Oleh. Novianti
Cemerlangmedia.Com — Umat Islam sekarang harus melewati banyak peristiwa yang mengaduk-aduk emosi. Penistaan terhadap Islam, penghinaan kepada Rasulullah saw. dan mengolok-olok ajarannya terus terjadi. Baru-baru ini, umat dikejutkan kembali oleh aksi bakar Al-Qur’an yang bertepatan dengan perayaan hari Iduladha.
Salwan Momika (37) warga Irak, menginjak-injak kemudian membakar Al-Qur’an di luar Masjid Pusat Stockholm. Sebagaimana dirilis voaindonesia.com (30-06-2023), polisi setempat melakukan penjagaan ketat sehingga pelaku berani melakukan aksinya. Polisi beralasan ini bentuk kebebasan bicara.
Direktur dan imam Masjid Stockholm menyatakan kekecewaannya karena polisi telah memberi izin permohonan demonstrasi anti Al-Qur’an. Padahal sudah pasti tindakan tersebut sangat melukai umat Islam dan dapat menimbulkan gesekan.
Reaksi Negeri Muslim
Sebagaimana yang sudah-sudah, peristiwa semacam ini direspons berbagai negara terutama negeri-negeri muslim seperti Arab Saudi, Mesir, Yordania, Irak, Kuwait, Suriah, Yaman, dan Palestina. Bahkan, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) berencana akan melakukan tindakan kolektif untuk mencegah terulangnya kembali pembakaran kitab suci. Pernyataan ini disampaikan setelah organisasi tersebut menggelar pertemuan luar biasa yang diinisiasi oleh Kerajaan Arab Saudi di Jeddah pada 2 Juli 2023.
Sekretaris Jenderal OKI Hissein Brahim Taha mengatakan, OKI harus mengirim peringatan kepada dunia internasional dan mendesak hukum internasional bagi pelaku pembenci agama. Kerajaan Arab Saudi sebagai Ketua Komite Eksekutif OKI mengatakan tindakan di Swedia tersebut bertentangan dengan upaya internasional yang mempromosikan toleransi, moderasi, dan penolakan ekstrimisme.
Indonesia sendiri melalui pernyataan resmi di akun Twitter Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI mengecam tindakan provokatif tersebut. Kebebasan berekspresi seharusnya diimbangi dengan penghormatan terhadap nilai dan kepercayaan agama lain.
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Sudarnoto Abdul Hakim, meminta Swedia melindungi semua pemeluk agama di negaranya dalam menjalankan keyakinannya. Selain itu harus ada upaya kerjasama serta kerukunan antar umat beragama dan budaya.
Apakah setelah ini dijamin tidak akan ada lagi pembakaran Al-Qur’an dan penghinaan terhadap ajaran Islam?
Bermuka Dua
Terulangnya pembakaran Al-Qur’an merupakan peristiwa yang seharusnya membuat duka umat Islam di seluruh dunia. Kecaman-kecaman yang selama ini disuarakan negeri-negeri muslim belum efektif untuk menghentikan tindakan penghinaan terhadap Islam. Dibutuhkan tindakan yang lebih tegas dan disuarakan secara bulat.
Namun, penyatuan suara kaum muslimin di seluruh dunia untuk melawan penghinaan tersebut sulit dilakukan. Dunia Islam sudah tersekat-sekat dalam nation state, semangat ukhuwah tergerus oleh semangat nasionalisme.
Terulangnya penghinaan terhadap Al Quran juga menunjukkan wajah Barat yang bermuka dua. Selama ini mereka sering mengusung tentang perdamaian, toleransi, dan moderasi beragama. Akan tetapi, Barat bungkam terhadap peristiwa pembakaran Al-Qur’an yang dapat menimbulkan ketegangan antar umat beragama. Barat berdalih ini bagian dari kebebasan hak asasi manusia, tetapi mereka melarang umat Islam melaksanakan ajarannya seperti pelarangan berjilbab di Prancis.
Para pemimpin negeri muslim pun hanya bisa mengecam, tidak ada keinginan untuk menghentikan agar tindakan penghinaan terhadap Islam tidak terulang. Seharusnya ada aksi nyata misal menghentikan hubungan diplomatik dengan menarik para duta besar dari Swedia, menekan Swedia menghukum pelaku, hingga mengirim pasukan ke Swedia. Namun, tindakan ‘minimal’ ini saja tidak dilakukan oleh para pemimpin negeri muslim.
Tidak Ada Junnah
Pembakaran Al-Qur’an saat ini adalah pengulangan dari berbagai tragedi yang menimpa umat Islam. Bukan pertama, bahkan mungkin bukan yang terakhir selama umat Islam tidak memiliki pemimpin yang disebut khalifah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.,”Imam (khalifah) itu laksana perisai, kaum muslim diperangi (oleh kaum kafir) di belakang dia dan dilindungi oleh dirinya.” (HR Muslim)
Islam adalah agama yang tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari Islam. Umat Islam disebut sebagai umat terbaik dalam surah Ali Imran ayat 110, ”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia….” Realitasnya hari ini umat Islam ibarat tidak punya taring. Protes negeri-negeri muslim dianggap angin lalu karena selama ini para penguasanya berada di bawah kendali Barat.
Kemuliaan Islam ini tak mungkin bisa terjaga tanpa sebuah institusi yakni Khil4f4h yang dipimpin seorang khalifah. Seluruh hukum Islam ditegakkan termasuk hukuman kepada penghina Islam. Khalifah menjadi pelindung yang menjamin kehidupan umat Islam dan menjaga dari serangan musuh-musuh Islam.
Di masa Rasulullah, beliau dan para sahabatnya berangkat ke Tabuk untuk melawan kesombongan Heraklius dan pasukannya yang meremehkan kekuatan Islam. Pada masa Kekhilafahan Utsmani, Sultan Abdul Hamid memberikan ancaman kepada Prancis yang akan menggelar pertunjukan teater dengan menampilkan tokoh utama Nabi Muhammad saw. Tindakan tegas khalifah berhasil memaksa Prancis menggagalkan rencana tersebut.
Demikianlah ketika ada kepemimpinan di tengah-tengah kaum muslimin, tidak ada celah bagi musuh-musuh Islam untuk menghina Islam, simbol-simbol, dan ajarannya. Hal ini telah berlangsung selama lebih kurang 13 abad lamanya, umat Islam menjadi kekuatan yang sangat disegani dan dihormati.
Khatimah
Berbeda dengan hari ini, tidak ada pemimpin yang menyatukan umat Islam sehingga syariat Islam tidak bisa diterapkan secara kafah. Umat Islam lemah karena dipecah-pecah oleh Barat, mudah diadu domba dan dipermainkan. Kondisinya sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah saw., “Hampir saja bangsa-bangsa memangsa kalian sebagaimana orang-orang lapar menghadapi meja penuh hidangan.” Seseorang bertanya, “Apa kami saat itu sedikit”? Jawab beliau, “Bahkan jumlah kalian saat itu ada banyak, tetapi kalian seperti buih di laut. Allah sungguh akan mencabut rasa takut dari dada musuh kalian dan Allah sungguh akan mencampakkan penyakit wahn ke dalam hati kalian.”
Jelaslah umat Islam membutuhkan pemimpin dan menjadi kewajiban umat Islam untuk menghadirkan kembali pemimpin sehingga kejayaan Islam akan berulang dan syariatnya diterapkan.
Oleh karena itu, berjuang menegakkan Khil4f4h harus menjadi prioritas agar seluruh umat Islam dipersatukan sehingga menjadi kekuatan yang menggetarkan musuh-musuh. Jangan ditunda dan jangan berhenti hingga Allah memenangkan umat Islam menjadi pemimpin di muka bumi. [CM/NA]