Oleh: Rohaedah
(Aktivis Muslimah)
CemerlangMedia.Com — Ayah merupakan sosok istimewa yang menduduki posisi penting dalam kehidupan setiap individu. Ia bukan semata seorang figur bagi sebuah keluarga, tetapi juga seorang pemimpin, teladan, dan pahlawan dalam banyak hal. Ayah sejatinya merupakan tiang utama yang memberikan dukungan, bimbingan, dan kasih sayang kepada keluarga.
Walaupun selama ini kehadiran ibu dipercaya menjadi hal paling penting dalam perkembangan anak. Namun, seiring waktu, berbagai penelitian menunjukkan bahwa peran dan keikutsertaan ayah dalam proses pengasuhan ternyata tidak kalah krusial untuk tumbuh kembang buah hati agar menghasilkan generasi yang berkualitas. Sementara itu, generasi berkualitas sangat berpengaruh terhadap peradaban sebuah negara karena kualitas generasi adalah sebuah tolok ukur dari perkembangan suatu negara.
Berangkat dari hal ini, ada sebuah kebijakan yang akan dibuat oleh negara terhadap sebagian ayah. Kenapa disebutkan sebagian? Karena diperuntukkan hanya bagi ayah ASN saja, tetapi tidak berlaku bagi ayah pekerja swasta.
Dikutip dari media online Jakarta.idntimes.com (14-3-2024), pemerintah kini sedang merancang aturan bagi aparatur sipil negara (ASN) pria agar bisa ikut menikmati “cuti ayah” guna mendampingi istrinya melahirkan dan mengasuh bayinya. Aturan ini akan termuat dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) mengenai manajemen ASN.
Aturan cuti mendampingi istri yang melahirkan oleh ayah ini nantinya akan menjadi hak bagi ASN pria, diatur serta dijamin oleh negara. Rancangan aturan bagi ASN (aparatur sipil negara) ini adalah aturan pelaksana dari UU No. 20/2023 tentang ASN. Hak cuti pendampingan bagi ASN pria yang istrinya melahirkan merupakan salah satu poin yang akan diatur di sana. RPP tersebut ditargetkan tuntas maksimal pada April 2024.
Menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Abdullah Azwar Anas, hak cuti tersebut merupakan aspirasi banyak pihak karena menyadari bahwa peran ayah menjadi faktor penting untuk menyiapkan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Untuk sebagian masyarakat kita, mungkin hal ini terdengar asing.
Meningkatkan Kualitas SDM
Namun, hak cuti bagi karyawan pria yang istrinya melahirkan atau sering disebut sebagai “cuti ayah” sudah jamak diberlakukan di sejumlah negara, juga perusahaan multinasional. Waktu cutinya bervariasi, berkisar 15 hari, 30 hari, 40 hari, hingga 60 hari. Cuti ayah diharapkan mampu mendorong peningkatan kualitas SDM serta fase penyiapan SDM penerus masa depan terbaik sejak dini (cnbcindonesia.com, 14-03-2024).
Sejatinya, kualitas generasi dipengaruhi banyak faktor yang mengiringi perjalanan hidup seorang anak. Oleh sebab itu, pembentukan generasi berkualitas membutuhkan support system yang tangguh lagi berkualitas sepanjang kehidupan anak, termasuk ayah yang berkualitas. Bukan hanya sekadar hadir, tetapi juga harus memberikan dampak bagi tumbuh kembang anak secara fisik, mental, juga kepribadian.
Mirisnya, hari ini ayah juga menjadi korban sistem yang diterapkan sehingga belum berkualitas. Para ayah dibebani tanggung jawab besar dalam hal pemenuhan segala kewajiban terlebih dalam hal finansial. Bukan hanya itu, masih banyak hal mendasar yang berpengaruh terhadap kualitas generasi. Semuanya saling terhubung satu dengan yang lain melalui sistem kehidupan yang digunakan negara dalam meriayah rakyat.
Cuti ayah memang dibutuhkan, tetapi akar dari persoalan lahirnya SDM yang amburadul saat ini adalah akibat diterapkan sistem yang menjauhkan mereka dari gambaran generasi berkualitas. Generasi hari ini diaruskan mengikuti sistem hidup kapitalisme yang justru menjauhkan mereka dari gambaran generasi bertakwa. Hal ini tampak nyata dari bagaimana cara negara menyelesaikan berbagai persoalan di tengah rakyat. Solusi yang ditawarkan hanya bersifat parsial dalam menangani sebuah masalah, maka wajar jika timbul banyak persoalan dan tidak kunjung menemukan solusi tuntas.
Islam Satu-satunya Penjaga
Sistem yang telah terbukti andal melahirkan individu dan generasi gemilang adalah sistem Islam. Selama 1300 tahun, generasi yang terlahir dari sistem Islam terbukti menggenggam kegemilangan, cerdas sepanjang peradaban Islam memimpin lebih dari dua per tiga wilayah dunia.
Generasi berkepribadian mulia dengan akidah Islam yang tangguh terbukti membawa Islam sebagai satu-satunya sistem yang paling andal sepanjang kehidupan. Sistem Islam merupakan sistem pendukung paling paripurna dalam menjaga kualitas generasi, mulai dari sistem pendidikannya yang mengedepankan akidah Islam sebagai satu-satunya basis pengajaran, sistem sosial, sistem ekonomi, hingga sistem sanksi.
Dalam hal ini, negara yang menerapkan sistem Islam, yakni Daulah Islam menjadi satu-satunya institusi yang mengeluarkan berbagai kebijakan untuk senantiasa bersinergi menjaga generasi. Oleh karenanya, tercipta keefektifan kendali sosial dan negara. Sistem Islam juga menetapkan bahwa tidak hanya ibu yang mendidik keluarga, peran ayah pun memiliki dominasi penting dalam proses pembelajaran dalam keluarga.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“…Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Baqarah: 233).
Sistem Islam pun memberikan cerminan teladan yang baik dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, di antaranya saling menolong dan menjaga dalam kebaikan serta kewajiban amar makruf nahi mungkar demi menciptakan kondisi masyarakat ideal yang aman dan kondusif untuk proses pendidikan generasi. Tidak hanya itu, Islam pun menetapkan negara agar hadir sebagai institusi yang menerapkan syariat Allah Swt. secara menyeluruh dan totalitas sehingga mampu menjamin kualitas generasi demi terjaganya peradaban dan kehidupan manusia.
Demikianlah, ketika Islam diterapkan secara sempurna, niscaya akan menebarkan berkah dan rahmat bagi seluruh umat dan manusia seluruhnya. Pun, generasi tangguh dalam ikatan akidah Islam yang kokoh akan terwujud. Wallahu a’lam. [CM/NA]