegas, yakni qisas, diyat, atau memaafkan. Hal ini sejalan dengan firman Allah Subhanahu wa Taala,
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu (melaksanakan) qisas berkenaan dengan orang yang dibunuh. …. Barang siapa memperoleh maaf dari saudaranya, hendaklah dia mengikutinya dengan baik dan membayar diat (tebusan) kepadanya dengan baik (pula)….” (QS Al-Baqarah: 178).
Sepanjang penerapan aturan Islam oleh negara, tidak ada darah kaum muslim yang tertumpah secara sia-sia. Kepala negara (khalifah) memiliki kesadaran akan tanggung jawabnya menjaga dan melindungi setiap tetes darah rakyat. Sebagai kepala negara di Madinah, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam telah melindungi setiap tetes darah kaum muslim.
Begitu pula pada masa Khulafaur Rasyidin dan para khalifah setelahnya. Mereka terus melindungi umat dari setiap ancaman dan gangguan sehingga kaum muslim dapat hidup tenang di mana pun mereka berada.
Salah satu kisah yang masyhur di kalangan kaum muslim adalah tentang pembunuhan yang dilakukan kaum Bani Qainuqa terhadap seorang pemuda muslim karena membela kehormatan seorang muslimah. Rasullullah Shalallahu alaihi wasallam segera mengirim para sahabat untuk memerangi dan mengusir Bani Qainuqa dari Madinah setelah mengepung perkampungan mereka (Sirah Ibnu Hisyam, 3/9-11).
Khatimah
Ajal memang rahasia Allah. Namun, penyebab nyawa melayang tentunya perlu menjadi perhatian serius. Terlebih lagi jika hal tersebut disebabkan oleh kelalaian pihak-pihak yang bertanggung jawab, tentunya sangat disayangkan.
Hanya dengan penerapan sistem Islam oleh negara, nyawa manusia terjaga, kehormatan umat Islam, harta, dan keturunannya terlindungi. Ini karena menurut Islam, di antara dosa besar dan sanksi berat yang ditimpakan atas pelaku kejahatan adalah dalam kasus pembunuhan.
Oleh karena itu, menyuarakan tegaknya sistem Islam harus terus dilakukan agar seluruh masyarakat dari berbagai kalangan memahami bahwa hanya Islam satu-satunya solusi untuk menyelesaikan seluruh problem dalam kehidupan. Tanpa aturan Islam, nyawa manusia akan terus menjadi korban, sekalipun dia bayi yang baru dilahirkan. [CM/Na]