Menakar Efektifitas Aplikasi Si Getak untuk Mencegah Kekerasan Siswa di Sekolah

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Irma Sari Rahayu, S.Pi.

CemerlangMedia.Com — Masih ingat kasus perundungan yang menimpa F, siswa kelas VI salah satu SD di Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi Desember 2023 lalu? F diduga di-sliding temannya sehingga kaki korban harus diamputasi. Nahasnya, F tidak hanya kehilangan kakinya, tetapi juga nyawanya (humaspolri.go.id, 8-12-2023).

Berbagai kasus kekerasan pada anak khususnya siswa di sekolah, marak terjadi di Bekasi. Perundungan dan tawuran adalah dua kasus kekerasan siswa yang dominan terjadi, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.

Untuk mencegah terjadinya kekerasan siswa di sekolah, Pj Bupati Bekasi Dani Ramdan meluncurkan aplikasi Si Getak (Sistem Cegah dan Tangani Kekerasan). Aplikasi ini adalah sebuah sistem pelaporan yang bisa digunakan oleh siswa, guru, bahkan masyarakat, untuk melaporkan setiap kejadian kekerasan, baik di dalam maupun di luar sekolah (wartakotalive.com, 3-5-2024).

Si Getak Bukan Program Pertama

Rentetan kasus kekerasan siswa di Bekasi patut menjadi perhatian serius oleh semua pihak, terutama pemilik kebijakan. Bagaimana tidak, pada 2023, Kabupaten Bekasi menempati posisi pertama/tertinggi kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan se-Jawa Barat. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Bekasi mencatat ada 194 kasus kekerasan dan pelecehan seksual dan 3 kasus perundungan sepanjang Januari—Oktober 2023 (radarbekasi.id, 6-10-2023), padahal setiap tahunnya, Kabupaten Bekasi selalu meraih penghargaan sebagai Kota Layak Anak. Miris!

Pj Bupati sendiri mengatakan bahwa berbagai kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah adalah alarm keras bagi dunia pendidikan. Oleh karena itu, pada November 2023, dibuat sebuah deklarasi anti kekerasan di satuan pendidikan melalui penandatanganan komitmen bersama.

Penandatanganan deklarasi ini dipimpin oleh Dani Ramdan diikuti Sekretaris Daerah Kabupaten Bekasi, unsur Forkopimda, Dinas Pendidikan, perangkat daerah terkait, serta kepala sekolah dan guru se-Kabupaten Bekasi yang tergabung dalam Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Kabupaten Bekasi.

Sejalan dengan Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi pun terus berupaya meminimalkan kekerasan siswa sekolah. Dinas Pendidikan Kota Bekasi gencar melakukan kampanye anti kekerasan terhadap anak dengan mengusung tema “Menuju Zero Kekerasan pada Anak”. Upaya ini dimatangkan penerapannya melalui workshop Penguatan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan pada Satuan Pendidikan (megapolitan.id, 27-4-2024).

Dapatkah Si Getak Mencegah Kekerasan Siswa Sekolah?

Jika merunut berbagai upaya yang telah dilakukan Pemkab maupun Pemkot Bekasi untuk mencegah kekerasan siswa sekolah, dapat diduga upaya-upaya tersebut belum efektif. Meskipun demikian, berbagai upaya tersebut patut diapresiasi sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah daerah terhadap masyarakat.

Berbagai terobosan yang dilakukan hanyalah upaya tambal sulam untuk menyelesaikan masalah di permukaan, bukan meyentuh akar masalah. Layaknya sebuah percobaan atau trial and error, jika upaya A gagal, diganti dengan B. Begitu seterusnya.

Aplikasi Si Getak pun tidak lebih dari percobaan ke sekian yang dilakukan, kemudian dievaluasi. Jika gagal, diganti dengan upaya lainnya, apalagi Si Getak lebih dititikberatkan kepada mode pelaporan jika terjadi kekerasan agar segera ditangani dan diharapkan dapat membuat jera calon pelaku kekerasan berikutnya.

Namun, jika akar masalah terjadinya kekerasan siswa di sekolah tidak tersentuh, berbagai upaya teknis yang dilakukan akan kembali mengalami kegagalan. Ini yang seyogianya dipahami oleh pemegang kebijakan. Akar masalah yang menjadi sebab terjadinya kekerasan adalah tidak diterapkannya hukum Allah secara sempurna dalam kehidupan siswa di sekolah khususnya dan masyarakat umumnya.

Diterapkannya sistem kapitalisme dengan sekularisme sebagai ruhnya menjadikan permasalahan kehidupan masyarakat begitu kompleks. Orang tua yang dituntut dalam pemenuhan kebutuhan keluarga akhirnya berjibaku mencari nafkah sehingga perhatian kepada anak berkurang. Pembekalan terhadap ilmu agama pun terkesan seadanya, yang penting anak bisa salat dan mengaji. Begitu pikir orang tua.

Pengajaran agama yang masuk dalam kurikulum sekolah juga belum mampu membentuk pola pikir dan pola sikap sesuai hukum syarak. Hal ini karena pelajaran agama hanya dicukupkan agar siswa mengerti salat, hukum puasa, zakat, haji, dan lain-lain yang bersifat ibadah semata. Siswa kurang ditekankan tanggung jawab dan konsekuensi jika ia melanggar aturan Allah Swt..

Sebagai seorang muslim, siswa sekolah seyogianya sudah memahami posisinya sebagai hamba Allah yang harus senantiasa taat kepada-Nya. Penanaman rasa empati, respek, dan kasih sayang kepada sesama teman sepatutnya ditanamkan mulai dari pendidikan usia dini.

Rasulullah saw. bersabda,
مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ
Artinya: “Barang siapa yang tidak menyayangi, niscaya ia tidak akan disayangi.” (HR Al-Bukhari No. 328, dalam Kitab Al-Tayamum).

Siswa juga hendaknya diingatkan bahwa segala bentuk kekerasan, baik verbal maupun fisik akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah dan manusia tidak dapat mengelaknya. Allah Swt. berfirman dalam surah Yasin ayat 65,
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.”

Kondisi ini akan mudah terealisasi jika ada support system yang baik dan terpadu, mulai dari orang tua/keluarga, kurikulum pendidikan yang berdasarkan akidah Islam, serta aturan hidup berdasarkan syariat Islam. Jika kondisi ini tidak terpenuhi, akan sangat sulit, bahkan mustahil terealisasi zero kekerasan siswa di sekolah dan aplikasi Si Getak pun tidak dapat digunakan sesuai harapan.

Khatimah

Aplikasi Si Getak atau berbagai aplikasi sejenis sebenarnya adalah uslub atau teknis yang dapat memudahkan manusia mengatasi berbagai persoalan kekerasan anak. Namun, hal-hal yang bersifat teknis akan efektif bekerja jika sejalan dengan akar masalah yang ingin diselesaikan. Jika akar masalahnya adalah buruknya kehidupan manusia akibat dicampakkannya aturan yang sahih, tentunya problem kekerasan siswa di sekolah akan tuntas teratasi dengan mengembalikan aturan tersebut sebagai satu-satunya pijakan tata kehidupan manusia.[]
Wallahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *