Mereka yang Menciptakan Kerusakan, Lalu Menamainya Perdamaian

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

#30HMBCM

Oleh: Vivi Nurwida

CemerlangMedia.Com — Gaza bukan hanya menjadi saksi penderitaan manusia, tetapi juga menjadi panggung tempat dunia memperlihatkan wajah aslinya. Di satu sisi, para penguasa dunia berpidato dengan bahasa diplomasi: stabilitas, rekonsiliasi, proses perdamaian. Akan tetapi di sisi lain, setiap kata itu dibantah oleh langkah mereka sendiri, bantuan kemanusiaan dihalangi masuk, veto dipasang, penjajah dilindungi.

Dari kontras inilah kita melihat bahwa ada kekuatan besar yang memainkan peran ganda, mereka menyebut diri pembawa perdamaian, padahal merekalah dalang kerusakan.

Dan Allah telah menggambarkan karakter seperti ini jauh sebelum sejarah modern muncul. Firman-Nya
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah berbuat kerusakan di bumi.’ Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang melakukan perbaikan.’ Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah para pembuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.(TQS Al-Baqarah: 11–12).

Ayat ini tidak hanya menggambarkan individu. Ia menggambarkan peradaban dan sistem yang menyebut kerusakan sebagai perbaikan, sebuah realita yang kini kita saksikan dengan sangat terang benderang.

Kerusakan yang Terstruktur, Bukan Spontan

Gaza tidak hancur karena konflik spontan. Tidak juga karena kebencian tiba-tiba.

Kerusakan itu lahir dari struktur kekuasaan global yang membolehkan satu negara menindas bangsa lain, memberikan hak veto pada segelintir negara, mengizinkan penjajahan sepanjang ada alasan “keamanan”, menormalkan perang demi kepentingan ekonomi, dan sebagainya.

Sistem internasional hari ini tidak netral. Ia tidak dibangun untuk melindungi rakyat, tetapi untuk menjaga kepentingan negara besar. Inilah bentuk kerusakan paling serius: kerusakan yang dilembagakan. Mereka menyebutnya tata dunia. Allah menyebutnya sebagai kerusakan.

Bahasa Perdamaian yang Menutupi Logika Penjajahan

Kita hidup di zaman ketika kata “perdamaian” menjadi alat propaganda.
Penjajah menyebut penduduk asli sebagai ancaman.
Penyerang menyebut tindakannya sebagai pembelaan diri.

Penguasa dunia menyebut bom yang menghancurkan rumah warga sebagai “operasi presisi”, padahal penggunaan istilah “presisi” ini sering kali dikritik oleh saksi mata, organisasi kemanusiaan, dan media. Saksi mata di lapangan melaporkan adanya kehancuran besar-besaran dan banyak korban sipil yang bertentangan dengan klaim “presisi” tersebut.

Ini bukan sekadar manipulasi kata. Ini strategi politik global yang sudah mapan: merusak negeri, lalu mengatur “proses perdamaian”, memonopoli narasi, dan menampilkan diri sebagai penengah dan pembawa kedamaian.

Dunia seakan tidak sadar bahwa para perusak itulah yang mendefinisikan perbaikan. Dan Gaza menjadi bukti paling jelas bahwa bahasa tidak selalu mencerminkan realita.

Kapitalisme Pembawa Kerusakan

Kerusakan yang terjadi bukan hanya fisik. Ia bersifat multidimensi.

Pertama, kerusakan militer. Invasi, blokade, pengusiran paksa, semua dilakukan dengan alasan “keamanan”. Padahal yang terjadi adalah pembantaian sistematis.

Kedua, kerusakan ekonomi. Tanah dicaplok, hasil bumi dirampas, bantuan dikontrol. Lalu disebut sebagai “pengelolaan sumber daya”.

Ketiga, Kerusakan sosial politik. Sistem politik boneka dipasang, rezim diktator ditopang, destabilisasi dijadikan alat diplomasi.

Keempat, kerusakan moral. Kezaliman dinormalisasi, penjajahan dilegitimasi, korban disalahkan. Inilah para pembawa kerusakan versi modern, kerusakan komprehensif yang dibungkus dengan bahasa peradaban.

Al-Qur’an menjelaskan bahwa kerusakan muncul ketika manusia memutuskan hubungan kekuasaan dari petunjuk Allah. Ketika politik berdiri tanpa wahyu, maka yang terjadi adalah kekuasaan menjadi alat dominasi, hukum melayani kepentingan yang kuat, ekonomi menjadi ajang eksploitasi, kemanusiaan hanya berlaku selektif.

Inilah akar kerusakan global hari ini. Peradaban sekuler memisahkan nilai dari kekuasaan sehingga apa pun bisa dibenarkan selama menguntungkan pihak yang kuat dan Gaza menjadi korban dari peradaban yang rusak itu.

Islam Adalah Jalan Perbaikan

13 abad lamanya, wilayah luas dunia berada di bawah naungan pemerintahan Islam. Bukan karena kekuatan militer semata, tetapi karena hukum Islam ditegakkan dengan adil, penjajahan dihapuskan, minoritas tetap dilindungi.

Islam menjadi jalan perbaikan karena bersandar pada wahyu, bukan kepentingan kekuatan tertentu. Ini kontras total dengan para pembawa kerusakan yang menamakan diri pembawa perdamaian.

Umat Islam tidak boleh terjebak dalam narasi dunia yang menipu. Kita harus berani menyatakan bahwa penjajahan adalah kerusakan, bukan stabilitas. Blokade adalah kezaliman, bukan perlindungan diri. Pembunuhan rakyat sipil adalah kejahatan, bukan operasi keamanan. Perundingan sepihak adalah alat kontrol, bukan perdamaian. Selama umat menerima framing dunia, kita akan terus tertinggal dalam kebingungan.

Umat Pernah Menjadi Pembawa Perbaikan dan Bisa Kembali

Mereka membawa kerusakan dan menamai kerusakan itu perbaikan. Sedangkan kita adalah umat yang ditugaskan Allah untuk membawa perbaikan yang sebenarnya. Perbaikan hakiki tidak lahir dari sistem dunia yang rusak, tetapi dari sistem yang diturunkan Allah, yang pernah menebar rahmat ke seluruh penjuru bumi.

Gaza menunggu umat ini kembali berfungsi sebagai khairu ummah, bukan umat yang mengikuti narasi dunia, yang bangkit dengan panduan wahyu untuk menghentikan kerusakan dan menegakkan keadilan.
Wallahu a‘lam bish-shawab

(*Naskah ini tidak disunting oleh editor CemerlangMedia) [CM/Na]

Views: 13

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *