Penemuan Mayat Tinggal Kerangka, Bukti Nyata Masyarakat Sekuler

Bagikan tulisan ini agar semakin bermanfaat !

Facebook
Twitter
Telegram
Pinterest
WhatsApp

Oleh: Suhirnan, S.Pd.
(Aktivis Dakwah Muslimah)

CemerlangMedia.Com — Gempar penemuan mayat tinggal kerangka di salah satu rumah di Perumahan Bukit Cinere Indah, tepatnya di jalan Puncak Pesanggrahan VIII Nomor 39, Kecamatan Cinere, Depok. Mayat yang ditemukan secara misterius ini adalah seorang ibu yang berinisial GAH berusia 64 tahun dan anak laki-lakinya yang berinisial DAW berusia 38 tahun. Mayat tersebut diduga sudah lama membusuk di dalam kamar mandi pada Kamis (7-9-2023) lalu (metro.tempo.co, 9-9-2023).

Dalam kasus kematian ini juga pernah dialami satu keluarga di Perumahan Citra 1 Kalideres, Jakarta Barat. Polda Metro Jaya menyebutkan ada kemiripan antara penemuan mayat ibu dan anak di Depok dengan kasus serupa di Kalideres pada tahun lalu. Karena ada kemiripan kasus tersebut, Polda Metro Jaya melakukan olah TKP dan menjaga tempat kejadian steril sejak awal sehingga Tim Laboratorium Forensik dapat menganalisis kemungkinan adanya jejak-jejak orang di luar dua jenazah ini sebelum kejadian (metro.tempo.co, 8-9-2023).

Karakteristik Masyarakat Kapitalisme

Dalam kasus ini, salah satu warga mengatakan bahwa keluarga tersebut tidak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar. Kalau pun ingin keluar rumah hanya pada saat membuang sampah. Dengan kata lain, keluarga ini sangat tertutup sehingga tidak bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Padahal manusia diciptakan untuk saling berinteraksi satu sama lain, saling membutuhkan, dan saling menjaga antar sesama.

Hal ini mencerminkan masyarakat yang kurang peduli dengan lingkungan maupun sesama. Sifat individualisme telah mengakar dalam diri setiap individu dan telah menjadi karakteristik masyarakat dalam peradaban kapitalisme sekuler. Bahkan kepedulian dianggap sebagai campur tangan terhadap urusan orang lain. Padahal tidaklah demikian, sebab bersosialisasi adalah hal yang lumrah dalam bermasyarakat.

Oleh karena itu, penerapan sistem yang salah dalam suatu negara akan berakibat fatal terhadap kehidupan masyarakat, yaitu hilangnya kepedulian terhadap sesama. Kapitalisme sekuler yang diterapkan hari ini telah membajak interaksi sosial masyarakat sehingga hubungan antar individu masyarakat menjadi renggang. Sistem ini telah nyata melawan fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Ironisnya negara masih mempertahankan sistem yang rusak ini.

Sistem sekuler yang memisahkan agama dengan kehidupan melahirkan kebebasan (liberalisme) sebagai tolok ukur dalam berperilaku dalam bermasyarakat sehingga menghasilkan individu yang bebas menentukan sikap yang diinginkannya, termasuk anti sosial (tertutup). Pun, negara tidak akan mempermasalahkan suatu individu atau masyarakat bersikap demikian, bahkan negara hadir untuk menjamin kebebasan tersebut sebagai bentuk hak asasi manusia.

Alhasil, sebagian dari masyarakat melakukan interaksi hanya sebatas hubungan kepentingan dan materi saja karena standar kebahagian dalam sistem sekularisme berupa harta, kekuasaan, ketenaran, maupun sejenisnya. Ketika telah mendapatkan itu semua, sebagian dari masyarakat merasa telah bisa melakukan sendiri dan tidak membutuhkan manusia lain. Akibatnya bersikap acuh terhadap sesama dan keadaan sekitarnya, begitulah potret hidup dalam sistem sekuler kapitalisme.

Kembali Kepada Sistem Islam

Dengan demikian, mempertahankan sistem ini tentu akan merusak tatanan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab, sebagai makhluk sosial sudah sewajarnya kita melakukan interaksi antar sesama karena manusia tidak akan bisa dan mampu hidup sendiri melainkan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Islam sangat menjaga interaksi antar sesama, sebab Islam mempunyai seperangkat aturan yang kompleks untuk mengatur kehidupan bermasyarakat termasuk dalam berinteraksi antar sesama maupun tetangga.

Dijelaskan dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 36, Allah Swt. berfiman, “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.” (TQS An-Nisa: 36).

Dari ayat tersebut jelas bahwa kita sebagai makhluk Allah sudah sepantasnya untuk saling menyanyangi dan berbuat baik terhadap sesama, baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Rasulullah saw. juga bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia muliakan tetangganya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Wallahu a’lam. [CM/NA]

Loading

Disclaimer: Www.CemerlangMedia.Com adalah media independent yang bertujuan menampung karya para penulis untuk ditayangkan setelah diseleksi. CemerlangMedia.Com. tidak bertanggung jawab atas akibat langsung ataupun tidak langsung dari semua teks, gambar, dan segala bentuk grafis atau konten yang disampaikan pembaca atau pengguna di berbagai rubrik yang tersedia di web ini, karena merupakan tanggung jawab penulis atau pengirim tulisan. Tulisan yang dikirim ke CemerlangMedia.Com tidak boleh berbau pornografi, pornoaksi, hoaks, hujatan, ujaran kebencian, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email  : cemerlangmedia13@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *