Kurikulum Pendidikan Seksual Tak Menyelesaikan Masalah Kekerasan Seksual

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Reni Sopiani
(Kontributor CemerlangMedia.Com)

CemerlangMedia.Com — Kekerasan seksual masih menjadi masalah yang sulit untuk diatasi hingga saat ini. Meski sudah banyak seminar-seminar yang membahas masalah ini, tetapi nyatanya belum ada solusi yang pasti dalam penyelesaiannya. Bahkan, hingga berakhirnya tahun 2023, kasus kekerasan seksual masih menunjukkan angka yang tinggi, yakni ditemukannya sebanyak 3000 kasus kekerasan seksual. Sungguh membuat hati teriris, kekerasan seksual ini banyak terjadi di bangku pendidikan.

Seorang Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UM Surabaya Sri Lestari mengatakan bahwa untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual pada pelajar haruslah diadakan kurikulum khusus untuk membahas masalah tersebut. “Pendidikan seksual sejauh ini hanya ada pada kurikulum 2013, hanya saja, materi yang ada tidak kompleks memuat pendidikan seksual, hanya tentang kesehatan reproduksi dan itu baru diberikan pada tingkat SMA dan SMP, itu saja tidak akan cukup. Seharusnya pendidikan tersebut diberikan sedini mungkin,” ucapnya (Kompas.com, 15-01-2024).

Kurikulum Pendidikan Seksual Tidak Efektif

Sebagaimana telah dikatakan bahwa pendidikan seksual yang diberikan dalam kurikulum tidak menjadikan anak-anak terhindar dari tindak kekerasan seksual. Sebab, edukasi tentang seksual hanya berputar pada penjelasan organ reproduksi saja, bahkan di beberapa buku hanya sekadar menjelaskan fungsi alat reproduksi.

Hal ini justru membuat para siswa penasaran akan fungsi tersebut, sampai pada akhirnya menimbulkan rasa ketertarikan untuk mempraktikkan sehingga mengakibatkan bertambahnya kasus kekerasan seksual dan seks bebas. Oleh karenanya, keberadaan kurikulum pendidikan seksual tidak efektif untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak.

Kasus kekerasan seksual dan pelecahan pada anak sejatinya menjadi masalah bersama. Untuk itu, penyelesaiannya bukan hanya tanggung jawab instansi pendidikan saja, melainkan orang tua yang harus berperan penting dalam melindungi generasi, baik fisik, mental, bahkan seksual. Sebab, anak adalah tanggung jawab orang tua.

Orang tua tidak bisa begitu saja melepaskan anak, baik di sekolah atau di lingkungan tanpa pengawasan. Justru orang tualah sosok pertama yang memberikan pengertian dan pendidikan tentang semua hal pada anak-anak, termasuk pendidikan seksual.

Akibat Sistem Rusak

Akar masalah terjadinya kekerasan seksual, baik yang menimpa anak-anak atau orang dewasa adalah akibat dari sistem rusak yang diterapkan. Sistem inilah yang menjadikan instansi pendidikan tidak memiliki kurikulum pasti sehingga mampu memberikan pemahaman yang benar kepada para peserta didik. Ditambah lagi kurikulum yang sering berganti dan membingungkan para tenaga pengajar dan siswanya.

Sistem ini juga menjadikan para orang tua menjadi abai dalam hal pengawasan terhadap anak karena disibukkan oleh urusan ekonomi yang juga kian menyulitkan. Alhasil, para orang tua lebih fokus memenuhi kebutuhan materi daripada memberikan pengawasan terhadap keselamatan mental dan fisik anak.

Bukan hanya itu saja, keberadaan gawai menjadi salah satu pemicu maraknya kasus kekerasan seksual. Ya, di era digital saat ini, informasi dapat diakses dengan mudah, sebagai contoh pada kasus pelecehan anak usia dini yang terjadi di Pekan Baru, Riau. Setelah diusut, ternyata pelaku meniru apa yang dilihatnya pada gawai milik orang tuanya. Jadi jelas, gawai memiliki andil besar dalam maraknya kasus kekerasan dan pelecahan seksual.

Harus Sistem Islam

Oleh karena itu, untuk menyelesaikan masalah kekerasan seksual ini dibutuhkan sistem yang sahih, yaitu sistem Islam. Sistem yang bisa mengembalikan peran institusi pendidikan ke jalur yang seharusnya, yaitu mengajarkan akidah yang kokoh kepada anak didik sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pemahaman-pemahaman yang salah tentang segala hal, termasuk tentang seksual dan pergaulan.

Sistem Islam juga akan mengembalikan peran orang tua sebagai penanggung jawab terhadap anaknya, yakni memberikan pendidikan dasar sebelum melepas mereka pada institusi pendidikan. Orang tua juga menanamkan pendidikan akidah yang kokoh berupa keimanan kepada Sang Pencipta sehingga anak memiliki fondasi yang kuat dalam menghadapi gempuran pemahaman yang rusak.

Dengan demikian, mengandalkan kurikulum pendidikan seksual saja tidak akan cukup untuk mencegah terjadinya kasus kekerasan seksual, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menerapkan kembali sistem yang sahih, yaitu sistem Islam dalam menyelesaikan masalah ini sehingga persoalan kekerasan dapat diselesaikan hingga ke akar. Wallahu a’lam. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *