Paradoks Sikap Kaum Muslim di Pergantian Tahun Baru

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Umi Hafizha
(Kontributor CemerlangMedia.Com)

CemerlangMedia.Com — Rasulullah saw. bersabda bahwa, “Kaum muslim ibarat satu tubuh. Jika ada satu bagian anggota tubuh yang sakit, yang lainnya akan merasakan sakitnya.”

Seperti inilah yang seharusnya kaum muslim lakukan terhadap kondisi saudara muslim lainnya. Akan tetapi, di peringatan tahun baru ini, tampak nyata paradoks kaum muslim dalam bersikap, yakni adanya pesta kembang api di berbagai tempat di negeri kaum muslimin.

Sementara di saat yang sama, kaum muslimin di Gaza masih dibayang-bayangi penjajah Zionis Yahudi. Hampir 2,3 juta penduduk Gaza dipaksa keluar dari rumah mereka melalui serangan tanpa henti oleh Yahudi selama 12 pekan. Otoritas Hamas mengatakan sebanyak 165 orang meninggal dan 250 jiwa terluka parah akibat kebiadaban Yahudi terhadap Gaza selama 24 jam terakhir (CNBC Indonesia, 31-12-2023).

Tidak jauh berbeda dengan nasib muslim P4l3stin4. Muslim Rohingya pun mengalami tekanan hidup yang luar biasa, selalu tertindas karena kekejaman rezim Myanmar. Pengusiran dari wilayah tinggalnya membuat mereka terlunta-lunta di berbagai negara tetangga, termasuk Indonesia.

Penolakan terus dialami para pengungsi. Kejadian menyedihkan terjadi, yakni adanya pengusiran tak manusiawi muslim Rohingya oleh mahasiswa setempat. Disinformasi menjadikan mahasiswa emosi, bahkan sikapnya sangat keras terhadap perempuan dan anak. Tak ayal, trauma dan ketakutan dirasakan oleh pengungsi (BBC Indonesia. com, 29-12-2023).

Abainya Kaum Muslim terhadap Saudaranya

Berlangsungnya pesta kembang api di tengah penderitaan kaum muslimin menunjukkan satu bentuk abainya kaum muslim terhadap urusan umat. Di sisi lain, seiring berjalannya waktu, sikap umat mulai kendor dalam menyuarakan pembelaan terhadap P4l3stin4.

Aksi pemboikotan terhadap produk Yahudi dan sekutunya juga mulai melonggar. Umat Islam pun juga terpecah dalam menyikapi pengungsi Rohingya. Apalagi dengan makin kuatnya pembungkaman oleh Meta pada akun yang menunjukkan pembelaan terhadap rakyat P4l3stin4.

Sikap yang demikian merupakan cerminan nasionalisme yang tertancap kuat di benak kaum muslimin. Ikatan nasionalisme yang merupakan produk Barat sengaja diekspor ke negeri kaum muslimin agar mereka mencukupkan diri untuk mencintai wilayah masing-masing. Ikatan ini makin diperkuat dengan adanya pemecahan kaum muslimin dalam bentuk nation state.

Ikatan nasionalisme telah membuat kaum muslimin merasa aman jika tidak ada ancaman dan merasa heroik ketika datang gangguan. Oleh karenanya, wajar, ketika kaum muslimin diikat dengan ikatan nasionalisme, pembelaan kepada kaum muslim P4l3stin4 dan muslim Rohingya hanya sesaat karena pembelaan tersebut muncul dari rasa simpati dan empati. Ketika informasi terkait P4l3stin4 dan Rohingya tidak lagi masif, pembelaan pun terhenti.

Islam dan Khil4f4h Satu-satunya Harapan

Umat Islam harus terus menyadari bahwa mereka satu tubuh. Perasaan ini harus muncul karena dorongan akidah Islam, bukan sekadar rasa simpati, empati, maupun lainnya. Ikatan yang mengikat kaum muslimin adalah ikatan ukhuah islamiah karena keimanan. Ikatan yang membuat kaum muslimin merasa terluka ketika saudara di belahan negeri lain terzalimi.

Sebagaimana hadis Rasulullah saw.,
“Perumpamaan kaum mukmin dalam hal saling cinta kasih sayang dan simpati di antara mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu organ yang sakit, maka seluruh tubuh demam dan tak bisa tidur.” (HR Muslim dan Ahmad).

Realisasi rasa sakit tersebut akan mengantarkan sikap pembelaan, pertolongan, dan aksi nyata terhadap saudara muslim lainnya yang tertindas dan terzalimi. Secara individu, membela dan menolong hanya bisa dilakukan dengan aktivitas-aktivitas personal.

Terkait kezaliman yang dialami muslim P4l3stin4, sebagai individu, upaya yang bisa dilakukan dengan mengirimkan bantuan kemanusiaan. Akan tetapi, pertolongan ini tidak cukup dan bukanlah sebuah solusi, sebab yang terjadi bukan bencana kemanusiaan, tetapi penjajahan yang dilakukan oleh Yahudi dan sekutunya kepada kaum muslim.

Oleh karena itu, yang mereka butuhkan saat ini adalah bantuan tentara untuk mengusir penjajah Yahudi. Kaum muslim wajib berjihad membela saudaranya di P4l3stin4. Hanya saja, mengorganisir pasukan tidak mungkin terjadi, kecuali diatur oleh sebuah negara.

Begitu pula terkait kasus muslim Rohingya, mereka butuh dibantu, diberikan perlindungan, diedukasi, karena telah menjadi korban genosida rezim Myanmar. Tindakan tersebut tidak bisa dilakukan, kecuali oleh negara. Begitu juga untuk membalas kebiadaban rezim Myanmar hanya bisa dilakukan oleh sebuah negara, yakni Daulah Khil4f4h, sang perisai umat.

Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya seorang imam (perisai) itu (bagaikan) perisai. Orang-orang berperang di belakangnya, dan juga berlindung dengannya. Maka jika ia memerintahkan (berdasarkan) takwa kepada Allah Ta’ala dan berlaku adil, maka baginya pahala. Akan tetapi, jika ia memerintah tidak dengan (takwa kepada Allah dan tidak berlaku adil), maka ia akan mendapatkan balasannya.” (HR Muslim).

Imam An-Nawawi menjelaskan, “Perisai bermakna sebuah perlindungan bagi orang-orang di belakangnya. Karena seorang imam menjadi sebuah perisai yang melindungi kaum muslimin dari musuh-musuh mereka. Perlindungan tersebut dilakukan dengan cara mengorganisasi tentara, menjaga perbatasan, serta menyerukan jihad fii sabilillah.”

Dengan demikian, agar tepat merealisasikan hadis Rasulullah saw. tentang kaum muslimin yang ibaratkan satu tubuh, sejatinya umat Islam membutuhkan Khil4f4h untuk menjaganya. Sebuah institusi negara warisan Rasulullah saw. yang menjadi pelindung dan pembela kaum muslimin di mana pun.

Jika sistem Islam diterapkan ditengah-tengah umat, maka Khil4f4h-lah yang akan mengorganisir pasukan untuk dikirimkan ke P4l3stin4 guna berjihad mengusir Yahudi, mengirimkan pasukan untuk mengusir rezim Myanmar sebagai balasan kebiadaban mereka terhadap muslim Rohingya.

Hanya sistem Islam satu-satunya harapan yang mampu menyatukan kaum muslim di seluruh dunia. Sistem Islam dalam bingkai Daulah Khil4f4h satu-satunya institusi yang mampu menjadi solusi hakiki dan mampu menghilangkan segala bentuk penjajahan dan penindasan di mana pun dan sampai kapan pun.
Wallahu a’lam bisshawwab. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

5 komentar pada “Paradoks Sikap Kaum Muslim di Pergantian Tahun Baru

  • Erna Kartika Dewi
    0
    0

    Sepakat banget, hanya Islam solusi yang paling tepat dari semua permasalahan yang ada..

    Balas
  • 0
    0

    Sepakat banget hanya Islam solusinya. Hanya sistem islamlah yang bisa menyatukan umat muslim sedunia. Allahu Akbar.

    Balas
  • 1
    0

    MasyaAllah. Barakallah Bundaku sayang, semoga menjadi jejak kebaikan

    Balas
  • 0
    0

    Semangat BesTie salihah menebar kebaikan kepada umat Islam

    Balas
  • 0
    0

    Syukron ya teman-teman yang sudah like dan komen 🥰

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *