Oleh: Dian Safitri
(Kontributor CemerlangMedia.Com)
CemerlangMedia.Com — Media hari ini telah mandul karena kini menjadi alat kepentingan pihak-pihak tertentu. Wapres Ma’ruf Amin menekankan media memiliki peran yang strategis dalam menjaga stabilitas politik menjelang Pemilihan Umum 2024. Wapres mengatakan integritas media sebagai salah satu faktor penentu dalam mengatasi tantangan seperti disintegrasi bangsa dan penyebaran hoaks. Beliau meminta agar media tidak menjadi sumber penyebaran berita bohong karena itu bisa menjadi pemicu konflik di kalangan masyarakat (wapresri.go.id, 09/09/2023).
Tidak bisa dinafikan. Arahan wapres kepada media menjelang pemilu karena pada faktanya media menjadi alat pihak tertentu untuk mencapai tujuannya. Sudah bukan menjadi rahasia umum menjelang pemilu, berbagai pencitraan akan dipertontonkan mulai dari sifatnya yang konon merakyat, masuk ke got, blusukan untuk pencitraan, hingga ibadahnya terekspos agar terkesan islami. Belum lagi janji-janji kampanye yang disiarkan media untuk membentuk profiling para calon. Akan tetapi, sebaliknya, jika ada berita buruk para calon dan jajarannya maka berita itu akan ditutupi media sehingga yang terlihat oleh rakyat hanyalah kebaikannya.
Fungsi Media Dimandulkan
Jika fungsi media ini terus dimandulkan, maka imbasnya kepada masyarakat sehingga tidak akan mampu berpikir kritis. Padahal media memiliki peran strategis dalam mencerdaskan masyarakat. Maka kita butuh peran negara yang menjadi salah satu elemen penting yang mengatur media dalam memberikan informasi yang benar dan sesuai fakta. Negara harus menjaga dan mengontrol agar informasi yang dikeluarkan aktual dah kredibel sehingga masyarakat mendapat informasi yang benar sesuai fakta dan tidak menimbulkan kekacauan.
Tapi sayang, hal itu tidak sejalan dengan realita hari ini, negara justru menjadikan media sebagai alat untuk kepentingan mereka. Dikendalikan penguasa sehingga cenderung berpihak kepada penguasa. Tidak jarang berita yang disebarkan sesuai pesanan kepentingan mereka. Media bahkan bisa mengubah realita menjadi hoaks dan hoaks menjadi realita atas dasar kepentingan.
Media yang seharusnya memberi sumbangsih untuk kecerdasan justru perannya dikerdilkan oleh kepentingan penguasa yang berparadigma sekularisme kapitalisme. Inilah rusaknya media dalam sistem kapitalisme demokrasi. Media telah mandul dan tidak mampu melahirkan informasi yang akurat dan terpercaya karena harus berjalan sesuai dengan kepentingan para penguasa.
Fungsi Media dalam Islam
Berbeda dengan Islam yang menempatkan media sebagai sarana menyebarkan informasi juga untuk menyebarluaskan dakwah Islam karena sistem pemerintahannya dibangun di atas ideologi Islam. Maka fungsi media hanya akan digunakan untuk kepentingan ideologi Islam. Dalam kitab Ajhizah ad-Daulah Khilafah dijelaskan bahwa negara memiliki departemen ‘ilamiyyah atau depertemen penerangan yang mengurus permediaan dalam negara. Media akan difungsikan sebagai sarana propaganda ketika keluar negeri, artinya siaran media keluar negeri ditujukan agar masyarakat di luar negara Islam dapat menyaksikan kehebatan pasukan dan kekuatan negara yang menerapkan sistem Islam (Daulah Khilafah), juga menunjukkan power daulah dalam kancah perpolitikan internasional serta memperlihatkan bergaining position sebagai negara adidaya.
Fungsi media seperti ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa takjub masyarakat global kepada daulah sehingga dengan kesadaran dan kerelaan, mereka ingin menjadi bagian dari daulah Islam. Dengan begitu perintah Allah untuk menyebarkan Islam ke seluruh wilayah dengan dakwah dan jihad dapat dikatalisator dengan peran media ke luar negeri.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya,
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, mereka yang tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Mereka yang tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang telah diberikan kitab, hingga mereka membayar jizyah (pajak) dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (QS At-Taubah:29).
Selain itu, fungsi media ke luar negeri ini sebagai sarana untuk menumbuhkan rasa ketakutan di dada musuh-musuh daulah Islam. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ketika menjalankan strategi di perang Tabuk melawan Romawi. Pada saat itu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sendirilah yang memimpin perang Tabuk. Sebelumnya pasukan Romawi sudah merasakan kehebatan pasukan kaum muslimin di perang Yarmuk, mereka mengalami kekalahan telak meski jumlah pasukan kaum muslimin lebih sedikit daripada pasukan mereka. Di perang ini Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam tidak turun langsung di medan peperangan, tetapi menunjuk beberapa sahabat sebagai panglima. Maka ketika tersiar kabar bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memimpin pasukan, muncullah ketakutan di kalangan pasukan Romawi. Mereka berpikir ketika perang Yarmuk, mereka kalah telak, padahal bukan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam yang memimpin, bagaimana ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam yang menjadi panglima? Ini membawa ketakutan tersendiri bagi mereka. Seketika itu, perang Tabuk berakhir kemenangan di tangan kaum muslimin tanpa peperangan.
Adapun fungsi media di dalam negeri akan digunakan sebagai sarana edukasi kepada masyarakat yang konten-kontennya memberikan pemahaman kepada syariat Islam. Konten ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi, juga tayangan yang menunjukkan kehebatan pasukan kaum muslimin ketika berjihad, konten yang mengungkapkan kebatilan pemikiran selain Islam seperti sekularisme, liberalisme, kapitalisme, komunisme. Juga edukasi politik untuk meningkatkan taraf berpikir kritis masyarakat.
Jika media hari ini digunakan sebagaimana Islam mengaturnya, maka masyarakat menjadi tinggi secara pemikiran dan luhur secara adab sehingga konten hoaks, unfaedah, konten yang berisi pesan-pesan tertentu untuk menimbulkan perpecahan akan diminimalkan bahkan tidak ada. Seperti inilah peran media dalam negara yang menerapakan sitem Islam, yakni diatur untuk mencerdaskan umat.
Wallahu a’lam. [CM/NA]