Menyambut Timnas Israel U-20; Indonesia dalam Pusaran Ekonomi, Politik, dan Olahraga.

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Nur Rahmawati, S.H.
Analis CemerlangMedia.com

CemerlangMedia.Com — Naluri seorang muslim akan tergadaikan jika hanya berdiam diri mendengar jeritan saudara seiman di Palestina. Di mana harga diri sebagai muslim yang disebut Al Qur’an sebagai umat terbaik? Sudahkah mati hati, jika tak bergejolak melihat siksaan demi siksaan saudara seakidah sebab pemboikotan Israel pada Palestina? Rasa apa yang dimiliki apakah marah atau justru biasa saja adalah bukti bahwa ikatan karena akidah masih ada atau tidak dalam jiwa.

Semua itu dapat dibuktikan, salah satunya dengan upaya untuk menghentikan kezaliman yang diperbuat oleh zionis Israel terhadap saudara muslim di Palestina atau di belahan dunia lainnya. Namun, jika negara ini justru menyambut adanya Timnas Israel U-20 untuk datang ke Indonesia, bukankah itu merupakan pengkhianatan yang dipertontonkan? Ada apa dengan Indonesia yang merupakan negara dengan mayoritas muslim?

Gelombang Penolakan dan Dukungan

Bersyukur, jika masih ada protes penolakan dari beberapa kalangan, mulai dari tokoh organisasi, partai politik, dan kepala daerah berkenaan wacana datangnya Timnas Israel ke Indonesia dalam rangka mengikuti Piala Dunia U-20. Kesadaran bahwa Israel adalah negara penjajah yang melakukan aneksasi terhadap Palestina menjadi bentuk keprihatinan pihak yang menolak, seperti penolakan yang disampaikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo atas kedatangan Timnas Israel pada pergelaran Piala Dunia U-20 di Indonesia (cnnindonesia.com, 24/3/2023).

Berbeda dengan pihak pendukung yang memandang bahwa urusan politik tidak usah dicampur dengan olahraga, sebagaimana pernyataan dosen Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran atau Unpad Rizki Ananda Ramadhan, bahwa Indonesia sebagai tuan rumah untuk tidak bersikap diskriminatif terhadap Timnas Israel U-20 dan meminta untuk mengesampingkan yang bersifat politis (tempo.co, 26/3/2023).

Menanggapi pernyataan tersebut sungguh tidak bisa diambil alasan yang tepat untuk mendukung. Sebab diketahui secara jamak bahwa Indonesia memiliki prinsip yang tersurat dalam pembukaan konstitusi negara bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Hal ini harusnya menjadi konsistensi bangsa ini. Terlebih perhelatan olahraga tak mungkin dipisahkan dari politik, sebagaimana yang terjadi di berbagai negara, justru politik menampakkan taringnya yang lebih kuat. Sebut saja Rusia menyerang Ukraina yang dipersoalkan oleh FIFA, juga Malaysia yang menolak Israel sehingga dihapus dari daftar tuan rumah perhelatan olahraga. Harusnya negeri ini tidak memandang keuntungan sebagai alasan untuk menoleransi perbuatan Israel dengan menerima Timnas U-20 Israel.

Hal yang serupa, dukungan diberikan oleh Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka secara jelas tak ikut menyatakan penolakan terhadap kedatangan Timnas Israel ke Indonesian. Dia mengatakan bahwa Timnas tersebut hanya untuk bermain sepak bola bukan untuk berperang. Gibran pun berkomitmen terhadap yang telah disepakati bersama federasi sepak bola dunia atau FIFA, bahkan Gibran menyampaikan kekesalannya kepada kepala daerah yang menolak Timnas Israel U-20 sebab telah menyiapkan Solo sebagai tuan rumah dengan susah payah (detik.com, 29/3/2023).

Identitas Israel

Berkiblat dari komitmen konstitusi Indonesia yaitu untuk menghapuskan penjajahan di atas dunia. Maka, seharusnya siapa saja dan terutama pihak berwenang negeri ini dapat melihat identitas Israel sebagai negara penjajah atas muslim Palestina. Kemudian bijak mengambil sikap yang benar untuk tidak menoleransi Israel dalam hal apa pun.

Terlebih Palestina adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia dan merupakan negara dengan mayoritas muslim, sudah sepantasnya bersikap membela dan ikut merasakan apa yang mereka rasakan atas perlakuan kejam Israel. Sebagai bangsa yang beradab, sudah semestinya terutama bagi seorang muslim dengan syahadat yang diucapkan dan diyakini, dapat menjadikan ukhuwah islamiah sebagai ikatan kuat. Maka, ditegaskan kembali bahwa identitas Israel adalah sebagai negara penjajah tidak layak ditoleransi sama sekali, meski dalam hal olahraga.

Antara Keuntungan dan Kejahatan

Fakta bahwa pagelaran bergengsi dalam bidang olahraga sepak bola, telah menjadi perhatian negara di dunia tak terkecuali Indonesia. Banyak keuntungan yang didapat jika suatu negara menjadi tuan rumah dari pagelaran piala dunia, seperti yang diungkapkan oleh peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda, bahwa Indonesia kehilangan potensi nilai ekonomi mencapai Rp 188 triliun. Perhitungan tersebut berasal dari potensi pengeluaran secara langsung mencapai Rp 110 triliun, serta biaya tidak langsung mencapai Rp 78 triliun (kompas.com, 30/3/2023).

Berapapun keuntungan yang akan didapat tentu tak sebanding dengan kejahatan yang dilakukan Israel kepada kaum muslim Palestina. Bagaimana perlakuan zionis Israel yang tidak berperikemanusiaan memboikot, menyiksa, bahkan secara brutal memborbardir negeri Palestina tanpa terkecuali. Aneksasi yang dilakukan Israel telah menjadi kejahatan yang nyata sehingga 750.000 warga Palestina harus terusir dari negaranya sendiri, sebanyak 7 kota yang telah dicaplok oleh Israel. Bagaimana bisa ini dipandang sebelah mata oleh Indonesia?

Solusi Islam

Islam selalu punya solusi atas segala persoalan umat di mana pun berada. Begitu sempurnanya Islam sebagai agama sekaligus ideologi mampu mengatasi problematika umat dari persoalan di nasional hingga manca negara. Pun dengan persoalan olahraga sepak bola, Islam menyikapinya dengan pertama, sepak bola merupakan perkara mubah sehingga diperbolehkan untuk dilakukan dengan syarat tidak bertentangan atau melanggar syariat, seperti kostum pemain tidak boleh membuka aurat, jika ajang tersebut diselenggarakan dengan tidak memenuhi syarat tersebut maka umat muslim dilarang untuk mengikutinya.

Kedua, penyelenggara menjamin tidak ada transaksi jual beli minuman keras yang jelas diharamkan oleh Islam. Hal ini sering dilakukan oleh negara-negara yang menjadi tuan rumah piala dunia selama ini.

Ketiga, penyelenggara juga harus memastikan untuk tidak terjadi ikhtilat atau campur baur antara penonton laki-laki dan perempuan. Jika hal ini mampu dipenuhi maka, boleh menyelenggarakan, namun jika tidak maka umat Islam tidak usah mengikuti ajang tersebut.

Keempat, tidak melibatkan atau mengikuti ajang olahraga atau apa saja yang diselenggarakan oleh negara penjajah. Ini dilakukan untuk menjaga marwah umat Islam itu sendiri. Bahkan jika pihak penyelenggara tidak bisa memenuhi syarat Islam tersebut maka sikap yang harus ditunjukkan oleh umat Islam adalah tidak ikut serta dan konsisten serta tegas menolak ajang tersebut.

Selain itu, ketegasan umat Islam dituntut tuntas dalam menyelesaikan persoalan antara Israel dan Palestina dengan mengirimkan pasukan membantu Palestina menghentikan tindakan biadab Israel. Namun semua itu hanya mampu dilakukan jika negara Islam tegak dengan Al Qur’an dan As Sunnah sebagai dasar hukumnya. Maka, sudah saatnya umat ini bangkit menjadi umat terbaik dengan mengembalikan kehidupan Islam dalam bingkai negara Khilafah.

Khatimah

Pergelaran piala dunia adalah sesuatu yang mubah. Seharusnya umat Islam mampu memilih dan memilah mana yang menjadi prioritas, keuntungankah atau menjaga marwah umat Islam? Tentunya ukhuwah islamiah menjadi landasan dalam bersosialisasi dan bekerjasama dengan suatu negara. Jika suatu negara sudah terang-terangan menjajah saudara seakidah, sudah selayaknya kita ikut menjaga dan membantu dengan totalitas sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Khalifah pada masa dahulu yang berjuang merebut Palestina dari penjajah. Wallahu’alam bishawab.

[CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *