Konflik Palestina-Israel Butuh Solusi Menyeluruh

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Rina Herlina
(Kontributor Tetap CemerlangMedia.Com dan Pegiat Literasi)

CemerlangMedia.Com — Kondisi di Palestina hingga hari ini masih terus bergejolak, belum ada solusi yang menyeluruh untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi Palestina terkait kekejaman Israel yang ingin merampas hak atas tanah mereka. Solusi-solusi yang selama ini coba dihadirkan oleh para Dewan Keamanan PBB hanya bersifat sementara bahkan cenderung seperti tambal sulam.

Seperti kabar terbaru yang dilansir (www.cnnindonesia.com, 26-10-2023) menyebutkan bahwa para anggota DK PBB kembali memberikan suaranya terkait gencatan senjata Israel dan Hamas yang hingga saat ini masih berlangsung. Dalam diskusi tersebut suara mereka terpecah, mengakibatkan Rusia dan Cina memveto resolusi yang diajukan Amerika Serikat dalam menyikapi perang yang terjadi di jalur Gaza tersebut. AS dalam rancangan resolusinya memang fokus untuk mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza yang makin memburuk, tetapi mirisnya mencantumkan sebuah frasa bahwa Israel berhak membela diri.

Padahal faktanya, frasa tersebut menurut sebagian negara kerap dianggap sebagai dasar bagi Israel untuk terus melancarkan agresinya ke Gaza. Itulah mengapa frasa seperti ini acapkali menjadi perdebatan dalam pengambilan suara di DK PBB. Pertanyaannya, jika AS cenderung mengutuk keras serangan Rusia terhadap Ukraina, tetapi mengapa tidak demikian halnya dengan serangan Israel kepada warga Palestina?

Solidaritas AS Dipertanyakan

AS cenderung abai akan kondisi rakyat Palestina dan justru menunjukkan keberpihakannya terhadap kubu Israel. Hal ini terbukti dari kedatangan Presiden AS Joe Biden pada Rabu (18-10-2023) ke Israel. Hal tersebut menunjukkan sikap solidaritas kepada Israel dalam perang melawan Hamas. Oleh karenanya, penyelesaian terhadap konflik Palestina-Israel makin menunjukkan bahwa perdamaian di antara keduanya memang akan sulit untuk diwujudkan.

Bahkan sejak akhir 2008, dunia internasional (dalam hal ini AS) telah memprediksi sebagai puncak penyelesaian untuk konflik tersebut, tetapi justru malah menunjukkan kondisi sebaliknya. Perlu kita ketahui bahwa AS memang sedari awal sudah menunjukkan dukungannya kepada Israel. Bahkan sejak 1948, perdana menteri AS Harry Truman menjadi salah satu dari pemimpin dunia dan menjadi yang pertama mengakui Israel sebagai negara saat didirikan pada 1948. Hal itu terjadi tepat setelah perang dunia II, di saat perang dingin terjadi antara AS dan Uni Soviet mulai terbentuk.

Sejak saat itu, AS begitu loyal terhadap Israel bahkan pada 2020, AS menggelontorkan dana sebesar US$3,8 miliar (sekitar Rp55 triliun) dalam bentuk bantuan. Dan selama bertahun-tahun, AS sudah membantu Israel dalam mengembangkan salah satu militernya menjadi yang termaju di dunia. Bahkan dengan dana-dana tersebut Israel juga mampu membeli peralatan militer canggih dari AS. Sebagai contoh saja, Israel membeli pesawat tempur 50 f-35 yang dapat digunakan untuk meluncurkan serangan rudal. Dengan rudal-rudal tersebutlah mereka membombardir warga Gaza di Palestina.

Beberapa alasan terkait mengapa AS begitu loyal memberikan berbagai bantuan terhadap Israel, salah satunya adalah komitmen historis yang dimulai pada saat AS memberikan dukungan atas pembentukan negara Yahudi pada 1948. AS bahkan menganggap jika Israel sebagai sekutu penting di Timur Tengah karena mereka mempunyai tujuan dan komitmen yang sama terhadap nilai-nilai demokratis.

Bahkan banyak wakil rakyat dan pejabat AS yang sudah sejak lama menganggap bahwa Israel sebagai mitra penting di kawasan. Badan bantuan luar negeri AS bahkan mengatakan, bantuan AS yang diperuntukkan untuk Israel adalah untuk memastikan negara tersebut mempertahankan Qualitative Military Edge (keunggulan kualitatif militer) atas potensi ancaman regional (bbc.com, 24-05-2023).

Islam Solusi Hakiki

Sejatinya, konflik antara Palestina dan Israel akan terus ada selama umat Islam tidak mempunyai junnah (perisai) yang dapat melindungi mereka dari berbagai macam bahaya. Padahal tanah Palestina merupakan tanah milik kaum muslimin. Pada saat ajaran Islam mulai diajarkan oleh Rasulullah saw. (wahyu pertama di turunkan sekitar 611 M), saat itu Palestina berada dibawah kekuasaan Imperium Paganisme Romawi. Sesuai misi Islam, Palestina, yang kala itu menjadi bagian dari negeri Syam (sekarang adalah Suriah, Palestina, Yordania, dan Lebanon), kemudian dibebaskan pada masa Kekhalifahan Umar bin Khattab (634—644 M) dari kezaliman penguasa Romawi. Dan selanjutnya berada di dalam naungan kepemimpinan Islam selama 460 tahun.

Dalam buku yang terbit pada 2001 yang berjudul “Holy War: The Crusades and Their Impact on Todays World” atau “Perang Suci: Perang Salib dan Dampaknya pada Dunia Masa Kini” Karen Amstrong menulis bahwa Palestina ketika berada di bawah penerapan hukum-hukum Islam -ketiga pemeluk agama-, yakni Islam, Yahudi, dan Nasrani hidup rukun dan berdampingan dalam kedamaian juga kesejahteraan.

Namun pada Juli 1099, kondisi tersebut terusik oleh kehadiran pasukan tentara salib dari Eropa yang datang ke Yerusalem dan membantai 40000 orang Islam dan Yahudi secara brutal dan biadab. Maka sejak saat itu, kunci gerbang Palestina kemudian berpindah ke tangan panglima pasukan jihad Salahuddin Al-Ayyubi yang akhirnya dalam perang Khittin kembali berhasil membebaskan Palestina dari cengkeraman penguasa Eropa pada 1187 dan mengembalikan wilayah tersebut di bawah kepemimpinan Islam. Sejak saat itu, Islam telah menjaga tanah tersebut supaya tidak jatuh kembali ke tangan musuh-musuh Islam.

Hal itu pula yang harus dipahami umat saat ini, bahwasannya konflik di Palestina bukanlah permasalahan masyarakat Palestina saja. Pemikiran seperti ini jelas merupakan racun nasionalisme yang akan melemahkan umat Islam dengan hanya mencukupkan diri berjuang di negeri masing-masing dan mengabaikan nasib negeri muslim yang lainnya. Padahal Rasulullah saw. melalui hadis yang diriwayatkan muslim bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal kecintaan dan kasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan, maka seluruh badan akan merasakan panas dan demam.” (HR Muslim).

Indonesia dan Palestina jelas memiliki hubungan yang sangat kuat, selain karena hubungan akidah, keberadaan Masjidil Aqsa pun menjadi salah satu pengikat yang cukup kuat terkait relasi muslim Indonesia di Palestina. Bahkan secara historis, Palestina begitu berjasa terhadap Indonesia karena menjadi salah satu negara yang pertama mengakui kemerdekaan Indonesia. Untuk itulah sudah saatnya umat bersatu padu menyatukan kekuatan untuk membebaskan Palestina dari kekejaman Zionis Israel. Dan semua itu hanya bisa diwujudkan dengan sebuah sistem yang hanya bersumber dari Sang Khalik Pencipta kehidupan, yakni sistem Islam dalam naungan Khil4f4h.

Oleh karena sistem Islam sudah memberikan solusi tuntas terhadap persoalan yang menyangkut negara kafir harbi fi’lan, yaitu melalui seruan jihad, maka umat diharapkan mampu bersatu dalam naungan panji-panji Islam untuk mencabut entitas Yahudi dan melawan para penguasa pengkhianat yang bersekongkol untuk merongrong umat Islam. Wallahu a’lam. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *